KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memutuskan untuk menunda melanjutkan
program mandatori biodiesel 30 persen (B30) menjadi biodiesel 40 persen (B40)
di tahun ini. Penundaan tersebut lantaran adanya kenaikan harga minyak
sawit atau crude palm oil (CPO) akibat dampak dari pandemi Covid-19.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Harian Asosiasi
Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan mengatakan ada
beberapa faktor yang menjadi pertimbangan adanya penundaan program B40 tahun
ini.
Pertama, terkait pertimbangan teknis. Saat ini pemerintah
bersama dengan stakeholders yang meliputi Litbang ESDM, Pertamina, Aprobi,
Gaikindo dan lainnya masih melakukan pengkajian lebih lanjut untuk bahan baku
B40.
“Untuk saat ini masih dilakukan penelitian mana campuran
bahan yang paling baik untuk B40 apakah 10% harus di campur dengan destilasi
biodiesel atau bahan biohidrokarbon yang saat ini diupayakan Pertamina,” kata
Paulus saat dihubungi KONTAN, Rabu (3/2).
Kedua yakni faktor penyediaan kapasitas B40. Paulus
mengatakan, saar ini kapasitas pabrik biodiesel hanya sekitar 1,6 juta
kiloliter. Sehingga, apabila ada pertimbangan campuran bahan lain sekitar 10%
baik dari destilasi biodiesel maupun biohidrokarbon maka Aprobi perkirakan akan
membutuhkan kapasitas pabrik 3 juta
hingga 4 juta kiloliter.
“Yang kita punya hanya kapasitas 1,6 juta kiloliter itu
juga untuk kapasitas biodiesel kita. Artinya bukan tambahan ya memang kita
sudah ada kapasitasnya namun belum cukup di tahun ini. Untuk membangun pabrik
saja membutuhkan waktu 7 bulan sampai 1 tahun, belum lagi dana dan lain-lain,”
katanya.
Ketiga yakni pertimbangan untuk kecocokan B40 pada setiap
mobil-mobil. Menurutnya, sampai saat ini belum ada result atau hasil yang
paling baik terkait kecocokan B40 pada kendaraan mobil. Adapun faktor Keempat
yakni pertimbangan harga B40.
“kalau menggunakan B40 dengan campuran destilasi biodiesel
maupun biohidrokarbon 10% pasti harganya beda dan pastinya akan lebih tinggi
sehingga harus kita perhitungkan juga,” tambahnya.
Sementara itu, Paulus juga menyebutkan bahwa pihaknya telah
memperhitungan adanya faktor pengembangan mobil listrik di Indonesia. Namun
pihaknya tak khawatir dengan faktor tersebut, sebab segmen kendaraan yang
menggunakan B40 terutama adalah truk.
“Ada juga perhitungan karena adanya mobil listrik di
Indonesia tapi B40 ini kebanyakan untuk truk-truk jadi kita tidak terlalu
khawatir. Adapun juga luar negeri terutama di Eropa dan China sangat butuh
biodiesel,” ujarnya.
Untuk itu, dengan adanya faktor-faktor tersebut, ia
memastikan pertimbangan itu akan segera di selesaikan tahun ini. “Sehingga
apabila bisa dituntaskan maka proyeksinya tahun depan akan berjalan program
B40,” tutupnya.
Sumber : Kontan, 03.02.2021.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar