KOMPAS.com - Rabu (2/6/2010) tepat pukul 08.00 waktu setempat atau pukul 13.00 WIB, pesawat Airbus 330-200 milik Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 88 yang diterbangkan Kapten Samad mendarat di Bandar Udara Schiphol, Amsterdam, Belanda.
Sebanyak 215 penumpang dalam pesawat itu pun secara spontan langsung memberikan tepuk tangan berkali-kali.
Bahkan, begitu pesawat tersebut hendak merapat ke garbarata, langsung disambut dengan semprotan air empat mobil pemadam kebakaran dari sisi kiri dan kanan badan pesawat.
”Inilah model penyambutan terhadap pesawat yang baru masuk di bandara. Hari ini Garuda mendapatkan perlakuan istimewa di Bandara Schiphol,” kata Ari Sapari, pilot yang menerbangkan pesawat Garuda itu dari Jakarta menuju Dubai, Uni Emirat Arab.
Pernyataan Ari Sapari sungguh benar. Saat kami keluar dari pesawat, di pintu terminal bandara sudah menunggu Menteri Transportasi Belanda Camiel Erlings, CFO Schiphol Group Pieter Verboom, dan CEO KLM (maskapai Belanda) Peter Hatman.
Duta Besar Belanda untuk Indonesia Nicolas Vandam dan Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Julian Wilson juga ikut terbang bersama Garuda dari Jakarta.
”Kami merasa sangat terhormat di mana Garuda telah menunjuk Bandara Schiphol menjadi bandara pertama yang menandai terhubungnya kembali koneksi Garuda ke Eropa.
Kami sangat senang dengan penerbangan kembali Garuda rute Jakarta-Amsterdam pergi pulang. Layanan baru ini akan memberikan kesempatan bagi para penumpang untuk melakukan sambungan penerbangan ke kota-kota lain di Eropa melalui Bandara Schiphol,” tegas CFO Schiphol Group Pieter Verboom.
Verboom juga meyakini, dibukanya kembali penerbangan Garuda ke Amsterdam memberikan kemudahan sambungan penerbangan yang lebih baik bagi penumpang yang ingin terbang antara Asia dan Eropa.
Di samping itu, Jakarta bisa menjadi salah satu pintu alternatif bagi masyarakat Eropa yang ingin ke Asia Tenggara dan Australia.
”Kami yakin rute ini akan memperkuat hubungan antara Indonesia dan Belanda, baik untuk keperluan bisnis maupun perjalanan wisata,” ujar Verboom.
Hal serupa juga dikemukakan Menteri Transportasi Belanda Camiel Erlings. ”Kita harus bangun dan mempererat hubungan dalam menghadapi tantangan masa depan.
Kita harus bersinergi untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Jadi, penerbangan kembali Garuda ke Amsterdam adalah sebuah kehormatan, dan mari kita saling bersinergi,” kata Erlings.
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik meyakini langkah Garuda ini akan membangkitkan lagi industri pariwisata di Indonesia.
”Dengan penerbangan kembali Garuda dari Jakarta ke Amsterdam, saya yakin wisatawan dari Eropa ke Indonesia pada tahun 2010 bakal mencapai satu juta orang,” katanya. Selama ini rata-rata 700.000 orang per tahun.
Pasar Eropa
Pesawat Garuda yang melayani rute Amsterdam terbang setiap hari dari Jakarta sejak 1 Juni 2010 menggunakan Airbus 330-200 berkapasitas 222 kursi, terdiri dari 36 kursi eksekutif dan 186 kursi ekonomi. Pesawat itu terlebih dahulu menyinggahi Bandara Dubai untuk mengisi bahan bakar (avtur).
Pesawat ini juga dilengkapi dengan LCD layar sentuh di semua kursi pada semua kelas yang memberikan pilihan 25 film, 250 track audio, dan 25 video permainan. Semua itu sebagai salah satu upaya memberikan kenyamanan bagi penumpang selama dalam penerbangan.
Amsterdam merupakan kota pertama yang dilayani Garuda di Eropa. Rencananya, pada 2011 akan disusul penerbangan ke Paris, Frankfurt, London, dan Roma. Keempat rute itu dibuka setelah pesawat Boeing 777 milik Garuda yang diharapkan siap pada awal 2011.
”Kami menginginkan Garuda terbang langsung dari Jakarta atau Bali menuju ke kota-kota di Eropa. Rencana tersebut bisa terwujudkan setelah pesawat Boeing 777 dioperasikan, sebab pesawat ini bisa terbang selama 15 jam tanpa henti.
Kami menargetkan pada tahun 2011 Garuda terbang lagi ke Paris, London, Frankfurt, dan Roma,” jelas Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar.
Eropa diyakini akan memainkan peran penting dalam strategi pengembangan Garuda selama lima tahun ke depan dalam jaringan penerbangan internasional.
”Membangun posisi yang kuat di Amsterdam dan kota lainnya di Eropa menjadi hal utama dalam memenuhi target pertumbuhan Garuda lima tahun ke depan,” ujarnya.
Amsterdam sesungguhnya rute lama Garuda. Rute ini ditutup pada tahun 2004 akibat kondisi keuangan Garuda yang terus merugi. Lalu diperparah lagi dengan keputusan Komisi Transportasi Uni Eropa yang melarang semua maskapai Indonesia terbang ke 27 negara anggota Uni Eropa.
Larangan itu dicabut tahun 2009 setelah Garuda Indonesia melakukan berbagai perbaikan pelayanan, seperti usia pesawat yang dioperasikan yang kini rata-rata di bawah 8 tahun dari sebelumnya 14 tahun, ketepatan waktu berangkat dan tiba, kemudahan pembelian tiket, pelayanan di atas pesawat, dan lainnya.
Sebagai pengakuan atas peningkatan kualitas pelayanan itu, Garuda mendapatkan berbagai penghargaan internasional, seperti sertifikat maskapai dengan peringkat pelayanan bintang empat dari Skytrax London.
Penghargaan lain adalah World’s Most Improved Airline dari Skytrax Word Airline. Penghargaan ini diberikan setelah dilakukan survei terhadap 18 juta penumpang internasional.
”Kami telah melakukan investasi yang besar dalam mengembangkan budaya pelayanan, yakni Garuda Indonesia Experience yang menggabungkan keramahtamahan Indonesia yang hangat dan bersahabat dengan kualitas pelayanan dan kenyamanan.
Semua ini akan terus dibenahi sebab kami ingin Garuda pun kelak menjadi maskapai berbintang lima,” kata Direktur Layanan Niaga Garuda Agus Priyanto.
Kini Garuda telah berada di gerbang era baru. Jika tidak ada rintangan, paling lambat pada kuartal keempat 2010 maskapai ini akan menjadi perusahaan terbuka dengan melepaskan sekitar 30 persen saham ke publik.
Dana yang bakal didapatkan sebesar 300 juta dollar AS (sekitar Rp 3 triliun) untuk pengembangan bisnis. Selain itu, Garuda akan menjadi perusahaan yang lebih transparan dan efisien, serta bebas dari campur tangan kelompok kepentingan.
Itu sebabnya manajemen Garuda pun telah membuat sejumlah target yang ingin diraih pada tahun 2014. Saat itu jumlah pesawat akan menjadi 116 unit yang mengangkut 27,3 juta penumpang dibanding tahun 2009 yang hanya 69 unit dengan 10,3 juta penumpang.
Pendapatan perusahaan pun naik menjadi Rp 53,7 triliun dengan keuntungan Rp 3,7 triliun dibanding tahun 2009 yang penghasilannya hanya Rp 18,1 triliun dengan keuntungan Rp 669 miliar.
Semoga semua ini berjalan sesuai rencana sehingga kelak Garuda benar-benar jadi satu dari sedikit maskapai di dunia yang berbintang lima. (JANNES EUDES WAWA dari Amsterdam, Belanda)
Sumber : Kompas, 11.06.10.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar