Bisnis.com, JAKARTA--Wacana pemindahan ibu kota ke luar
Jakarta kembali mengemuka.
Kali ini, usulan itu disampaikan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono sekembalinya dari kunjungan luar negeri beberapa waktu lalu.
Menanggapi hal itu, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo
mengaku tak mau berkomentar banyak.
Pihaknya pun menyerahkan sepenuhnya masalah ini ke
pemerintah pusat.
Jokowi mengingatkan hal itu keputusan nasional. Kalau
memang diputuskan, pihaknya tentu berhitung kembali mengenai perencanaan.
"Tapi kalau mau diputuskan ya segera diputuskan.
Jangan terlalu lama," ujarnya seperti ditulis situs pemprov DKI,
beritaJakarta.com, Senin (9/9/2013).
Menurut Jokowi, banyak yang harus diperhitungkan untuk
menjalankan wacana tersebut.
Salah satunya, mengenai nilai historis Jakarta sebagai
ibu kota.
Namun, jika dihitung mengenai kepadatan penduduk di
Jakarta, memang sudah perlu dipertimbangkan.
"Kalau historis kan memang ada historisnya. Tapi
kalau mau kita berhitung, berkalkulasi mengenai kepadatan Jakarta ya memang
beda soal," katanya.
Sebelumnya Presiden SBY kembali mencuatkan soal wacana
pemindahan ibu kota dari Jakarta.
Pernyataan ini disampaikan melalui akun twitternya
@SBYudhoyono, setelah melihat kesuksesan pemindahan ibu kota di Kazakhstan
dalam kunjungan kerjanya ke beberapa negara bekas Uni Soviet beberapa waktu
lalu.
"Kazakhstan sukses pindahkan ibu kota Astana, 4-5
tahun lalu, diam-diam presiden pikirkan kemungkinan bangun pusat pemerintahan
di luar Jakarta," tulis SBY di akun twitternya Sabtu (7/9/2013).
Astana menjadi Ibu Kota Kazakhstan sejak 1997. Kota ini
memiliki jumlah populasi penduduk sebanyak 775.800 orang dengan luas wilayah
722 km2
Saat ini, Astana menjadi kota terbesar kedua di negara
Asia Tengah tersebut.
Kota terbesar Kazakhstan adalah Almaty yang adalah ibu
kota lama negeri tersebut.
Kota Almaty memiliki populasi penduduk sebanyak 1.477.564
dengan luas wilayah 324, 8 km2. (ra)
Sumber : Bisnis Indonesia, 09.09.13.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar