JAKARTA: Pemerintah akan menunjuk konsorsium Badan Usaha Milik Negara melalui peraturan presiden atau perpres untuk mengerjakan sebagian proyek kereta api bandara rel ganda yakni sepanjang 7 kilo meter senilai minimal Rp240 miliar. Kereta api bandara rute komuter ini yang sepanjang 20 km ditargetkan mulai beroperasi pada pertengahan 2013.
Konsorsium BUMN yang ditunjuk melalui perpres akan dikoordinatori PT Kereta Api Indonesia untuk mengerjakan kereta bandara komuter rute Tanah Tinggi-Bandara Soekarno Hatta.
"Draft perpresnya sedang kami susun, Juli akan rampung dan tinggal butuh pengesahan. Perpres ini paling sesuai dengan peraturan sebagai dasar hukum penunjukkan konsorsium BUMN untuk mengerjakan kereta api bandara jalur komuter khususnya dari Tanah Tinggi Tangerang menuju bandara," kata Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Tundjung Inderawan disela-sela kunjungan bersama sejumlah anggota Komisi V DPR memantau persiapan pembangunan kereta api jalur komuter di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Selasa siang.
Tundjung mengatakan penunjukkan langsung konsorsium BUMN untuk pengerjaan sebagian proyek kereta api bandara rute komuter khususnya dari Tanah Tinggi Tangerang ke bandara ini bertujuan agar pengerjaannya lebih cepat.
ApalagI, jalur komuter ini yakni dari Manggarai-Tangerang merupakan jalur kereta yang sudah ada, hanya tinggal memperpanjang. Tundjung menambahkan yang akan dikerjakan konsorsium BUMN tersebut sepanjang 7 km dan double track atau rel ganda.
Menurut dia, perkiraan kasar biaya mencapai Rp20 miliar per km, hanya untuk pembangunan track, belum termasuk pengadaan kereta, stasiun, elektrifikasi, dan sinyal. Dengan demikian biaya untuk pengerjaan track akan mencapai Rp280 miliar.
"Yang paling besar makan dana adalah pembebasan lahan dan pembangunan track. Dalam pembangunan kereta bandara ini ada yag menggunakan konsep melayang dan ada di bawah tanah atau underpass," kata dia.
BUMN yang tergabung dalam konsorsium itu, lanjut Tundjung, akan dikoordinatori PT Kereta Api Indonesia dan terdiri dari PT Inka untuk pengadaan kereta, PT Len Industri untuk eletrifikasi dan sinyal, PT Angkasa Pura II untuk stasiun di bandara. "Jadi kami tidak tunjuk PT Railink karena mereka itu swasta," tutur dia.
Sumber : Bisnis Indonesia, 29.06.11.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar