Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha meminta penetapan kebijakan pemanfaatan kawasan Marunda Jakarta
Utara sebagai lokasi penyangga (buffer) dari Pelabuhan Tanjung Priok untuk menekan secara konsisten tingkat
kepadatan peti kemas atau yard occupancy ratio (YOR) di pelabuhan tersibuk di
Indonesia itu.
Permintaan itu disampaikan Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia
(ALFI) DKI Jakarta dan Kamar Dagang & Industri (Kadin) DKI Jakarta, kepada
Bisnis secara bersamaan hari ini, Senin (2/9/2013).
Ketua ALFI DKI Jakarta Sofian Pane mengatakan, pemerintah
agar mengeluarkan kebijakan permanen yang dapat membantu menurunkan YOR peti kemas serta waktu tunggu pelayanan kapal
dan barang (dwelling time) secara berkesinambungan dan konsisten dengan
menjadikan kawasan Marunda, Cilincing Jakarta Utara sebagai buffer area
pelabuhan tersibuk di Indonesia itu.
“Pemanfaatan kawasan Marunda sebagai penyangga pelabuhan
Priok sudah sangat tepat karena hanya berjarak sekitar satu Km saja dan dilokasi itu masih ada 90 Ha
lahan yang siap untuk buffer. Terbukti saat menjelang Lebaran lalu lokasi itu
itu menjadi tempat relokasi ribuan bok peti kemas untuk mengurangi kepadatan di
Priok,” ujarnya.
Alfi, imbuh dia, mengharapkan kebijakan pemanfaatan kawasan
Marunda sebagai buffer Pelabuhan Priok mesti di permanenkan melalui
regulasi/kebijakan dari pemerintah cq
Kementerian Keuangan RI dengan
melakan penyatuan wilayah pabean Tanjung
Priok dan Marunda.
“Langkah ini mesti cepat di respon pemerintah, sambil
menunggu beroperasi terminal Kalibaru Priok,” katanya.
Sofian mengatakan, kawasan penyangga/buffer area
merupakan hal yang satandar dilakukan di pelabuhan-pelabuhan lain di dunia
dalam rangka peningkatan produktivitas kegiatan bongkar muat di pelabuhan.
“Sebenarnya kita telah memiliki kawasan penyangga saat
ini antara lain di kawasan Marunda yang dikelola PT KBN dan di bekas dockyard
PT Inggom,” paparnya.
Dia mengatakan dengan menggunakan kawasan penyangga bisa
mengatasi masalah traffic manajemen lalu lintas barang di pelabuhan Tanjung
Priok sebab pergerakan trucking dapat di alihkan sebagian ke kawasan penyangga
tersebut. “Jadi pergerakan trucking tidak hanya terfokus di pelabuhan Priok,”
tuturnya.
Alfi mengusulkan kegiatan bongkar muat peti kemas ekspor
impor dari terminal peti kemas (JICT dan TPK Koja) di Pelabuhan Priok dapat
memanfaatkan buffer area di Marunda sedangkan untuk kegiatan peti kemas antar
pulau dan general cargo/breakbulk non peti kemas dapat memanfaatkan lokasi eks
dockyard PT Inggom yang berada di sebelah barat Pelabuhan Tanjung Priok.
Sofian mengatakan, pertumbuhan peti kemas melalui
Pelabuhan Priok mencapai 10%-15% pertahun atau tumbuh 1 juta twenty foot
equivalent units (TEUs) pertahun, sementara space atau lahan penampungan peti
kemas di lini 1 pelabuhan Priok sangat terbatas.
Sumber : Bisnis Indonesia, 02.09.13.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar