JAKARTA, KOMPAS.com — Mau naik kereta api peluru alias Shinkansen? Tak perlu lagi ke Jepang atau Taiwan. Tak lama lagi Indonesia bakal memilikinya.
"Jakarta-Surabaya bisa ditempuh dalam waktu tiga jam dengan kecepatan rata-rata per jam mencapai 240 kilometer," ungkap Humas Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Muhartono, Rabu (19/5/2010) di Jakarta.
Jika semua lancar, maka tahun 2020 Shinkansen bisa mulai beroperasi. Investornya bisa 100 persen swasta, BUMN, BUMD, PT KAI (Kereta Api Indonesia), atau kerja sama di antara mereka.
”Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian memang membuka peluang tersebut untuk memicu pertumbuhan dunia usaha kereta api,” ujar Muhartono.
Ia lalu memberi contoh proyek Angkutan Massal Cepat milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang melayani jalur Lebak Bulus-Dukuh Atas.
Menurut Muhartono, pembangunan jaringan kereta api berkecepatan tinggi atau high speed train (HST) akan memberi nilai tambah pada keseluruhan sistem transportasi di Tanah Air, mengurangi beban jalan raya, menghemat energi, dan mengurangi polusi.
"Masyarakat jadi punya pilihan menggunakan moda transportasi," ucap Muhartono.
Belakangan, para petinggi Ditjen Perkeretaapian mulai memburu para investor asing, terutama investor Jepang dan China, yang berminat menanamkan modalnya di dunia perkeretaapian di Tanah Air.
"China tampak kuat di pembangunan jaringan rel kereta api layangnya, sedangkan Jepang unggul di teknologinya. Nanti kita hitung, mana yang lebih menguntungkan buat kita," tutur Muhartono.
Ia menambahkan, jalur rel HST dibangun sendiri dan terpisah dari jaringan kereta api reguler. Oleh karena itu, pembangunan jaringan rel HST selalu ganda, melayani HST yang berangkat dan tiba.
"Susunan gandanya bisa atas bawah, bisa atas-atas berjajar, tergantung yang dikehendaki investor," ucap Muhartono.
Tingkat keselamatan
Kereta api Shinkansen mulai diluncurkan di Jepang tanggal 1 Oktober 1964 saat olimpiade berlangsung di Tokyo. Selama kurang dari tiga tahun, kereta api ini melayani lebih dari 100 juta penumpang.
Pada tahun 1976, kereta api yang meluncur bak peluru ini sudah melayani 1 miliar penumpang.
Tahun 1992, Jepang meluncurkan Shinkansen baru, ”Nazomi”, yang bisa dipacu 270 kilometer per jam. Kini, Jepang sedang mengembangkan landasan kereta api linear motor car yang bakal mampu menambah kecepatan Shinkansen.
Hingga kini belum ada daftar kecelakaan fatal yang menimpa Shinkansen sejak beroperasi 40 tahun lalu. Yang ada cuma orang yang terluka atau barang yang rusak karena terjepit pintu kereta api.
Oleh karena itu, kehadiran Shinkansen di jalur Jakarta-Surabaya bakal jadi pesaing besar dunia usaha penerbangan yang belakangan disindir sebagai maskapai metromini karena rendahnya kualitas pelayanan dan seringnya terjadi kecelakaan.
Untuk menghadapi gempa bumi, Shinkansen dilengkapi sistem deteksi yang menghentikan laju kereta api. Generasi terakhir Shinkansen, Fastech 360, bahkan dilengkapi dengan sayap rem penahan angin untuk mempercepat penghentian kereta api saat gempa bumi terjadi.
Stasiun Manggarai
Selain sedang merancang proyek Shinkansen, Ditjen Perkeretaapian saat ini sedang mengerjakan pembangunan jaringan rel kereta api dwiganda atau double double track (DDT), Manggarai-Cikarang.
Biaya yang dianggarkan untuk membebaskan tanah mencapai Rp 30 miliar, sedangkan alokasi dana pembangunan jaringan rel-nya antara lain berasal dari pinjaman lunak Jepang.
"Tentang berapa jumlah totalnya, belum ditetapkan karena masih harus menunggu pembebasan tanah beres semua," ucap Muhartono.
Pembangunan rel dwiganda terdiri dari tiga paket. Paket Manggarai-Jatinegara sepanjang tiga kilometer, paket Jatinegara-Bekasi sepanjang 15 kilometer, dan paket Bekasi-Cikarang sepanjang 17 kilometer.
"Kalau lancar, tahun 2012 seluruh jaringan sudah operasional," ujar Muhartono.
Ia menjelaskan, pembangunan infrastruktur rel dwiganda mencakup pekerjaan rel dwiganda Manggarai-Cikarang, pembangunan elevated track Manggarai-Jatinegara, pembangunan stasiun utama Manggarai, Stasiun Jatinegara, Stasiun Bekasi, dan Stasiun Cikarang.
Selanjutnya adalah pembangunan rel dwiganda baru Jatinegara-Bekasi 18 kilometer, elektrifikasi (sistem aliran atas) Bekasi-Cikarang 17 kilometer, pembangunan depo lokomotif dan penyimpan kereta listrik di Cipinang, serta pembangunan dua jalan layang rel kereta api di Cipinang dan Jalan Perjuangan, Bekasi.
Muhartono memaparkan, pembangunan rel dwiganda bertujuan memisahkan jalur pelayanan kereta api jarak jauh dan pelayanan kereta api komuter.
Pemisahan jalur pelayanan ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas lintas antara Stasiun Jatinegara dan Stasiun Cikarang.
Pemisahan jalur juga akan memperpanjang jalur kereta api komunter sampai Stasiun Cikarang, dan memindahkan stasiun akhir kereta api jarak jauh ke Stasiun Manggarai.
"Pada masa mendatang, Stasiun Manggarai bakal menjadi jantungnya kegiatan perkeretaapian nasional karena, selain menjadi pusat kegiatan kereta api jalur rel kereta api dwiganda, stasiun ini juga menjadi stasiun utama Shinkansen Jakarta-Surabaya," ungkap Muhartono.
Sumber : Kompas, 19.05.10.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar