JAKARTA (Bisnis.com): Penguatan rupiah yang terus berlanjut diperkirakan akan memukul eksportir di Tanah Air karena ada penurunan nilai tukar yang cukup tajam dibandingkan dengan investasi dan imbal hasil yang diharapkan.
Wakil Ketua Umum Kadin bidang Investasi dan Perhubungan Chris Canter mengatakan saat ini eksportir tengah menghadapi persoalan daya saing dan diperparah lagi dengan masalah kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan persoalan infrastruktur lainnya.
"Persoalan-persoalan itu masih ada dan sekarang diperberat lagi dengan rupiah yang terus menguat. Kalau ini berkelanjutan, pasti akan berpengaruh memukul eksportir, karena nilai jual tereduksi dengan penguatan rupiah yang tajam itu," katanya kepada Bisnis.com, hari ini.
Menurut dia, sebenarnya yang diinginkan eksportir dan importir adalah keseimbangan nilai tukar. Oleh karena itu, Bank Indonesia harus menjaga kestabilan nilai tukar pada level tertentu.
"Buat pengusaha yang penting nilai stabil seperti yang dia prediksikan. BI harus jaga itu."
Sementara itu, di sisi lain, kalangan importir menyambut positif penguatan rupiah saat ini. Menurut dia, hal tersebut sangat menguntungkan importir karena barang-barang impor menjadi lebih murah.
Kendati demikian, penguatan rupiah tidak selamanya selalu menguntungkan importir. Pasalnya, banyak importir yang juga mengimpor bahan mentah dan kemudian mengekspornya kembali dalam bentuk barang jadi.
"Yang untung itu mereka yang importir barang jadi. Namun banyak juga yang importir produsen. Mereka juga melakukan ekspor lagi. Jadi terpukul juga akibat penguatan rupiah itu," kata Ketua Umum Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Amiruddin Saud.
Ketika ditanyakan soal peluang membanjirnya sejumlah impor produk tertentu akibat penguatan nilai rupiah, Amiruddin memperkirakan hal itu bisa saja terjadi karena di tengah penguatan rupiah, permintaan terhadap sejumlah produk terutama elektronik semakin tinggi.
Pasalnya, lanjutnya, harga barang-barang itu menjadi lebih murah, sehingga mendongkrak permintaan dari konsumen.(yn
Sumber : Bisnis Indonesia, 03.08.10.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar