Bisnis.com,
LONDON – Harga minyak berpotensi ke level US$60 pada tahun depan
bila produksi shale oil Amerika Serikat mulai mengalami penurunan sampai akhir
tahun ini. Harapannya, penurunan produksi minyak Amerika Serikat itu bisa
mengurangi beban surplus pasokan minyak.
Pada
perdagangan kemarin sampai pukul 16:39 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik
0,9% menjadi US$44,83 per barel, sedangkan harga minyak Brent naik 0,89%
menjadi US$47,76 per barel.
Eugen Weinberg, Kepala
Penelitian Komoditas Commerzbank AG, mengatakan tingkat produksi shale oil Amerika Serikat
(AS) akan menjadi faktor kunci untuk harga minyak saat ini. Penurunan produksi
yang lebih cepat berarti beban surplus pasokan minyak berkurang.
“Kami tidak
melihat harga minyak akan terus terkoreksi hingga US$20, tetapi tampaknya harga
komoditas energi itu bisa menembus level US$60,” ujarnya seperti dilansir
Bloomberg pada Selasa (29/9/2015).
Menjelang
rilis data produksi dan pasokan minyak AS oleh Energy Information Administration
(EIA) pada hari ini. Pasokan minyak AS diprediksi kembali menyusut
sebesar 500.000 barel.
Pada pekan
lalu, data EIA melaporkan data produksi shale oil AS naik 0,2% menjadi US$9,13
juta barel per hari, sedangkan pasokan minyak turun 0,42% menjadi 453,96 juta
barel.
Sumber :
Bisnis Indonesia, 29.09.15.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar