SURABAYA: Panitia Khusus Rencana Tata Ruang dan Wilayah (Pansus RTRW) Jawa Timur tengah serius mengembangkan angkutan masal berbasis kereta api karena dinilai lebih ekonomis dan mampu menjangkau semua wilayah provinsi itu.
Wakil Ketua Pansus RTRW DPRD Jatim, Agus Maimun, mengatakan pihaknya memang tengah merumuskan perubahan paradigma angkutan masal di provinsi itu dari angkutan darat berbasis jalan menjadi berbasis kereta api.
"RTRW Jatim sebagai landasan pengembangan provinsi dengan durasi 20 tahun ke depan akan diupayakan menampung dan merealisasikan perubahan paradigma sistem transportasi masal. Pembahasannya telah hampir final. Usulan itu mendapat dukungan penuh dari PT Kereta Api," kata Agus kepada Bisnis, hari ini.
Latar belakang perubahan paradigma transportasi itu, katanya, melihat kecenderungan yang menjadi ke arah negatif atas dominasi angkutan darat untuk menjadi fasilitas moda angkutan baik penumpang, barang, dan jasa di Jatim.
"Pansus melihat peningkatan beban angkutan darat berbasis jalan, telah memicu sejumlah dampak negatif seperti kemacetan, kecelakaan. Padahal biayai perbaikan jalan maupun pengembangan jalan dan pembangunan jalan baru tidak seimbang dengan peningkatan jumlah kendaraan," ujarnya.
Kondisi itu, kata dia, mesti diantisipasi dengan mendorong pengembangan dan memfasilitasi agar penggunaan angkutan masal berbasis kereta api bisa didorong lagi pada masa mendatang.
"Pola distribusi logistik dan angkutan penumpang serta jasa mulai perlahan mesti dipindahkan bebannya ke angkutan KA. Toh moda angkutan itu diketahui telah dikembangkan sejak era penjajahan Belanda. Bahkan, hampir semua daerah di Jatim dulunya memiliki jalur rel KA yang terhubung meski kini ada yang telah mati," tegasnya.
Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, Mohammad Nafik HR, mengakui upaya pendistribusian sistem transportasi dan logistik di Jatim mesti segera dimulai sehingga arus barang dan jasa tidak lagi hanya bertumpu pada angkutan darat berbasis jalan.
"Contoh konkret, ketika semburan lumpur Sidoarjo telah mengganggu jalur transportasi darat ruas arteri maupun tol Porong-Gempol, angkutan KA menjadi alternatif yang baik untuk mengurai problem itu. Ke depan, jaringan KA yang lebih baik mesti dikembangkan di Jatim seperti kala penjajahan Belanda," kata Nafik kepada Bisnis hari ini.
Nafik menerangkan sebelum jaringan jalan terbangun di Jawa khususnya di Jatim, pemerintah penjajahan Belanda lebih dulu mengembangkan jaringan kereta api untuk menjadi alat transportasi menghubungkan sejumlah daerah. (ea)
Sumber : Bisnis Indonesia, 19.06.11.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar