JAKARTA.
Tembakau adalah salah satu komoditas strategis tanah air, di samping sawit.
Nah, tahun 2017 diprediksi sebagai tahun kebangkitan dunia pertembakauan tanah
air. Tahun lalu, La Nina menyebabkan produksi tembakau merosot drastis.
"Produksi
tembakau tahun lalu jelas tidak memenuhi target, hanya sekitar 100.000
ton," terang Abdus Setiawan, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI).
Ia mengatakan, jika tahun ini iklim mendukung dan cuaca ekstrim sudah berakhir,
produksi tembakau dapat kembali normal, bahkan meningkat.
Abdus
mengaku optimistis pada produksi tembakau tahun 2017 ini. Ia memprediksi produksi
tembakau nasional 2017 dikisaran 180.000 ton bahkan 200.000 ton.
"Prediksi sementara cuaca bakal normal. Jika cuaca baik dan mendukung,
produksi bisa meningkat 10% dari produksi normal. Kami masih harus menunggu
kabar lebih pasti dari BMKG," ujarnya.
Meski
produksi merosot tajam di tahun 2016, penyerapan pasar tembakau relatif normal.
Abdus bilang, penyerapan pasar tahun lalu mencapai 100% dari total produksi.
"Kalau penyerapan biasanya semua produksi terserah, termasuk tembakau
kualitas rendah. Tembakau tersebut biasanya diserap oleh perajin rokok
murah," terangnya.
Samukrah,
petani asal Madura, Jawa Timur juga membenarkan bahwa produksi tembakau tahun
2016 menurunnya drastis. Di Madura, misalnya, hanya bisa memproduksi 60% dari
total lahan tembakau di sana. "Biasanya bisa dipanen semua, 100%, tapi
tahun lalu banyak yang gagal panen dan gagal tanam tembakau," tuturnya.
Ia
juga sepakat, produksi tembakau di tahun 2017 ini akan kembali normal bahkan
mengalami peningkatan asal iklim mendukung. "Maksud saya, meningkatnya itu
kalau dari area tanam kita, bisa sampai terpanen 100%. Tembakau ini sangat sensitif
dengan iklim," jelasnya. Luas area tanam tembakau di Madura sendiri
sekitar 32.000 hektare.
Sumber
: Kontan, 01.02.17.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar