JAKARTA, KOMPAS.com - Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada paruh pertama tahun 2010 sebesar 8 persen merupakan suatu kesuksesan bagi negara-negara Asia yang tampak memimpin dalam pemulihan ekonomi global. Akan tetapi, prestasi tersebut juga menciptakan tantangan-tantangan.
"Dengan cepatnya pertumbuhan lebih dari tingkat yang diekpektasikan, tekanan inflasi juga akan muncul di kawasan," ucap Direktur International Monetary Fund (IMF) Anoop Singh, Kamis (21/10/2010), di Kantor Perwakilan IMF, Bank Indonesia, Jakarta.
Tingginya angka inflasi terlihat dari semakin tingginya harga-harga bahan kebutuhan, terutama sektor pangan. Tidak hanya sektor pangan, inflasi juga terlihat pada tekanan harga di pasar properti di beberapa negara. "Harga rumah di beberapa negara seperti Cina, Hong Kong dan Singapura bahkan mengalami pertumbuhan harga hingga dua digit," ucap Singh kepada wartawan.
Di Cina, Singh mencontohkan, property bubble memunculkan inflasi di beberapa kota besar. "Tapi tidak dapat dikatakan harga properti di Cina tinggi secara keseluruhan," ujar Singh.
Asia, menurut Singh, juga tetap menjadi tujuan yang menarik bagi investasi asing terkait lesunya pemulihan ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa. "Oleh karena itu, arus modal masuk dapat menambah tekanan lanjutan terhadap harga-harga di dalam negeri pada waktu mendatang," tandas Singh.
Adapun, keberhasilan-keberhasilan yang dicapai Asia ditunjukkan dari ekspansi yang melampaui ekspektasi pada paruh pertama tahun 2010. Hal ini membuat IMF merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan tahun 2010 kawasan ini menjadi 8 persen, hampir 1 persen lebih tinggi daripada proyeksi yang dibuatnya pada bulan April.
Sementara pertumbuhan negara-negara Asia juga mengalami ekspansi yang kuat seperti Cina yang mencapai 10,5 persen dan India 9,7 persen. Sementara pertumbuhan di Indonesia mencapai angka 6 persen dan Jepang tumbuh 2,8 persen.
Sumber : Kompas, 21.10.10.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar