Oleh : John Andhi Oktaveri
JAKARTA (Bisnis.com): "Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia" (Kopti) meminta pemerintah mengkaji tata niaga impor kedelai mengingat kian tingginya kebutuhan pasar di dalam dan luar negeri.
Ketua Forum Induk Kopti Suyanto mengemukakan hal itu ketika melakukan pertemuan dengan Wapres Boediono hari ini.
Sebelumnya, forum tersebut juga telah melakukan serangkaian pertemuan dengan Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Departemen Pertanian dan Bulog untuk membahas masalah tata niaga kedelai.
Menurut dia, pentingnya tata niaga impor kedelai adalah akibat seringnya terjadi fluktuasi harga di tengah ketidakmampuan produsen lokal memenuhi kebutuhan pasar.
Dengan demikian, harga kedelai sangat ditentukan oleh importir dan kondisi pasaran di luar negeri.
"Kami meminta Bulog yang mengambil peran impor agar harga kedelai tidak fluktiatif," katanya seusai beraudiensi dengan Wapres.
Produksi kedelai nasional saat ini masih jauh di bawah kebutuhan konsumen tahu dan tempe. Jumlah kebutuhan kedelai nasional tercatat mencapai 2,2 juta ton per tahun, sedangkan produksi dalam negeri hanya 600.000 ton pertahun.
Dari AS dan Argentina Indonesia mengimpor 1,6 juta ton kedelai per tahun dan sudah berlangsung selama 10 tahun.
Penasehat Forum Induk Kopti Aib Syarifuddin mengatakan agar swasembada kedelai bisa tercapai, pemerintah harus menyiapkan lahan tambahan sekitar 800.000 hektare.
Akan tetapi lahan yang tersedia tersebut juga harus dilengkapi dengan infrastuktur, irigasi dan pupuk yang memadai, katanya.(er)
Sumber : Bisnis Indonesia, 08.01.10.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar