JAKARTA.
PT
Bukit Asam Tbk nampaknya pantang mundur menghadapi bisnis di 2017.
Curah hujan yang tinggi bahkan tak menjadi hambatan perusahaan ini untuk
menggeber produksi batubara.
Oleh
karena itu, perusahaan yang mejeng di bursa dengan kode saham PTBA ini tetap
pede dengan mematok target produksi batubara 24 juta ton, atau naik 22,32%
ketimbang produksi tahun lalu 19,62 juta ton. Artinya, tahun ini rata-rata per
bulan produksi PTBA sekitar 2 juta ton.
Adib
Ubaidillah, Sekretaris Perusahaan PTBA menjelaskan, meski belakangan ini
cuaca buruk, namun produksi batubara PTBA masih sesuai dengan rencana. Asal
tahu saja, untuk mengantisipasi musim hujan, PTBA telah membuat sistem drainase
agar air hujan tidak mengganggu proses produksi.
Tak
hanya antisipasi musim hujan, usaha dari PTBA untuk genjot produksi didukung
oleh PT
Kereta Api Indonesia (KAI). "Kenaikan produksi karena dukungan
proyek kereta api ke Sumatera Selatan yang telah selesai
dikerjakan, kata Adib kepada KONTAN, Minggu (19/2).
Dengan
penambahan produksi, otomatis perusahaan memikirkan pasarnya. Untuk itu, PTBA
tengah menjajaki pasar ekspor baru potensial. Asal tahu saja, ada 55% dari
total produksi PTBA diperuntukkan untuk ekspor, sisanya untuk domestik.
Salah
satu kontrak baru ekspor yang berhasil diraih berasal dari pembeli di India.
Adib bilang, selain India ada beberapa negara tujuan ekspor lain yang sedang
dijajaki. Untuk diketahui, PTBA saat ini tengah menggarap ekspor batubara ke Filipina,
Bangladesh, Sri Lanka, Malaysia dan negara-negara di kawasan Timur
Tengah.
Meski
masih penjajakan, namun beberapa negara tujuan ekspor telah melakukan negosiasi
harga. Maka itu, manajemen PTBA optimistis bisa mendapatkan harga yang baik dan
juga pangsa pasar yang lebih baik tahun ini.
Perlu
diketahui, strategi penjualan PTBA untuk ekspor dan domestik adalah, membagi
dua segmen batubara untuk pasar berbeda. Untuk batubara berkualitas tinggi,
dipersiapkan untuk ekspor. Untuk kualitas medium dipersiapkan untuk domestik.
Rencana
lain selain ekspor PTBA adalah, ekspansi dengan cara akuisisi perusahaan
tambang lain. Saat ini PTBA menjajaki akuisisi tambang batubara di Australia.
"Dari sisi dana, dana kami masih cukup untuk pertumbuhan an organik,"
lanjut Adib.
Tahun
ini PTBA alokasikan belanja modal tahun ini Rp 4 triliun untuk produksi.
Sedangkan untuk akuisisi, PTBA alokasikan US$ 36 juta.
Ekspansi ke pembangkit
Selain
bisnis tambang, perusahaan tengah merambah bisnis listrik dengan membangun Pembangkit
Listrik Tenaga Uap Sumatera Selatan (VIII) berkapasitas 2x620 MW dengan
desain mine mouth plant. Untuk proyek ini, PTBA telah menyiapkan dana investasi
US$ 1,6 miliar.
Dari
total dana investasi tersebut, sebesar US$ 1,2 miliar didapatkan dari pinjaman The
Export-Import Bank of China yang didapat sejak Maret tahun lalu. Untuk
itu, perusahaan menggandeng China Huadian Corporation untuk
menggarap PLTU Sumsel VIII tersebut yang sebelumnya diproyeksikan beroperasi
tahun 2019 mendatang.
Jika
PLTU Sumsel VIII nantinya beroperasi, maka pembangkit itu membutuhkan
setidaknya 3 juta ton batubara yang menjadi potensi fix income perusahaan. Yang
jelas, Adib berharap, pembangunan PLTU Sumsel VIII tidak mengalami hambatan.
"PPA
(power purchase agreement) masih dalam proses pembahasan yang jelas sudah ada
informasi resmi dari PLN itu akan beroperasi tahun 2023. Bagi kami tidak ada
masalah dan sudah siap, karena pendanaan kami juga sudah siap," jelas
Adib.
Dengan
serangkaian ekspansi tersebut, PTBA berusaha memposisikan dirinya sebagai
raksasa di industri batubara dan energi dalam negeri. Apalagi, saat ini PTBA
memiliki cadangan batubara 3,33 miliar ton dengan masa tambang lebih dari 100
tahun lamanya.
Sumber
: Kontan, 20.02.17.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar