Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian
Perindustrian memacu sektor-sektor yang memiliki kapasitas lebih untuk
meningkatkan ekspor industri manufaktur.
Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik, ekspor industri pengolahan non migas menunjukkan tren
kenaikan sejak 2015, yaitu senilai US$108,60 miliar menjadi US$110,50 miliar
pada tahun selanjutnya. Pada 2017, ekspor kembali meningkat menjadi US$125,10
miliar dan pada tahun ini diproyeksikan tumbuh 4,51% menjadi US$130,74 miliar.
Saat ini, ekspor produk industri memberikan kontribusi sebesar 72,28% dari
total nilai ekspor.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan pihaknya ingin memacu industri yang memiliki
kapasitas berlebih supaya ekspor semakin meningkat sehingga diharapkan mampu
memperbaiki neraca perdagangan. Salah satu sektor yang memiliki kapasitas lebih
adalah industri otomotif.
Saat ini, sebesar 80% perdagangan
mobil dunia dikuasai oleh jenis sedan. Namun, produksi dalam negeri kebanyakan
berupa SUV dan MPV, sehingga apabila ingin digenjot ekspornya, maka harus
dipacu untuk memproduksi kendaraan jenis sedan.
“Untuk itu, pemerintah sedang
membahas perubahan PPnBM untuk kendaraan sedan. Pasarnya terbuka, seperti
Australia yang membutuhkan 1,3 juta kendaraan dan bisa dimasuki oleh industri
Indonesia,” katanya di Jakarta, Rabu (19/12/2018).
Berdasarkan data Kemenperin, pada
Januari-Oktober 2018, industri otomotif di Indonesia mengekspor kendaraan roda
dua dengan total nilai sebesar US$1,3 miliar dan senilai US$4,7 miliar untuk
kendaraan roda empat.
Potensi ekspor lainnya juga
ditunjukkan oleh industri pakaian, tekstil, dan alas kaki. Menurut Airlangga,
industri tekstil dalam negeri menyatakan siap menaikkan ekspor 2—3 kali lipat
dengan syarat perjanjian perdagangan dengan Eropa dan Amerika Serikat segera
dirampungkan. Pada tahun ini, ekspor tekstil dan pakaian jadi diproyeksikan
mencapai US$13,5 miliar atau naik dibandingkan capaian tahun lalu yang senilai
US$12,58 miliar.
Airlangga juga menyebutkan industri
semen juga akan digenjot untuk meningkatkan ekspornya karena kapasitas
terpasang saat ini sebesar 110 juta ton, sementara kebutuhan domestik sekitar
70 juta ton per tahunnya.
“Industri makanan dan minuman juga
bisa ditingkatkan ekspornya. Namun demikian, memang perlu diperhatikan
kombinasi pasar domestik dan ekspor supaya volumenya meningkat,” katanya.
Sumber : Bisnis, 19.12.18.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar