28 Januari 2016

[280116.ID.BIZ] Grup Salim Membeli Tambang Rio Tinto


JAKARTA.  Perusahaan milik taipan asal Indonesia Anthoni Salim, MACH Energy Australia Pty Ltd, resmi membeli pertambangan batubara Mount Pleasant di New South Wales, Australia, milik Rio Tinto Group senilai US$ 224 juta.

Pembelian aset ini untuk memperluas industri yang saat ini kelebihan pasokan global dikarenakan harga yang tengah anjlok.

MACH berharap produksi batubara pertama di Mount Pleasant bisa dilakukan pada akhir 2017. Perusahaan ini menargetkan pembangkit listrik berbahan bakar batubara di Asia jadi pasarnya.

Grup Salim membeli tambang batubara tersebut saat harga batubara berada di level terendah sejak tahun 2006. Kemarin, harga batubara thermal di pelabuhan Newcastle, Australia, anjlok menjadi sekitar US$ 48 per metrik ton.

Mathew Hodge, seorang analis pertambangan dari Morningstar Inc di Sidney,  menilai, MACH memanfaatkan momentum rendahnya harga batubara untuk membeli aset. Namun, dia pesimistis investasi itu akan cepat kembali. "Perlu waktu lama," tandas Hodge, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (27/1).

Sejauh ini, KONTAN belum mendapatkan penjelasan resmi dari Grup Salim. Franciscus Welirang, orang dekat Anthony Salim, belum merespon konfirmasi KONTAN soal aksi korporasi itu.

Nah, Rio Tinto menyatakan, penjualan tambang batubara Mount Pleasant di New South Wales kepada MACH Energy  adalah bagian dari penjualan sejumlah asetnya. Total uang yang akan dikantongi Rio Tinto dari penjualan asetnya mencapai US$ 4,7 miliar dalam tiga tahun terakhir.

Tahun lalu, Rio Tinto menjual saham perusahaan batubara Bengalla di Australia senilai US$ 606 juta. Pembelinya New Hope Corporation.

Deputi Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia Hendra Sinadia menyatakan, dirinya sudah mendengar rencana Grup Salim itu. Tapi dia tak menyangka Salim membeli pertambangan di Australia. "Saya kira konsesi milik Rio Tinto di Sulawesi Tenggara," ungkap Hendra kepada KONTAN, Rabu (27/1).

Sebagai catatan, industri batubara dunia memang tengah lesu. Sejumlah investor besar mulai menjauhi batubara. Selain merosotnya permintaan batubara dari China, harga batubara juga tertekan sentimen isu lingkungan.

Toh, sejumlah sentimen itu belum sampai mematikan industri pertambangan batubara di Australia. Bahkan Badan Energi Internasional memperkirakan, Australia bisa menyalip Indonesia sebagai eksportir batubara terbesar di dunia. Pertimbangannya, pasar batubara Australia lebih variatif dan tak bertumpu pada pasar China saja. Saat ini, India, Malaysia dan Vietnam adalah pasar utama ekspor batubara Australia.

Sumber : Kontan, 28.01.16.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar