JAKARTA.
Direktur
Utama PT Garuda Indonesia Tbk Pahala N Mansury membantah keras jika
perusahaan penerbangan pelat merah yang dipimpinnya akan gulung tikar. Menurut
Pahala, justru mulai di kuartal II 2017 kinerja keuangan perseroan membaik.
Hal
itu dinyatakan Pahala, menjawab kekhawatiran banyak pihak melihat jebloknya
kinerja keuangan Garuda Indonesia di kuartal I 2017. Dia menilai, kekhawatiran
itu terlalu berlebihan.
"Tiga
bulan pertama memang ada kerugian, tapi jauh sekali kalau ada orang yang bilang
tidak akan bisa beroperasional (bangkrut). Itu jauh sekali dari
kondisinya," kata Pahala, yang resmi menjabat sebagai direktur utama di
Garuda Indonesia pada April 2017 lalu, di kantor
Kementerian Perhubungan di Jakarta, Minggu (11/6).
"Likuditas
kami masih sangat bagus, ekuitas yang kami miliki juga masih sangat baik. Jadi
dari beberapa aspek kondisi kami masih sangat bagus," lanjutnya.
Seperti
diketahui, pada kuartal I 2017 Garuda Indonesia mencatatkan kerugian sebesar US$ 98,5
juta atau sekitar Rp 1,31 triliun (kurs 13.300). Padahal pada kuartal I
2016, perseroan mencatatkan laba US$ 1,02 juta.
Menurut
Pahala, kerugian yang terjadi pada kuartal I 2017 lalu disebabkan oleh beberapa
hal. Antara lain, karena kenaikan harga bahan bakar avtur.
Dalam
paparan kinerjanya, Garuda menyebutkan bahwa dalam setahun terakhir biaya bahan
bakar perseroan naik 54% dari US$ 189,8 juta di kuartal I 2016 menjadi US$ 292,3
juta di kuartal I 2017 akibat kenaikan harga avtur.
Kenaikan
biaya bahan bakar tersebut secara signifikan membuat total biaya operasional
meningkat 21,3% dari US$ 840,1 juta di kuartal I 2016 menjadi US$ 1,01 miliar
di kuartal I 2017, atau mencapai 20%-30% dari biaya operasional.
Di
sisi lain, penerimaan pendapatan yang naik 6,2% dari US$ 856 juta di kuartal I
2016 menjadi US$ 909,5 juta di kuartal I 2017, tidak mampu mengkompensasi
tingginya biaya bahan bakar.
Kemudian,
perseroan juga menangguk rugi karena sedikitnya jumlah penumpang yang diangkut.
Hal ini sejalan dengan siklus tahunan sepinya penumpang di kuartal I.
Pahala
mencatat, ada beberapa rute penerbangan baik domestik maupun mancanegara
mengalami kerugian akibat sedikitnya jumlah penumpang. Setidaknya ada 10-20
rute dalam daftar yang tengah dikaji oleh pihak maskapai mengenai
keberlanjutannya.
Andalkan Mudik Lebaran
Pahala
mengatakan, di kuartal II 2017 mulai ada perkembangan operasional positif.
Perseroan melakukan efisiensi bahan bakar dan operasional. Perseroan fokus
mengejar kenaikan jumlah penumpang di kuartal II 2017.
"Saat
ini kami masuk periode haji dan peak season mudik Lebaran," kata dia.
Dengan
demikian, Pahala berharap kinerja perusahaan maskapai yang dipimpinnya ke depan
akan semakin lebih baik. Terlebih dengan estimasi kenaikan jumlah penumpang
yang akan diangkut.
"Memang
karena kondisi persaingan yang ada, tarif penerbangan domestik kondisinya
menurun, tapi kalau kita lihat sebetulnya positif," tutup dia.
Sumber
: Kontan, 12.06.17.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar