JAKARTA.
Menteri
Perindustrian Airlangga Hartarto melakukan kunjungan kerja ke Korea
Selatan pada 3-6 Juli 2017 lalu. Selama di Negeri Ginseng, agenda Menperin
meliputi pertemuan bisnis dengan jajaran direksi Lotte dan LG. Selain itu,
Airlangga menjadi pembicara pada kegiatan ASEAN Leadership Conference, serta
mengunjungi pabrik baja Posco.
Airlangga
menjelaskan, pihaknya tengah membidik investor Korea Selatan, yakni Lotte
Chemical Titan agar segera merealisasikan penanaman modalnya sebesar US$
3- US$ 4 miliar di Tanah Air.
Mereka
akan memproduksi naphtha cracker dengan total kapasitas sebanyak 2 juta ton per
tahun. “Mereka sudah pembebasan lahan untuk pabrik di Cilegon, Banten sebesar
60 hektare. Mereka masih butuh pembebasan lahan lagi sebesar 40 hektare. Jadi total
ada 100 hektare,” ujar Airlangga, Senin (10/7).
Selain
itu, bisnis Lotte di Indonesia juga ada dalam bisnis ritel seperti Lotte Mart.
Menurut Airlanggga akan ada pengembangan grup ritel Lotte di Indonesia.
"Sedangkan dalam pengembangan bisnis IT mereka akan kerjasama dengan
Indomaret," tambah Airlangga.
Di
samping itu, sektor strategis lainnya yang sedang dipacu pengembangannya di
Indonesia adalah industri baja. Upaya ini untuk mendorong pembangunan klaster
industri baja di Cilegon, Banten yang akan memproduksi 10 juta ton baja pada
tahun 2025.
Sebelumnya
PT
Krakatau Steel Tbk dan perusahaan baja Korea Selatan, Posco
telah berkomitmen untuk mendukung pembangunan klaster 10 juta ton baja
tersebut. Saat ini, kapasitas produksi PT KS digabungkan dengan PT
Krakatau Posco (perusahaan patungan PT KS dan Posco) di Cilegon telah
mencapai 4,5 juta ton, dan segera meningkat kembali dengan beroperasinya pabrik
HSM#2 berkapasitas 1,5 juta ton pada akhir tahun 2019, sehingga total akan
mencapai 6 juta ton.
Artinya,
hanya perlu menambah 4 juta ton untuk mencapai proyek 10 juta ton dari klaster
tersebut. Klaster baja Cilegon ini bakal menghasilkan baja gulungan untuk
konstruksi, baja lembaran untuk peralatan rumah tangga, perkapalan, mobil,
hingga baja lembaran berkualitas tinggi.
"Kami
harap kerjasama tiga pihak baik Krakatau Steel, Posco dan juga Nippon Steel
untuk pengembangan baja bisa lebih cepat," kata Airlangga.
Dalam
kunjungan ke Korea Selatan, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto
menyarankan kepada perusahaan asal Korea Selatan, LG International agar dapat
memanfaatkan penggunaan gas di Teluk Bintuni, Papua Barat dan Blok Masela,
Maluku. Hal ini lantaran LG International dan PT. Duta Firza telah sepakat
untuk mendirikan industri petrokimia di Indonesia dengan menyerap gas sebagai
bahan baku.
Airlangga
menjelaskan, pabrik petrokimia yang bakal dibangun oleh LG International
memiliki nilai investasi sebesar US$ 1,3 miliar dan ditargetkan memproduksi
methanol sebanyak 1 juta ton per tahun.
“Proyek
mereka akan membutuhkan natural gas mencapai 90 mmscfd dengan ekspektasi harga
USD 1 per mmbtu. Saat ini, LG masih melakukan feasibility study di Bintuni,”
ungkapnya.
Berdasarkan
catatan BKPM, Korea Selatan adalah investor nomor tiga terbesar di Indonesia.
Di sektor industri manufaktur, perusahaan-perusahaan Korea Selatan
berkontribusi hingga 71% dari total investasi selama lima tahun terakhir
sebesar US$ 7,5 miliar. Bahkan, pabrik-pabrik tersebut mampu menyerap tenaga
kerja sebanyak 900 ribu orang.
Tagih investasi dari Jepang
Sedangkan
dalam kunjungan ke Jepang, Airlangga menjelaskan pihaknya bertemu direksi
Sojitz Corporation untuk meningkatkan investasinya. Terutama dalam pembangunan
industri petrokimia di Bintuni.
Kementerian
Perindustrian mencatat, potensi pembangunan industri petrokimia di Bintuni
karena terdapat dua cadangan gas yang dioperasikan oleh dua perusahaan, BP
Tangguh sebesar 23,8 trillion standard cubic feet (TSCF) dan Genting Oil Kasuri
Pte, Ltd sebesar 1,7 TSCF. Area ini berpotensi dikembangkan untuk pabrik
petrokimia yang memproduksi komoditas gas alam dalam dua fase.
Pertama,
sebesar 257 mmscfd yang dipasok dari BP Tangguh dan Genting Oil Kasuri Pte,
Ltd. dengan target beroperasi pada tahun 2021 untuk menghasilkan methanol,
ethylene, propylene, polyethylene, dan polypropylene. Fase kedua sebesar 90
mmscfd tahun 2026 dari BP tangguh untuk pabrik ammonia. Adapun, beberapa
investor yang telah menyatakan minat untuk membangun industri petrokimia di
Bintuni, antara lain Ferrostaal, Asahi Kasei Chemicals, LG, Mitsui, dan Sojitz.
"Kami
ajak Sojitz untuk kerjasama dengan PT Pupuk Indonesia dan Ferrostaal untuk
kelola gas di Bintuni," kata Airlangga.
Dalam
kurun waktu enam tahun terakhir, total investasi Jepang di Indonesia mencapai
US$ 19,7 miliar. Jumlah perusahaan Jepang di Indonesia hingga saat ini sudah
mencapai lebih dari 1.750 perusahaan, dengan kegiatan usahanya di bidang
manufaktur, infrastruktur, dan jasa.
Pada
tahun 2016, nilai investasi Jepang ke Indonesia sebesar US$ 5,4 miliar atau
naik 8% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai US$ 2,9 miliar. Beberapa
industri Jepang yang cukup aktif berinvestasi di Indonesia, antara lain sektor
otomotif, logam, mesin dan elektronika.
Sumber
: Kontan, 10.07.17.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar