KOMPAS.com - Seperti yang telah kami pernah kupas dalam Marketing in Venus, kaum wanita adalah konsumen paling kuat di dunia pemasaran. Kekuatan wanita terlihat dari segi ekonomi. Besar pasar kaum wanita urban secara global saat ini ditaksir sekitar 10,5 triliun dollar AS!
Meskipun masih besaran pasar kaum pria (yang saat ini jumlah totalnya mencapai 23,4 triliun dollar AS), tapi gap diantara nilai pasar kaum pria dan wanita semakin menipis dari waktu ke waktu.
Majalah Newsweek belum lama ini mengatakan bahwa pasar wanita memang menggiurkan, sampai-sampai disebut sebagai “emerging market” yang sebenarnya, yang kalau dilihat dari besarannya melebihi kekuatan ekonomi Cina dan India digabung sekalipun.
Bahkan di saat krisis perekonomian melanda dunia seperti sekarang, recovery dapat tercapai apabila pemasar berani ‘mendekati’ kaum wanita yang ‘baru’ yang secara tren global, semakin affluent.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Boston Consulting Group (BCG), masa pemulihan perekonomian dunia selepas resesi akan didorong oleh pertumbuhan pasar kaum wanita urban yang ditaksir akan meningkat sebesar 5 triliun dollar AS dalam lima tahun ke depan.
Di seluruh dunia, pemasar semakin menyadari bahwa terdapat peluang yang begitu besar di pasar kaum wanita yang selama ini dipandang sebagai kurang diperhatikan dan kurang didalami. Patut disayangkan, karena sebetulnya kaum wanita merupakan kelompok konsumen yang sakti. Ada beberapa hal yang menyebabkannya kenapa kaum wanita begitu menggiurkan bagi pemasar.
Pertama, mereka adalah konsumen yang berpengaruh. 97 persen keputusan untuk membeli dipengaruhi oleh kaum wanita. Apakah itu untuk keperluan belanja untuk personal, rumah tangga, bahkan sampai kantor pun, secara rata-rata dipengaruhi oleh kaum wanita.
Meskipun seorang pria membeli untuk dirinya sendiri, keputusan untuk membeli itu dipengaruhi oleh wanita. Kaum pria beli sabun, detergen, mentega, dan barang-barang keperluan rumah tangga lainnya yang sama dengan apa yang ibunya dulu beli dan pakai.
Kaum pria juga beli baju, celana, jam, sepatu dan produk fashion lainnya supaya tampil sempurna di depan temannya dari kaum wanita. Apa yang seorang pria beli, dan apa yang tidak jadi ia beli, itu karena wanita.
Kedua, kekuatan kaum wanita di lanskap bisnis semakin dominan. Dunia yang semakin horisontal telah merobohkan banyak barrier, termasuk gender barrier. Sudah merupakan trend global bahwa kaum wanita saat ini semakin mendapatkan peranan di segala aspek, mulai politik, ekonomi, dan kehidupan sosial budaya masyarakat.
Krisis ekonomi seperti sekarang menyebabkan banyak orang kena PHK, di mana 80 persen diantara mereka adalah kaum pria, yang bekerja di sektor manufacturing dan finansial. Ini dapat diibaratkan sebagai creative destruction tersendiri, yang membuka peluang lebih besar untuk menarik pool tenaga kerja wanita yang lebih luas. Seperti yang ditemukan dalam survey global yang dilakukan BCG, saat ini ada satu milliar wanita berkerja. Di dalam lima tahun ke depan, angka ini diprediksikan akan naik menjadi 1,2 miliar orang.
Ketiga, mereka konsumtif, tapi teliti. Memang kaum wanita pada umumnya konsumtif, tapi seperti apa yang dikatakan oleh Goldman Sachs, secara umum kaum wanita membelanjakan uangnya ke hal-hal yang sifatnya lebih berguna dan penting, ketimbang kaum pria. Fokus mereka dalam spending ditujukan bagi hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan dan pendidikan. Juga terkuak bahwa kaum wanita pada umumnya lebih senang menyimpan uangnya ketimbang kaum pria, dan lebih mengambil hal-hal yang resiko finansialnya rendah.
Di dalam laporannya berjudul ”The Power of Purse”, Goldman Sachs juga mengatakan bahwa kekuatan ekonomi global ke depannya akan didorong oleh kaum wanita yang saat ini semakin mendapatkan critical mass-nya dalam hal kesuksesan dan kekuatan di kehidupan sosial dan bermasyarakat.
New Wave, New Women Power
Kaum wanita sangat unik, mereka sangat kompeten dalam multitasking. Secara umum wanita memang memiliki lebih banyak serat penghubung otak kiri dan kanan. Sehingga wanita cenderung lebih mudah berkomunikasi dan sering kali mencampur-adukan beberapa hal sekaligus.
Mereka punya insting yang lebih kuat ketimbang kaum pria. Wanita mampu sekaligus menganalisis dan menilai berbagai hal, terkadang apa yang dilakukan tidak berdasarkan pemikiran. Sesungguhnya tindakan wanita terlihat emosional didorong oleh pengamatan yang dilakukannya secara simultan.
Kaum wanita secara alami dapat dipandang sebagai pembawa gerakan horisontal dan hubungan yang humanis. Maka tak heran kalau temuan hasil survey yang dilakukan BCG menemukan bahwa seiring dengan semakin sibuknya kaum wanita urban, mereka mengharapkan cinta dan hubungan yang lebih dan berkesinambungan, baik itu dengan pasangan mereka, teman, rekan sekantor, dan tetangga.
Di era yang serba horisontal seperti sekarang, kaum wanita bukan saja merupakan konsumen yang “New Wave-ready”, tapi mereka juga dapat ‘mengajarkan’ para pemasar untuk bagaimana bisa menjalin hubungan yang dekat antara satu sama lain yang didorong oleh kekuatan emosional dan humanisme.
Pada dasarnya kaum wanita ini paling suka berinteraksi satu sama lain dan membentuk komunitas. Mulai dari komunitas memasak sampai komunitas arisan. Mereka harus dilihat sebagai kluster komunitas bukan kelompok individu-individu yang berbeda. Artinya,dalam kelompok tersebut terdapat kemiripan karakter, sifat, dan minat di antara masing-masing anggotanya.
Faith Popcorn, seorang pemerhati di dunia pemasaran untuk kaum wanita, pernah mengatakan bahwa karakter perilaku wanita memang sangat unik, karena mereka suka berinteraksi dan berhubungan di dalam sebuah komunitas yang merupakan fondasi bagi para pemasar yang ingin memasarkan merek dan produk pada wanita.
Jika Anda berhasil menghubungkan wanita ke wanita yang lain, maka hasil yang didapatkan adalah mereka akan ter-connect pula ke merek Anda. Tentunya kesuksesan para pemasar ini pada akhirnya akan ditentukan dari seberapa dalam mereka memahami dan merespon kaum wanita yang semakin menginginkan waktu, nilai-nilai, dan hubungan sosial.
Women still and will always rule! Kaum wanita tetap membawa gerakan horisontal di era New Wave ini. Dengan kecanggihan alat teknologi informasi dan komunikasi seperti sekarang, kekuatan mereka dalam melakukan mempengaruhi keputusan dalam belanja menjadi lebih besar.
Merekalah contoh kaum yang horisontal. Merekalah yang dapat mengajari para New Wave Marketer untuk bagaimana menjadi pemasar yang lebih menunjukan sisi emosional dan humanisme.
Bagaimana pendapat Anda?
Sumber : Kompas, 16.09.10.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar