JAKARTA: DBS memproyeksikan
perekonomian Indonesia hanya akan tumbuh 6,1% pada 2012 karena penurunan
kinerja sektor perdagangan.
Analis DBS Group Ltd Eugene
Leow mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat dibandingkan tahun
lalu karena penurunan harga komoditas dan pengaruh pengetatan aturan uang muka.
Dia memperkirakan tren
penurunan harga komoditas ekspor utama seperti batu bara, minyak sawit mentah
(CPO) dan migas akan berlanjut pada tahun ini.
Ekspor CPO Indonesia pada
2011 mencapai US$17,1 miliar, batu bara senilai US$27,2 miliar, minyak bumi
senilai US$18,6 miliar dan gas senilai US$22,9 miliar.
Harga komoditas yang lebih
rendah, jelasnya, akan berdampak pada kinerja ekspor Indonesia.
Leow menambahkan kinerja
ekspor juga bisa tertekan oleh keputusan pemerintah menahan laju ekspor mineral
yang pada tahun lalu nilainya mencapai US$8,5 miliar.
Selain itu, pertumbuhan
konsumsi kendaraan bermotor dan properti akan melambat mulai Juni setelah
peraturan baru Bank Indonesia mengenai batas uang muka efektif.
"Konsumsi tidak akan
tumbuh terlalu pesat karena pemerintah memutuskan menahan laju pertumbuhan,
tapi masih akan tetap kuat," kata Leow, Kamis 10 Mei 2012.
Adapun kebijakan BBM
bersubsidi, lanjutnya, tidak akan berdampak besar pada laju pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
"Perkiraan kami 6,1%,
meski tidak ada kenaikan harga BBM. Jika ada, mungkin terkoreksi, tapi tidak
besar," kata Leow. (ra)
Sumber : Bisnis Indonesia,
10.05.12.
engaruh pengetatan aturan uang muka.
Dia memperkirakan tren
penurunan harga komoditas ekspor utama seperti batu bara, minyak sawit mentah
(CPO) dan migas akan berlanjut pada tahun ini.
Ekspor CPO Indonesia pada
2011 mencapai US$17,1 miliar, batu bara senilai US$27,2 miliar, minyak bumi
senilai US$18,6 miliar dan gas senilai US$22,9 miliar.
Harga komoditas yang lebih
rendah, jelasnya, akan berdampak pada kinerja ekspor Indonesia.
Leow menambahkan kinerja
ekspor juga bisa tertekan oleh keputusan pemerintah menahan laju ekspor mineral
yang pada tahun lalu nilainya mencapai US$8,5 miliar.
Selain itu, pertumbuhan
konsumsi kendaraan bermotor dan properti akan melambat mulai Juni setelah
peraturan baru Bank Indonesia mengenai batas uang muka efektif.
"Konsumsi tidak akan
tumbuh terlalu pesat karena pemerintah memutuskan menahan laju pertumbuhan,
tapi masih akan tetap kuat," kata Leow, Kamis 10 Mei 2012.
Adapun kebijakan BBM
bersubsidi, lanjutnya, tidak akan berdampak besar pada laju pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
"Perkiraan kami 6,1%,
meski tidak ada kenaikan harga BBM. Jika ada, mungkin terkoreksi, tapi tidak
besar," kata Leow. (ra)
Sumber : Bisnis Indonesia,
10.05.12.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar