KOMPAS.com — Bukan hanya untuk mencari berita terkini, kegiatan membaca buku, membayar rekening listrik, hingga curhat dengan sahabat di belahan dunia lain kini bisa dengan mudah dilakukan menggunakan fasilitas internet.
Rasanya, hidup kita sekarang tak mungkin dipisahkan dari internet. Bahkan, bangun tidur pun yang dilakukan pertama kali adalah membuka internet untuk meng-update status di situs jejaring sosial.
Namun, waspadailah bila waktu Anda berselancar di dunia maya ini sudah masuk pada zona kecanduan. Studi teranyar menunjukkan bahwa 1,2 persen orang yang kecanduan internet cenderung mengalami depresi.
Kesimpulan ini dihasilkan berdasarkan survei yang dilakukan secara online terhadap 1.310 pengguna internet.
Responden dalam survei ini berusia 16-51 tahun. Mereka ditanyai durasi penggunaan internet dan tujuannya. Para responden juga diberi beberapa seri pertanyaan untuk mengetahui apakah mereka menderita depresi.
Peneliti menemukan bahwa sejumlah responden mempunyai dorongan tinggi untuk berinternet hingga menggeser kehidupan sosial di dunia nyata. Mereka lebih suka berkomunikasi lewat situs jejaring sosial atau chat room.
Sebanyak 1,2 persen responden tergolong dalam pencandu internet. Mereka lebih banyak berinteraksi di situs jejaring sosial, perjudian, atau situs porno.
Ketua peneliti, Dr Catriona Morrison, mengatakan bahwa di dunia modern ini internet memegang peran yang sangat penting tetapi diiringi dengan sisi gelap. Para pencandu internet lebih rentan depresi dibanding pengguna internet biasa.
"Banyak pengguna internet yang lebih mudah mengurus tagihan rekening, membalas e-mail, atau berbelanja. Namun, mereka juga mengaku sulit membatasi waktunya untuk memakai internet hingga mengganggu kehidupan nyata," paparnya.
Morrison mengungkapkan, belum diketahui apakah penggunaan internet yang berlebihan menyebabkan depresi atau mereka adalah orang-orang depresi yang menenggelamkan diri di dunia maya.
DrVaugn Bell dari Institute of Psychiatry di King's College London mengatakan, secara definisi, orang yang "kecanduan internet" memang secara emosional tertekan. Dengan demikian, ia berpendapat bahwa hasil studi ini tidak mengejutkan.
Studi ini menguatkan studi sebelumnya yang menyatakan bahwa orang yang stres atau dilanda kecemasan cenderung menggunakan internet lebih sering dibanding orang yang emosinya stabil. Menurut para pakar, cara seseorang dalam bersosialisasi akan berdampak pada kesehatan mentalnya.
"Para pencandu internet mulai kehilangan makna pertemanan karena menggantinya dengan teman-teman virtual di jejaring sosial. Hal ini mungkin memengaruhi kesehatan mental mereka," kata Sophie Corlett dari Mental Health Charity Mind.
Ia menambahkan, sosialisasi seharusnya dilakukan lewat kegiatan tatap muka, dan interaksi langsung merupakan salah satu faktor yang membuat mental kita selalu dalam keadaan sehat. Biar bagaimanapun, manusia adalah makhluk sosial.
Sumber : Kompas, 03.02.10.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar