Bisnis.com, JAKARTA - Kelangkaan kontainer dunia membuat
bahan pangan menumpuk di banyak tempat. Perdagangan otomatis terhambat, harga
sejumlah bahan pangan pun melambung.
Persaingan global untuk mengamankan kontainer membuat
Thailand tidak dapat mengirimkan berasnya, Kanada menahan pasokan kacang
polongnya, dan India urung menyalurkan gula.
Ravi Gupta, Presiden Shree Renuka Sugars Ltd.
mengatakan India sebagai produsen gula terbesar kedua di dunia, hanya
mengekspor 70.000 metrik ton pada Januari, kurang dari seperlima volume yang
dikirim setahun sebelumnya.
Sedangkan Vietnam, produsen biji kopi robusta terbesar yang
digunakan untuk membuat minuman instan dan espresso, juga berjuang untuk
mengekspor. Le Tien Hung, ketua Simexco Dak Lak, eksportir nomor
dua di Vietnam mengatakan pengiriman turun lebih dari 20 persen pada November
dan Desember tahun lalu.
"Salah satu pelanggan [biasanya] mengirimkan 8 hingga
10 kontainer beras setiap minggu dari Thailand ke Los Angeles. Namun dia hanya
bisa mengirim 2 sampai 3 kontainer seminggu sekarang," kata Steve
Kranig, Direktur Logistik perusahaan kargo IM-EX Global Inc., dilansir
Bloomberg, Selasa (2/2/2021).
Ada tanda-tanda bahwa tarif angkutan yang melonjak
menaikkan harga sejumlah barang pangan. Harga gula putih melonjak ke level
tertinggi dalam tiga tahun pada bulan lalu.
Eric Wenberg, Direktur Eksekutif Aliansi Khusus
Soya and Grains, mengatakan penundaan pengiriman kedelai food
grade dari Amerika Serikat dapat berarti biaya tahu dan susu kedelai yang lebih
tinggi bagi konsumen di Asia.
Meskipun tidak jarang kontainer kembali dalam keadaan
kosong setelah perjalanan, operator biasanya mencoba mengisinya kembali untuk
mendapatkan keuntungan dari tarif pengiriman di kedua arah.
Namun, biaya pengiriman barang dari China ke Amerika
Serikat hampir 10 kali lebih tinggi daripada perjalanan sebaliknya, mendorong
operator untuk memilih tak mengisi kontainer dalam perjalanan kembali.
Masalah intinya adalah bahwa China, yang telah pulih lebih
cepat dari Covid-19, telah meningkatkan ekspornya dan membayar harga yang besar
untuk peti kemas. Hal itu membuatnya jauh lebih menguntungkan untuk mengirimnya
pulang dalam keadaan kosong daripada mengisinya kembali.
Direktur Eksekutif Gene Seroka
mengatakan di pelabuhan terbesar AS di Los Angeles, tiga dari empat kontainer
kembali ke Asia dalam keadaan kosong. Di seluruh dunia, beberapa pembeli bahan
makanan menunggu sementara yang lain menghentikan pembelian sama sekali.
"Anda tidak hanya akan kekurangan makanan, tetapi juga
kekurangan segalanya. Saya tidak akan terkejut mendengar tarif pengiriman
beberapa pemilik kargo yang menguntungkan untuk musim pengiriman 2021-2022 dua
kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya," kata Kranig dari IM-EX
Global.
Jika prediksi itu terbukti, setelah sebagian besar orang
Amerika Utara dan Eropa divaksinasi, beberapa dari tarif angkutan yang tinggi
tersebut dapat diteruskan kepada konsumen saat mereka kembali ke kafe,
restoran, dan menara perkantoran.
Krisis kontainer datang tepat ketika pengirim dari AS
mencoba meningkatkan ekspor sejumlah bahan mulai dari kedelai hingga
biji-bijian ke Asia. China mengimpor kedelai dari AS untuk memberi makan
kawanan babi yang pulih dari penyakit mematikan lebih cepat dari yang
diperkirakan.
Situasinya sangat mengerikan sehingga beberapa pembeli
membatalkan kontrak, memilih metode pengiriman massal, yang paling umum untuk
produk pakan, atau menunda pembelian untuk menghindari biaya pengiriman yang
tinggi.
"Kami tahu bahwa beberapa pembeli kedelai terbesar dan
paling konsisten di industri ini di Asia selama bertahun-tahun sekarang memilih
untuk membeli pasokan kapal curah,” kata Doug Grennan, Wakil Presiden
Biji-bijian dan Minyak Sayur Global di Scoular Co.
Sumber : Bisnis, 02.02.2021.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar