30 November 2015

[301115.EN.BIZ] Schenker Signs Agreements To Reduce Carbon Emissions From Ocean and Air Freight

GERMANY's transportation and logistics provider, DB Schenker has signed climate protection agreements with a growing number of cargo companies to reduce CO2 emission from ocean and air freight.

The company began signing strategic agreements to reduce CO2 emissions early this year, and according to a company statement, Maersk, Hapag Lloyd, Hamburg Süd, Hanjin and Hyundai Merchant Marine have signed the accord and have committed to greatly reducing their carbon emissions by 2020 by investing in state-of-the-art fuel. Pollutants emitted for each container shipped on behalf of DB Schenker Logistics will drop 23 per cent from 2014 levels by 2020 as a result of this commitment.

The logistics provider has also signed agreements with the airlines British Airways, American Airlines and Lan Chile aimed at reducing CO2 by up to 10 per cent per unit transported. DB Schenker plans to sign additional agreements with shipping companies and airlines by the end of the year.

"We expect our agreements with shipping companies alone to allow us to reduce CO2 by up to 100,000 metric tonnes by 2020. These agreements are milestones because we are making sustainability part of our business relationships," said Andrea Schon, who is responsible for climate protection and CO2 controlling at DB Schenker Logistics.


Source : HKSG.

[301115.ID.BIZ] KCJ Hapuskan Fasilitas Free Out

JAKARTA. PT KAI Commuter Jabodetabek memutuskan menghapus fasilitas free out per 1 Desember 2015.

Kebijakan itu diambil setelah KCJ menilai fasilitas tersebut sering disalahgunakan segelintir penumpang untuk naik Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line secara gratisan.

Fasilitas free out adalah pembebasan biaya bagi penumpang yang masuk dan keluar di stasiun yang sama dalam durasi tidak lebih dari satu jam.

"Dari pengamatan kami selama ini, fasilitas free out ini ada yang mulai menyalahgunakan sehingga menjadi celah untuk penumpang istilahnya free rider," kata Direktur Utama PT KCJ Muhammad Nurul Fadhila di Stasiun Tebet, Senin (30/11/2015).

Pria yang akrab Fadhil ini menjelaskan, modus yang sering digunakan oleh para penumpang gratisan tersebut adalah melakukan gate-in.

Setelah masuk ke dalam gate elektronik, penumpang yang bersangkutan langsung melakukan gate-out tanpa keluar dari gate elektronik.

Penumpang tersebut, lanjut Fadhil, kemudian naik kereta.

Dan setelah sampai di stasiun tujuan, ia kembali melakukan cara yang sama.

"Yang seperti ini tidak hanya terjadi di perjalanan dekat karena yang dari Jakarta Kota ke Bogor juga ada," ujar Fadhil.

Fadhil mengatakan, pengecualian diberikan bila dalam kondisi darurat.

Misalnya, terjadi gangguan yang membuat penumpang yang sudah masuk ke stasiun tidak dapat melanjutkan perjalanannnya.

"Dan kalau ada gangguan, pasti kita umumkan. Petugas kami yang di gate nanti akan siap membantu dan memfasilitasi. Tapi dalam kondisi normal kita tidak akan terapkan," ucap Fadhil.


Sumber : Kontan, 30.11.15.

29 November 2015

[291115.EN.SEA] Bigger Boxships Not Better With Current Market Conditions: Maersk

THE assumption that a larger containership always results in lower operating costs is being challenged by the prevailing market dynamics, according to Maersk Line.

Speaking at a media briefing, global COO of Maersk Line, Soren Toft, was quoted as saying in a report by Seatrade Maritime News: "Previously the bigger the ship the lower the cost, but what we are seeing right now is a phenomenon of very depressed time charter rates and very low bunker cost.

"So part of the equation of going from a 6,000 TEU vessel to a 10,000 TEU vessel in a trade is being challenged because of these dynamics."

Mr Toft also pointed out that with a bigger ship you had to call more ports and make more contingencies.

"So there is much more to this a bigger ship is always better," he said.

One of the few bits of positive news Mr Toft was able to give in regards to where the market was headed was that the bunker price is currently in the range of US$200 to $220.

"The general trajectory we see for rates in the liner industry is for a slow erosion of rates," he said. The average container freight rate decreased by 1.9 per cent annually since 2004. "We see no reason why that trend over the long term will not continue."


Source : HKSG.

[29115.ID.BIZ] Jepang Guyur Rp15,77 Triliun Untuk Proyek Infrastruktur Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA--Pemerintah Jepang resmi menggelontorkan pinjaman berjumlah 140,051 miliar yen atau Rp15,77 triliun (kurs Rp112,63 per yen) untuk membiayai berbagai proyek infrastruktur di Indonesia.

Penyaluran pinjaman tersebut didahului dengan prosesi penandatanganan yang dilakukan oleh Yasuaki Tanizaki, Duta Besar Jepang untuk Indonesia dan Yuri Thamrin, Direktur Jenderal Asia Pasifik Kementerian Luar Negeri, Jumat (27/11/2015).

Menurut Dubes Jepang, pinjaman itu bertujuan menyokong tiga proyek besar di Indonesia yakni proyek Massa Rapid Transit (MRT) Jakarta untuk jalur Timur-Barat fase pertama senilai 1,919 miliar yen.

"Dengan mengembangkan sistem MRT termasuk jalur di bawah tanah, proyek ini berkontribusi meningkatkan kapasitas angkutan penumpang dan mengatasi kemacetan lalu lintas," ujarnya.

Dia melanjutkan, proyek lain yang didanai oleh pimjaman tersebut juga berkaitan dengan MRT yakni pengembangan jalur Selatan-Utara termasuk jalur bawah tanah. Dana pinjaman yang dialokasikan untuk membiayai proyek tersebut berjumlah 75,218 miliar yen.

"Kedua proyek itu diyakini bisa memperbaiki iklim investasi serta kondisi perubahan iklim sehingga pertumbuhan ekonomi dapat dipercepat dengan inisiatif sektor swasta," tambahnya.

Adapun proyek ketiga yang didanai oleh pinjaman tersebut yakni transmisi Jawa-Sumatra senilai 62,914 miliar yen.

Proyek ini bertujuan untuk membangun sistem pasokan tenana listrik melalui pembangunan transmisi dari stasiun konverter dalam sistem Jawa-Bali dan Sumatra.

Proyek ini berada di wilayah Provinsi Sumatra Selatan dan mengalirkan energi listri yang berasal dari pembangkit listrik tenaga batubara.

Konselor Ekonomi Kedubes Jepang Takuro Tasaka mengatakan pemberian pinjaman ini bermula dari tawaran Presiden Joko Widodo kepada Perdana Menteri Shinzo Abe, agar Jepang bisa lebih berpartisipasi dalam membiayai proyek infrastruktur di Indonesia.

"Pada 20 November 2015 kedua pemimpin kembali bertemu dalam KTT Asean di Kuala Lumpur, Malaysia. Saat pertemuan itu Jepang memutuskan untuk terlibat lebih jauh dalam membiayai infrastruktur yang berkualitas di Indonesia," terangnya.

Sumber : Bisnis Indonesia, 27.11.15.

28 November 2015

[281115.EN.BIZ] Five Trends To Shape The Shipping Industry In The Years Ahead: IHS Report

WITH most of the developing world in an economic slowdown, business information provider IHS is forecasting prolonged weakness in commodity prices over the next decade with prices for coal, iron ore and crude oil all likely to remain depressed for the next few years.

For most shippers, the five to 10 years of slow growth ahead translates into depressed rates for shipping, particularly dry bulk shipping. Accentuating the price weakness is that most fleets - with the exception of Panamax fleet coal and grain cargo vessels - are fairly young, leaving little room to reduce capacity.

One exception to this trend is tanker shipping, which is expected to stay strong in the short term. Although lower oil prices will spur more consumption, IHS expects overall global oil demand growth will average just 0.6 per cent per year through 2040.

"The possibility of low commodity prices for a prolonged period of time will mean readjusting current and near future fleet capacities, particularly in the dry bulk sector that experienced large growth of the fleets in last 10 years."

This is one of the five trends identified in a new report from IHS, called IHS Global Maritime Trends 2016, put together by a team of experts at IHS Maritime & Trade that will shape the global maritime industry for the coming decade.

"After years of heavy investment in commodity extraction, the majority of commodity producers are concentrating their efforts on keeping their market share, which in turn influences oversupply situation," said principal analyst at IHS Maritime & Trade, Dalibor Gogic.

The second trend is that with the excesses in industrial capacity, housing inventory and debt are expected to further dampen China's domestic demand in 2016. Slow and unstable global economic growth means that China will not be able to exports its way to recovery.

From 7.3 per cent in 2014, IHS forecasts that China's GDP will sink to 6.3 percent in 2016, before a modest rebound in 2017.

Government-controlled steelmakers in China are exacerbating the disconnect in the shipping industry between the expectations of owners and charterers for three- to five-year spot rates.

Newbuilding prices suggest that freight rates will drop further. While the larger Asian shipyards appear stable, smaller shipyards may be vulnerable, particularly those that specialise in the dry bulk and offshore vessel markets.

One bright spot for Chinese shipping is the container trade, where volume on routes to the western US is expected to rise 8 per cent in 2016 and on the European routes by 6 per cent.

"The slowdown in Chinese demand means most businesses will simply readjust to new economic realities. However, the situation for dry bulk shipping is much worse," Mr Gogic said. "The number of new ships and increased capacity expected to be hitting the waves in next couple of years is huge.

The third trend is that IHS expects certain EU and US sanctions against Iran will start to be lifted early next year after IAEA verification that Iran has met its JCPOA commitments. The lifting of some sanctions is expected to add about half a million barrels of oil a day to the global supply by the end of 2016.

Iran's re-entry into the oil export market won't help tanker operators directly because most of the oil will likely be shipped in National Iranian Tanker Company's carriers sidelined in the Persian Gulf while sanctions were imposed.

The fourth trend identified is that shippers will soon benefit from better forecasts with the increased availability of shipping data and advances in big data analytics, providing shippers with greater visibility into market and pricing trends.

IHS believes 2016 will see an increased development and adoption of big data analytics by the industry to mitigate risks and transform challenges into opportunities.

The fifth and final trend is that shifts in global demographics and population growth rates, coupled with long-term economic growth in developing markets, will have implications for the maritime sector over the course of the next decade.

The middle class is growing in the emerging economies of Asia, Africa, and Latin America where disposable incomes will drive growth in demand for imports of commodities and finished goods.

One consequence for the maritime sector of a rise in consumer spending in developing markets will be long-term growth opportunities for container ships.

More and larger container ships will require investment in ports, infrastructure, technology, and services to ensure that the flow of business remains efficient.

Shipping's employment problem is that it is seen as low-tech compared with industries such as the aviation, automotive and technology. To attract the next generation of maritime professionals, shipyards must become more technologically advanced and innovative, and seafaring must learn new skills and integrate new technology.


Source : HKSG.

[281115.ID.AIR] Garuda Butuh Dana US$ 500 Juta

JAKARTA. Maskapai milik BUMN, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) membutuhkan dana sebesar US$ 500 juta untuk melancarkan aksi bisnis perusahaan beserta anak usaha di tahun 2016.

Rencananya, perusahaan akan menggunakan dana tersebut untuk penambahan maskapai melalui skema operating lease dan pengembangan teknologi informasi (TI).

Kebutuhan dana sebesar US$ 500 juta terdiri dari kebutuhan biaya modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 160 juta untuk Garuda Indonesia, dan sisanya untuk anak usaha yaitu PT Citilink Indonesia, PT Aerowisata, PT Abacus DSI, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia dan PT Aero System Indonesia.

Anak usaha yang paling besar membutuhkan dana adalah Citilink.

Perusahaan plat merah ini akan mencari dana tersebut melalui dua skema, yaitu penerbitan obligasi atau kredit.

Untuk pinjaman kredit dari bank, GIAA akan mempertimbangkan biaya dana atau cost of fund bank yang dapat mempengaruhi tingkat bunga kredit.

Pasalnya, semakin rendah biaya dana maka akan semakin murah bunga kredit.

"Misalnya, kebutuhan dana untuk menambah 23 maskapai pada tahun 2016," kata M. Arif Wibowo, Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk, Kamis (26/11).

Pesawat tersebut terdiri dari penambahan 15 pesawat untuk Garuda Indonesia dan 8 pesawat untuk Citilink.

Misalnya, 15 pesawat Garuda Indonesia akan terdiri dari sembilan pesawat Propeller, lima pesawat Airbus A330, dan satu pesawat Boeing.

Arif menambahkan, pihaknya menambah pesawat dengan sewa operasi (operating lease) karena beban lebih rendah.

Perusahaan berplat merah ini merogoh kocek sebesar US$ 1 juta per bulan untuk pesawat jenis wide body atau berbadan besar, serta biaya US$ 200.000-US$ 300.000 per bulan untuk pesawat jenis narro body alias berbadan sedang.

Rencananya, penambahan pesawat ini untuk memenuhi rute baru internasional di tahun mendatang.

Misalnya, Garuda Indonesia akan menambah rute di wilayah China seperti rute Denpasar-Shanghai, Denpasar-Guangzhou dan penambahan frekuensi Denpasar-Beijing.

Serta penambahan rute untuk Timur Tengah, Surabaya-Mekkah, Jakarta-Madinah, dan rencana Balikpapan, Makassar dan Meda ke wilayah Timur Tengah.

Arif bilang, penambahan rute ini karena permintaan yang besar untuk ibadah Haji dan Umroh, serta untuk pendidikan, bisnis dan wisata ke China.

Harapannya, penambahan rute internasional akan meningkatkan kinerja bisnis Garuda Indonesia di tahun 2016.

Sayangnya, ia belum dapat menyampaikan target bisnis di tahun mendatang karena sedang proses pengkajian.


Sumber : Kontan, 28.11.15.

27 November 2015

[271115.EN.BIZ] Hong Kong's HKND Delays Digging Nicaraguan Canal After CEO's Stock Losses

HONG KONG's HK Nicaragua Canal Development Investment Group (HKND) has announced it will delay construction of its US$50 billion canal across Nicaragua until late 2016, reports The Associated Press.

HKND chairman and CEO Wang Jing, who is using his personal fortune to help fund the Nicaraguan challenge to the Panama Canal, suffered enormous losses in the recent market slump in China.

Mr Wang's reported net worth had dropped from US$10.2 billion at the peak of the stock market rally in June to only US$1.1 billion in October.

HKND has won approval for environmental studies for the canal earlier this month. But on Wednesday, the company said "construction of locks and the big excavations will start toward the end of 2016".

The company gave no reason for the delay, but said that "the canal's design is currently being fine-tuned".

Mr Wang, a telecommunications entrepreneur, was listed among the world's 200 richest, according to the Bloomberg Billionaires Index. His 84 per cent drop in 2015 is the worst recorded by the index.

Nicaraguan authorities, led by Daniel Ortega, also president of the Sandinista party, has already approved the proposed 278-kilometre route for the canal.

Ground has been prepared for access roads, but there has been no digging of the waterway itself. The plan has drawn protests from farmers who fear their land will be expropriated.


Source : HKSG.

[271115.ID.BIZ] HITS Gemari Proyek PLN Mulai 2016

JAKARTA. Meski tahun ini penjualan kapal PT Humpuss Intermoda Transportasi (HITS) mengalami penurunan, manajemen berharap tahun depan angkanya bisa kembali normal seperti di tahun 2014.

Direktur Utama HITS Theo Lekatompessy bilang kinerja tahun 2015 sedang jatuh.

“Seluruh industri kapal, penjualan HITS hingga akhir tahun ini turun tetapi tidak sampai 20% dibanding tahun lalu, tetapi laba kami naik 100%,” kata Theo kepada KONTAN pada Jumat (27/11).

Sebagai gambaran, pada Semester I 2015 laba bersih HITS naik menjadi US$ 2,59 juta dibandingkan periode yang sama tahun 2014 yaitu sebesar US$ 0,42 juta.

Sementara pendapatan pokok Perseroan turun 22,04% dari US$ 31,73 juta di Semester I tahun 2014 menjadi US$ 26,00 juta di Semester I tahun 2015.

Theo menjelaskan laba HITS naik karena adanya reorganisasi.

Bisnis-bisnis yang tidak menguntungkan dilepas oleh HITS seperti batubara.

“Yang bagus-bagus saya tahan, yang jelek ya dilepas saja,” imbuh Theo

Untuk bisa survive hingga akhir tahun ini dan tahun-tahun berikutnya Theo mengaku HITS mengikuti tender untuk PLN di Bali.

Tender power plant yang menggunakan Liquefied Natural Gas (LNG) ini sudah didapatkan oleh HITS dan akan dilakukan penandatanganan akhir Desember dan diharapkan bisa mulai beroperasi di awal 2016.

Proyek power plant PLN ini, HITS bertugas mengangkut gas-gas LNG dari sumber gas menuju Bali.

Theo bilang untuk pengangkutan ini HITS menggunakan kapal yang disewa dari Jepang yang sudah dikelola perusahaan selama 10 tahun untuk mengekspor LNG ke Jepang.

“Untuk penyewaan kapal ini HITS bekerjasama dengan PT Pertamina (Persero) perwakilan Tokyo, LNG Japan, dan Mitsui OSK Lines (MOL) Japan,” kata Theo.

Kontrak penyewaan kapal ini selama tujuh tahun dengan opsi perpanjangan kontrak.

Untuk harga sewa kontraknya Theo belum bisa memberitahunya tetapi dia memberi clue.

“Minimal Rp 1 Triliun untuk menyewa kapal selama 7 tahun itu, mungkin bisa juga lebih,” tambahnya.

Lalu selain proyek power plant PLN di Bali, Theo bilang HITS sedang melakukan tender lagi di Indonesia Tengah yang dibuka beberapa bulan lalu oleh PLN.

“Yang ikut 100 perusahaan. Setelah proses seleksi hanya 11 perusahaan yang lolos, termasuk HITS dengan konsorsiumnya,” ungkap Theo.

Jika menang tender tersebut, fungsi HITS ada di pengangkutan gas, storage, dan mungkin bisa regasifikasi gas.

Theo menambahkan tender ini sedang berjalan dan diharapkan tahun depan bisa ketahuan siapa pemenangnya.

“Untuk tender ini, dari perusahan domestiknya, saingan HITS itu ada Pertamina, PGN , sama Medco Energy,” katanya.

Theo mengatakan rencana kerja HITS di 2016 – 2018 bukan hanya sewa dan pengelolaan kapal, tetapi bisa masuk storage dan regasifikasi gas

“Malah kalau bisa masuk jadi IPP (Indonesian Power Producer) untuk pembangkit listrik dan penyediaan gas (supply gas),” tambah Theo.

Untuk target pendapatan tahun depan Theo juga belum mau membeberkan angkanya karena sedang digodok oleh korporat.

“Kalau dibilang naik ya kami harapannya bisa naik. Penjualannya bisa kembali normal seperti tahun 2014,” ujarnya.

Sumber : Kontan, 27.11.15.

26 November 2015

[261115.EN.AIR] Strong Air Cargo Demand Out Of Asia Is Expected To Slow In Coming Weeks

THE air freight market out of Asia is expected to return to more normal levels over the coming fortnight after experiencing a continuation of strong air cargo demand in the week ending November 20, reported Lloyd's Loading List.com, citing industry sources.

SEKO Logistics' Asia Pacific COO, James Gagne, said most major Asian air freight gateways, including Seoul Incheon and Tokyo-Narita, had backlogs as a result of strong demand and tight capacity, mainly driven by new consumer product launches.

"All the big high-tech product shippers are using air freight now in order to catch the Christmas season and this sees carriers increasing rates on a weekly basis," he said.

"The Transpacific lane (in comparison to Europe) has witnessed a more marked, short-term uptick in rates, given structural demand and seasonal releases (of products)."

Mr Gagne added: "We may have already hit the peak, and the market should return to normal by the first week of December out of airports such as Hong Kong, Shanghai, Seoul, Tokyo and Taipei."

Cargolux's Asia-Pacific vice president, Kevin Shek, confirmed that demand had been boosted by "a rush of new products coming on to the market," with Apple products leading the pack.

"Q4 started off with high demand especially on the Hong Kong-Europe, Hong Kong-US and Shanghai-Europe trade lanes," he noted. "I believe this will last until the last week of November and will gradually slowdown in December.

"Since the middle of last month, we've had many enquiries for additional space ex-Asia, mostly from Hong Kong and Shanghai."

Mr Shek confirmed that Chinese authorities had been limiting charter frequencies ex-Shanghai since November and forwarders were seeking alternative airports to operate charters. "Cargolux is operating several charter flights from Zhengzhou," he added.

AirBridgeCargo Airlines' senior VP for sales and marketing, Robert van de Weg, confirmed the "tight" supply-demand situation in China, the exception being Hong Kong.

"We believe this is due to stronger than expected demand combined with limited charter capacity. In Hong Kong, quite a few charters were added at the last minute, which led to certain carriers having over-capacity. This resulted in 'milder' market conditions in Hong Kong. In China, airport congestion issues has made adding capacity in the short-term more difficult."

Mr Van de Weg said: "For scheduled airlines, the supply-demand ratio has not been bad. New product releases have also stimulated growth - it seems consumers in Europe and the US are ready and able buyers."FAXTEXT = He said Asia-transpacific and Asia-Europe aside, the other main trade lanes are not doing badly either.

"North Atlantic westbound (ex-Europe) is strong, but there is the usual oversupply eastbound. Demand ex-Europe to Asia/China is rather good - not exceptionally busy, but simply solid."

DHL Global Forwarding (DGF) said it was seeing some 'ocean' shippers in the Shanghai and Hong Kong area increasing their air freight shipments in order meet holiday season deadlines.

"Another feature of the market is the restrictions imposed by the Chinese authorities on charter traffic out of Shanghai, Hangzhou and Tianjin airports, until further notice," the company said. This is limiting airfreight capacity out of Shanghai, although overall market demand is still lower than last year, especially on the transpacific route, DGF added.

Source : HKSG.

25 November 2015

[261115.ID.BIZ] Soal Perubahan Komposisi Saham, Ini Jawaban JICT

JAKARTA. Direktur Utama PT Jakarta International Container Terminal (JICT), Dani Rusli menegaskan bahwa pihaknya mematuhi peraturan pemerintah dalam administrasi perubahan komposisi saham pasca perpanjangan kontrak kerjasama pengelolaan antara Hutchison Ports Jakarta Pte Ltd (HPJ) dan PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau IPC.

"Pernyataan Pansus Pelindo II tentang dokumen bahwa selama ini Pelindo II berbohong perihal kepemilikan saham bagi kami cukup membingungkan, karena justru kami maupun Pelindo II patuh dengan aturan pemerintah. Kan ada aturan administrasi yang mesti diikuti," ujar Dani dalam keterangan resminya, Kamis (26/11). 

Meski demikian, Dani mengaku maklum adanya ketidakpahaman pihak Pansus tentang aturan soal sistem SPIPISE BKPM yang diterapkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Sistem elektronik pelayanan perizinan investasi yang terintegrasi antara BKPM dengan daerah dimaksudkan untuk mempercepat dan memantau pelayanan perizinan investasi.

"Karena ini kan soal investasi, jadi perubahan lewat sistemnya portal tersebut. Nah, untuk mengakses Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) butuh hak akses. Proses ini butuh waktu. Ada aturan yang harus diikuti sebelum bisa mengisi. Mungkin anggota dewan belum akrab dengan sistem ini. Kami mohon maaf," ujarnya. 

Sebelum perpanjangan kontrak kerjasama di JICT pada Juli 2015, komposisi saham HPJ selaku Penanam Modal Asing sebesar 51%, sedangkan IPC selaku Penanam Modal Dalam Negeri/PMDN 48,9% dan Koperasi Pegawai Maritim (Kopegmar) 0,1%.

Komposisi kepemilikan saham di JICT saat ini telah berubah. Kepemilikan saham oleh IPC telah bertambah menjadi  50.9%, kepemilikan saham oleh Koperasi Pegawai Maritim (Kopegmar) tetap 0,1%, dan HPJ turun menjadi 49%; sebagaimana diatur dalam Pasal 7 butir 5 Amandemen Perjanjian Pemegang Saham – PT Jakarta International Container Terminal tanggal 5 Agustus 2014.

"Saat ini proses administrasi perubahan kepemilikan saham sedang berjalan di BKPM sesuai dengan peraturan Perundang-undangan Penanaman Modal yang berlaku. Setelah proses di BKPM selesai, perubahan kepemilikan saham akan diumumkan kepada karyawan dan publik sesuai dengan undang-undang yang berlaku selama 30 hari, kemudian dibuatkan RUPS dan akta notarisnya kemudian diajukan ke Menkumham untuk mendapat persetujuannya," jelas Dani.

Namun demikian, untuk komposisi Direksi dan Dewan Komisaris JICT sudah sah berdasarkan Akta No. 1 tanggal 3 Agustus 2015, serta sudah diberitahukan kepada Menkumham. Hal ini telah sesuai dengan Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Dani Rusli meminta maaf tidak bisa menjelaskan secara detail karena dalam rapat Pansus dengan DPR kemarin pihaknya kurang diberikan kesempatan untuk menjelaskan lebih detil, sehingga informasinya menjadi sepotong-potong.

"Mewakili manajemen JICT, kami meminta maaf atas kekurangan informasi tersebut," ujarnya lagi.

Sebagai informasi, dalam rapat Pansus Pelindo II, Dani juga mengatakan dirinya ditekan oleh Anggota DPR untuk menandatangani berita acara yang menyepakati pencabutan surat keputusan Direksi JICT tentang rotasi pegawai. 

Hal tersebut tidak dilaksanakan oleh Dani karena pada dasarnya semua itu merupakan kewenangan manajemen sesuai dengan undang-undang perseroan terbatas nomor 40 tahun 2007.

“Saya tidak mau menandatangi surat tersebut, karena jelas itu melanggar aturan,” tutup Dani Rusli.

Sumber : Kontan, 26.11.15.

[251115.ID.BIZ] Kereta Api Trans Sulawesi Ditarget Beroperasi 2018

BARRU. Presiden Joko Widodo (Jokowi) berharap jalur Kereta Api (KA) Trans Sulawesi yang menghubungkan Makassar (Sulsel) hingga Manado (Sulut) dapat tersambung dan transportasi KA dapat mulai beroperasi.

"Diharapkan tahun 2018 rel KA ini tersambung dan beroperasi," kata Presiden Jokowi kepada wartawan usai meninjau proyek Rel KA Trans Sulawesi di Kabupaten Barru Sulsel, Rabu (25/11).

Presiden menyebutkan semua patut bersyukur karena konstruksi rel KA dari Makassar ke Pare-Pare dan nanti ke Manado sudah mulai terlihat.

"Memang saat ini baru mencapai enam km tapi kita berharap tahun depan ke Pare-Pare sekitar 145 km terealisasi. Tahun depan juga mulai dibangun dari Manado ke sini," katanya.

Presiden menyebutkan progres proyek KA itu sesuai dengan rencana. Ini akan tersambung dengan Makassar New Port dan bandara.

Kepala Negara juga menyebutkan selama pekerjaan konstruksi, juga ada penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak karena sudah dipesan ke Ditjen Perkeretaapian agar menyerap banyak tenaga kerja.

"Nanti dioperasikan oleh PT KAI juga kita minta agar disiapkan dari masyarakat sekitarnya. Manajemen dan karyawan semua dari masyarakat daerah sekitarnya," kata Presiden.

Jokowi menyebutkan KA Trans Sulawesi nantinya memang bukan kereta cepat tapi dengan kecepatan 200 km per jam sudah lebih cepat dari mobil.

Presiden juga menyebutkan bahan atau material pembangunan proyek itu hampir 100% menggunakan produk dalam negeri seperti bantalan dari WIKA, pengunci dari Pindad.

"Memang relnya masih dari Jepang, tapi hampir 100% dari dalam negeri," katanya.

Mengenai adanya kebutuhan tambahan anggaran, Presiden mengatakan sudah ada alokasi dan jika diperlukan tambahan akan dimasukkan dalam APBN Perubahan.

"Lokomotif dan gerbong diproduksi oleh Inka," katanya.

Ia menyebutkan untuk pembebasan lahan pemerintah pusat melalui APBN juga membantu penyediaan lahan itu.

Presiden menyatakan pemerintah tetap berkomitmen dalam penyediaan infrastruktur daerah di seluruh Indonesia.

"Ini tidak hanya di sini, di tempat lain juga ada. Di Papua baru studi, semester depan mungkin selesai sehingga tahun depan sudah mulai konstruksi," katanya.

Presiden berharap dengan semakin memadainya berbagai infrastruktur maka biaya transportasi, logistik dan distribusi akan lebih murah sehingga nanti harga barang lebih murah.

"Kalau ada kereta api, ada transportasi laut, kita pastikan biaya transportasi, distribusi lebih rendah, biaya logistik lebih murah, harga barang juga lebih rendah," katanya.

Sumber : Kontan, 25.11.15.

24 November 2015

[241115.EN.BIZ] European Migration Crisis 'Adding US$1bn To Supply Chain Costs'

THE latest BSI Supply Chain Security Risk Index noted that essential shipments of goods and medical supplies being delayed and destroyed as a result of the European migration crisis have cost a collective US$1 billion to the UK economy in the last year alone, which indicates that the costs of such factors to shippers may increase.

In September Europe saw the highest number of border closures since the signing of the Schengen Agreement in 1995. With the number of families and individuals displaced by war across Africa and the Middle East growing 50 per cent year on year, BSI warns that costs to international shippers will continue to rise, Lloyd's Loading List reported.

The index is based on data from BSI's Supply Chain Risk Exposure Evaluation Network, which provides continuous evaluation across more than 20 proprietary risk factors in 203 countries. The report highlights that closures at Calais added an estimated $1.2 million each day to the cost of those transporting goods to the UK, with delays of nine hours or longer, while border closures in southern Germany, Serbia, Croatia, and Hungary have also hit shipping firms.

Losses due to contamination of cargo shipments by stowaways were particularly serious for the pharmaceutical and food industries, with an entire shipment of medical supplies worth $3.9 million having to be destroyed after stowaways broke into the container, BSI noted.

Global intelligence programme manager at BSI Supply Chain Solution, Jim Yarbrough, commented: "More so than any other economic bloc, Europe relies upon free trade. Every shipment delayed, contaminated or destroyed raises the cost to the end-consumer. For exports this hurts competitiveness, undermines productivity and risks jobs; for imports it raises the cost of living for each and every citizen."

Various sources have reported further additional border checks following the Paris terrorism incidents last week, which may add to delays and associated costs, although no one was available at BSI at the time of writing to comment on the potential effect of these measures on supply chains and their costs.

But the organisation noted that supply chain disruption, delays, theft and loss of goods in transit are global problems and are not just restricted to Europe. According to the BSI Supply Chain Security Risk Index, South Africa has seen a 30 per cent increase in violent hijackings over the last year, with thieves switching from targeting only high-value goods such as cigarettes to lower-value items such as clothing as well.

In addition, daring vehicle shipment thefts were becoming increasingly commonplace in China, with a recent spate of moving vehicle thefts. Here criminals are "deploying tactics straight out of Hollywood movies, as they board speeding trucks and pass down stolen goods to their accomplices", the organisation said.

Mr Yarbrough concluded: "Economic volatility and uncertainty in markets such as South Africa and China is creating an ever more serious criminal threat to goods shipments. Highways such as the G45 north of Guangzhou are becoming notorious for 'kaitianchuang' thefts, where criminals leap aboard speeding lorries in scenes reminiscent of action movies."

Meanwhile, the UK's Road Haulage Association (RHA) last week called for further action to help resolve the Calais situation warning that "waiting until someone gets killed is simply not an option".

Following further incidents last week involving attempts by migrants to access road freight vehicles waiting to enter the Port of Calais, the RHA said the problems for lorry drivers in Calais had not gone away and included "acts of violence towards hauliers who wish nothing more than a safe passage to the UK".

Source : HKSG.

[241115.ID.BIZ] Pelindo III dan IV Integrasikan Layanan Peti Kemas

JAKARTA. PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) dan Pelindo IV bekerja sama mengintegrasikan layanan peti kemas di kedua pelabuhan, agar kapal yang hendak masuk ke kedua pelabuhan memiliki kepastian jadwal dan lokasi bertambat dan bongkar muat barang.

"Upaya kerja sama ini untuk merespon program tol laut yang digagas oleh pemerintahan Presiden RI Joko Widodo, sebab sebelumnya kami berhasil menerapkan sistem windows pelayanan petikemas di pelabuhan," ucap General Manajer Pelindo III Tanjung Perak, Eko Harijadi Budijanto, di Surabaya, Selasa (24/11).

Ia mengatakan, sinergi sistem windows connectivity kedua pelabuhan diharapkan mempermudah proses bongkar muat dan penambatan kapal, sebab kegiatan bongkar muat petikemas di Pelabuhan Surabaya dan Makassar terbilang cukup tinggi.

Pada tahap awal kerja sama, Pelindo akan menggandeng Terminal Petikemas Makassar, Berlian Jasa Terminal Indonesia dan perusahaan PT Meratus Line.

General Manajer Operation Meratus Line, Rudy Supriadi mengatakan, integrasi sistem layanan petikemas ini akan membuat operasional kapal pengangkut petikemas bisa menjadi lebih efisien, sebab jadwal kapal bisa on schedule sehingga produktivitas bongkar muat bisa meningkat.

"Saat ini ada dua kapal rute Surabaya-Makassar dan Makassar Surabaya. Rencannya juga akan ada rute baru yang mencakup Pelabuhan Belawan yang dikelola Pelindo I dan Pelabuhan Bitung yang dikelola Pelindo IV dan Pelabuhan Tanjung Priok yang dikelola Pelindo II," paparnya.

Kepala Humas Pelindo III Edi Priyanto mengatakan adanya kerja sama dan penerapan "windows connectivity" ini diharapkan mempercepat waktu kapal untuk menempuh perjalanan antarpelabuhan, sehingga akan menekan biaya logistik.

Ia mengatakan, dengan sistem ini ditargetkan akan mampu menurunkan "turn arraound voyage" (TRV) dari semula sekitar 8 hari menjadi 6 hari.

"TRV adalah waktu yang dibutuhkan kapal untuk menempuh perjalanan dari Pelabuhan pertama menuju pelabuhan kedua dan kembali ke pelabuhan pertama kembali," ucapnya, menerangkan.

Sementara itu, penandatanganan kerja sama sebelumnya telah dilaksanakan Senin (23/11) di Terminal Penumpang Gapura Surya Nusantara Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

"Jika selama ini waktu yang dibutuhkan kapal dari Surabaya ke Makassar hingga kembali lagi ke Surabaya membutuhkan waktu 8 hari, maka dengan adanya sistem windows connectivity ini ditargetkan dapat ditekan menjadi 6 hari," tuturnya.

Sumber : Bisnis Indonesia, 24.11.15.

23 November 2015

[231115.EN.BIZ] Ship Operating Costs Are Forecast by Drewry To Rise In 2016 & 2017

THE costs associated with operating cargo ships over the next two years are anticipated to rise, albeit modest, after declining this year amid a weak commodities market, according to the Ship Operating Costs Annual Review and Forecast 2015/16 report produced by Drewry.

The new study from the global shipping consultancy predicts insurance, fuel, repair and maintenance costs will all increase in 2016 and 2017, reported American Shipper.

In 2015 ship-operating costs decreased by an average of one per cent, Drewry said, but those costs are expected to go up in the future "as the scope for further cost cutting is in most cases quite limited." The report noted "weak freight markets have forced ship owners to trim costs," but owners have "been able to take advantage of falling commodity prices and lower insurance costs."

Drewry managing director Nigel Gardiner was quoted as saying: "We anticipate only small rises in the cost of lube oils and other commodities; with a relatively weak global economy inflation is also expected to remain low."

Owners are expected to see modest increases in manning costs, while vessel insurance premiums are likely to rise if freight markets improve because they will push up hull values for modern vessels.

"Over the past few years of low economic growth, expenditure on repairs and maintenance has for many owners been cut back and when markets improve we expect some 'catching up' to take place," Mr Gardiner added.


Source : HKSG.

[231115.ID.SEA] Aktivitas Pelabuhan Tanjung Emas Dihentikan, Ini Penjelasan Pelindo III

Bisnis.com, SURABAYA – Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang terhenti kendati PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III mengklaim telah berupaya untuk mengurus Surat Izin Usaha Perusahaan Bongkar Muat (SIUPBM) seperti yang diminta oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tanjung Emas.

Kepala Humas Pelindo III Edi Priyanto dalam siaran persnya Senin (23/11/2015) menyebutkan Pelindo III sudah berupaya mengurus izin itu dengan meminta rekomendasi KSOP Tanjung Emas Semarang untuk digunakan sebagai syarat pengurusan izin tersebut.

Permohonan rekomendasi tersebut diwujudkan dalam surat tertanggal 7 Agustus 2015.

“Kami bahkan sudah bersurat ke Gubernur Jawa Tengah, tapi pihak KSOP belum juga mengeluarkan rekomendasi SIUPBM dengan alasan Pelindo III harus membentuk Badan Usaha yang khusus menangani kegiatan bongkar muat,” jelasnya menyusul adanya penghentian aktivitas bongkar muat di Tanjung Emas oleh KSOP Tanjung Emas.

Dia menambahkan KSOP Tanjung Emas juga meminta Pelindo III untuk mengubah anggaran dasar perusahaan untuk mendapat perolehan rekoemndasi SIUPBM.

“Hal itu jelas tidak mungkin (mengubah Anggaran Dasar perusahaan), karena Pelindo III ini didirikan berdasarkan PP No. 58/1991 yang ditandatangani oleh Presiden,” katanya.

Adapun dalam izin BUP yang dimiliki oleh Pelindo III berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.88/2011 dijelaskan bahwa Pelindo III sebagai Badan Usaha Pelabuhan (BUP) dapat melalukan pengusahaan jasa kepelabuhanan salah satunya penyediaan dan/atau pelayanan jasa bongkar muat barang.

“Artinya ijin BUP yang dimiliki Pelindo III sudah selaras dengan Permen Perhubungan No. PM.60/2014 yang selalu digunakan sebagai dasar KSOP Tanjung Emas untuk meminta Pelindo III harus memiliki SIUPMB,” tambahnya.

Menurut Edi, adanya penghentian aktivita bongkar muat di Tanjung Emas adalah kejadian luar biasa lantaran selama ini di pelabuhan lain yang dikelolah oleh Pelindo III tidak terjadi hal tersebut.

“Contohnya di Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap yang sudah memiliki SIUPBM yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berdasarkan surat rekomendasi dari KSOP Tanjung Intan Cilacap,” ungkapnya.


Sumber : Bisnis Indonesia, 23.11.15.

22 November 2015

[221115.EN.SEA] Maersk's Box-ships No Longer The Largest In The World In TEU Terms

DANISH shipping and oil conglomerate AP Moeller-Maersk no longer have the largest ships in world in TEU terms, according to Industry Tap.

Today, the Maersk ships have been surpassed by the CSCL Globe, MSC Zoe, and MSC Oscar, which are larger in carrying capacity at 19,100 TEU, but not in length which is the same at 1,312 feet (400m).

The top 4 largest container ships are the MSC Switzerland's MSC Oscar, MSC Oliver, MSC Zoe, and the MSC Maya, all of which are 1,297 feet (395.3m) with maximum carrying capacities of 19,224 TEU. The next 4 largest ships are owned by CSCL China and include the CSCL Pacific Ocean, CSCL Indian Ocean, CSCL Atlantic Ocean, and CSCL Arctic Ocean, with a carrying capacity of 19,100 TEU.

The trend toward huge ships began in the 1980s when the first Panamax was built, expanding ships from 705 feet and a maximum of 2,500 TEU to ships as large as 950 feet and up to 4,000 TEU. Post-Panamax and Post-Panamax Plus ships occurred from roughly 1990 to 2005, which saw ships up to 1,100 feet long with a carrying capacity of up to 8,000 TEU. Over the past 10 years, ship sizes have ballooned to 1,312 feet with maximum carrying capacity of 19,224 TEU.

According to Alpha Liner, there are currently 6,096 ships active on liner trades with 20,312,469 TEU. APM-Maersk's fleet of containership with a total capacity of 2.99 million TEU has a 14.7 per cent market share of the world liner fleet in TEU terms. In second place with 13.4 per cent market share is MSC followed by CMA CGM with an 8.8 per cent share.


Source : SN – TR.

[221115.ID.BIZ] Infrastruktur: China Tawarkan Pinjaman US$10 Miliar Untuk Asean

Bisnis.com, JAKARTA -- China menawarkan pinjaman infrastruktur senilai US$10 miliar untuk negara-negara Asia Tenggara, demikian yang disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri China, Liu Zhenmin.

China juga berencana memberikan bantuan senilai US$560 juta kepada negara-negara yang terkebelakang anggota Asean pada tahun depan. Liu mengungkapkan hal itu walaupun tidak memberikan rincian bank mana yang akan memberikan pinjaman tersebut.

Seperti dikutip Trust.org, China memberikan janji tersebut dalam rangka memperluas pengaruhnya ke dalam negara-negara berkembang, termasuk di Asia Tenggara. "AIIB memenangkan dukungan dari Asia dan Eropa Barat pada tahun ini meskipun ada respon ambivalen dari Amerika Serikat," demikian Trust.org, Minggu (22/11/2015).

AIIB dibuat untuk menyaingi Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia terkait dengan proyek-proyek pembangunan di Asia. Amerika Serikat yang memperingatkan negara-negara ketika ingin bergabung ke AIIB, menyatakan kekhawatirannya terhadap betapa besarnya pengaruh China dalam lembaga baru itu.

Walaupun demikian, China mengatakan pihaknya tak akan memiliki hak veto, tidak seperti yang terjadi pada Bank Dunia. Di dalam lembaga multilateral itu, AS memiliki hak veto terbatas.

Sumber : Bisnis Indonesia, 22.11.15.

21 November 2015

[211115.EN.BIZ] Ferry And Cruise Ship Evacuated After Bomb Threat

Hundreds of passengers of the "Spirit of Tasmania 1" and the "Noordam" were stranded for four hours after a bomb scare at Melbourne's Station Pier on Nov 19, 2015, enforcing the evacuation of both ships.

Passengers found shelter in a nearby pub as police inspected the "Noordam".

Officers cordoned off part of the street.

The operation was calm and the pier was evacuated efficiently.

Paramedics, a couple of ambulances, at least 15 police cars and a lot of detectives were on scene.

The Victorian Bomb Response Unit conducted safety checks at the pier after sniffer dogs picked up a suspicious smell at 12.15 p.m., but deemed the area safe at around 4.15 p.m.

No suspicious package was found at Melbourne's main passenger shipping terminal.

The vessels were set to depart on Nov 20 at 5.30 p.m.

Source : SN-TR.

[211115.ID.BIZ] PT Inka: Bangladesh Order 150 Kereta Api Senilai US$72 Juta

Bisnis.com, MADIUN - Selain menggarap 44 kereta api pesanan PT KAI, pabrik PT Inka telah membuat kereta pesanan luar negeri, seperti dari Bangladesh, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Australia.

"Bahkan, saat ini Inka sedang menggarap pesanan 150 kereta dari Bangladesh dengan nilai kontrak mencapai US$72 juta atau sekitar Rp900 miliar," kata Direktur Komersial dan Teknologi PT INKA Yunendar Aryo Handoko di Madiun, Sabtu (21/11/2015).

Kontrak tender tersebut diperoleh pada November 2014 dan akan diserahkan secara bertahap hingga selesai pada akhir 2016.

Untuk tahap awal, akan diserahkan 11 kereta dari 150 kereta atau gerbong yang dipesan, pada Februari 2016. Sisanya akan diserahkan secara bertahap hingga akhir tahun 2016.

Sejauh ini pengerjaan kereta pesanan Bangladesh untuk tahap pertama telah mencapai 70%. Sehingga pihaknya optimistis pada batas waktu tahap pertama Februari 2016 dapat dilakukan pengiriman. Demikian juga dengan batas waktu sebelum masa Angkutan Lebaran untuk kereta pesanan PT KAI.

Inka adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara yang berdiri di 29 Agustus 1981. PT Inka merupakan pengembangan dari Balai Yasa Lokomotif Uap yang dimiliki oleh PJKA (sekarang PT Kereta Api Indonesia). Balai Yasa ini berlokasi di Madiun.

Sejak lokomotif uap sudah tidak dioperasikan lagi, maka Balai Yasa ini dialihfungsikan menjadi pabrik kereta api. Penentuan lokasi dan pendirian pabrik kereta ini berdasarkan hasil studi dari BPPT.


Sumber : Bisnis Indonesia, 21.11.15.

20 November 2015

[201115.EN.BIZ] Maersk (MCI) Starts Production Of Reefer Containers At New Factory In Chile

MAERSK Container Industry (MCI), a part of the Maersk Group, has commenced production of refrigerated containers and Star Cool refrigeration machines at its new factory in San Antonio, Chile, which is strategically located in South America to cater to strong demand for fruit exports.

The first trial production of these ISO standard 40-foot reefer containers were delivered during the third quarter to Maersk Line and CMA CGM, and both shipping lines have since placed new orders.

Maersk Line has secured a fixed monthly volume of these reefer containers from the MCI facility. The production of the reefer containers out of Chile means that the Danish carrier will be able to immediately employ them instead of making first an empty relocation trip and it will also help the carrier create new business opportunities on the west coast of South America.

CEO of MCI Stig Hoffmeyer said in a statement: "Offering the Star Cool Integrated reefers locally to shipping lines, farmers, fruit distributors and leasing companies, will have a financial benefit counted in thousands of dollars per reefer, and millions for the industry in total."

Mr Hoffmeyer said the new MCI factory is a "strategic US$200 million green field investment. In the coming years, we will gradually ramp up production to 25,000 reefer containers per year giving full priority to safety and quality. The factory is designed for a potential future sale of 40,000 reefers by 2020, all under one roof."

Every year 100,000 reefer containers are needed in Chile to cater for the large export market. Including Colombia, Ecuador and Peru demand amounts to approximately 300,000 reefer containers, predicts Seabury, the international shipping and transportation analyst. For many years, China has up until now been the only country with reefer container production.


Source : HKSG.