JAKARTA.
Untuk meningkatkan kinerja penjualan rokok, produsen rokok tak hanya berharap
dari kepulan asap rokok di dalam negeri. PT Hanjaya Mandala (HM) Sampoerna Tbk
misalnya, kini mencoba peruntungan dengan menggenjot pasar ekspor.
Untuk
menggarap pasar ekspor produk tembakau tersebut, emiten berkode saham HMSP
tersebut mengklaim telah menggelontorkan investasi ratusan juta dolar Amerika
Serikat (AS). "Sampoerna sudah investasi sekitar US$ 300 juta di dalam
pabrik, dan itu untuk pasar ekspor," kata Paul Norman Janell, Presiden
Direktur PT HM Sampoerna Tbk, di sela-sela acara Trade Expo Indonesia
2016, Rabu (12/10).
Sampai
sekarang, Sampoerna telah mengekspor ke-43 negara di seluruh dunia.
Mayoritas ekspor menyasar Eropa dan Asia. Adapun bidikan pasar yang kini
menjadi fokus Sampoerna adalah Australia dan juga memperbesar lagi pasar Eropa.
Sayang, Paul enggan membeberkan strategi menggarap pasr tersebut
Meski
rokok milik produksi Indonesia digemari konsumen di pasar ekspor, Paul bilang,
pihaknya tak serta merta bisa melenggang masuk ke Eropa. Sebab, ada sejumlah
instrumen perdagangan yang menjadi kendala HMSP mengekspor rokok ke Eropa.
Selain
pemberlakuan bea masuk, negara tujuan ekspor di Eropa juga menghadang rokok
dari Indonesia dengan persyaratan ketat. Paul menyodorkan contoh, pihaknya tak
bisa mengekspor rokok Sampoerna Mild ke Eropa karena kadar
tar yang lebih tinggi dari persyaratan di sana.
Asal
tahu saja, kawasan di Eropa memberlakukan maksimum tar 10%, sedangkan kadar
tar Sampoerna Mild adalah 14%. "Ada kesempatan ekspor, tapi ada pula
keterbatasan," ungkap Paul.
Sepanjang
enam bulan pertama tahun 2016, ekspor Sampoerna tercatat senilai Rp 246,01
miliar atau turun 13% dibandingkan periode sama tahun 2015 yang mencetak nilai
ekspor Rp 279,29 miliar. Kontribusi ekspor HM Sampoerna tersebut terbilang
mini, hanya 0,52% dari total penjualan rokok yang mencapai Rp 47,34 triliun di
semester pertama 2016.
Adapun
sepanjang tahun 2015 lalu, ekspor HM Sampoerna mencapai Rp 559,38 miliar, naik
46% ketimbang ekspor Sampoerna tahun 2014 senilai Rp 382,84 miliar. Adapun
total penjualan HM Sampoerna tahun 2015 tercatat Rp 89,07 triliun, naik 10,4%
ketimbang penjualan tahun 2014 senilai Rp 80,69 triliun.
Terkait
proyeksi penjualan sampai akhir tahun ini, Paul memperkirakan, terjadi
penurunan penjualan sebesar 1% sampai 2%. Menurut Paul, pelemahan pasar rokok
tersebut sudah dirasakan HM Sampoerna pada kuartal II-2016. Pada saat itu
pangsa pasar HM Sampoerna turun menjadi 34%, dari semula 35% di kuartal
II-2015. "Market share di bawah tahun lalu, untung kinerja HM Sampoerna
masih oke," kata Paul.
Demi
mendukung ekspor rokok tersebut, Sampoerna akan melakukan perawatan mesin
pabrik. "Belum ada rencana ekspansi, tahun ini kami mengalokasikan belanja
modal Rp 1 triliun untuk maintenance saja," kata Paul.
Sumber
: Kontan, 13.10.16.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar