Bisnis.com, JAKARTA – Jumlah ancaman
siber di Tanah Air mengalami peningkatan pada 2018.
Menurut laporan Symantec berjudul
Internet Security Threat Report Volume 24 yang dirilis pada Februari
2019 lalu, pada 2018, sebanyak 2,23%, serangan siber di ranah global
terjadi di Indonesia, meningkat dari tahun sebelumnya, yakni 1,67%.
Adapun, angka tersebut juga
menempatkan Indonesia di posisi kelima sebagai negara yang paling banyak
mendapatkan ancaman siber pada 2018 untuk kawasan Asia Pasifik dan Jepang.
Sebelumnya, Indonesia juga tidak
terhindar dari masifnya serangan ransomware Wannacry yang
terjadi pada 2017 silam. Seperti diketahui, Indonesia merupakan negara kedua di
dunia yang mendapatkan serangan terbesar.
Sementara itu, China menjadi negara
dengan persentase ancaman siber terbanyak pertama di Asia Pasifik, yakni 8,98%.
Namun demikian, angka tersebut menunjukkan perubahan positif, karena pada 2017
jumlah ancaman siber di China justru lebih banyak, yakni 10,95%.
Posisi kedua ditempati oleh India di
mana tahun lalu ancaman siber mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Berdasarkan data Symantec, persentase ancaman siber di India pada 2018 adalah
7,98%, naik dari tahun sebelumnya, 5,09%.
Di peringkat ketiga, bertengger
Vietnam dengan persentase serangan 3,54%. Seperti halnya Indonesia, serangan
siber di negara tersebut mengalami peningkatan di mana pada 2017 jumlah
serangan siber di Vietnam adalah 2,07%.
Satu peringkat di atas Indonesia
adalah Jepang. Negeri Matahari Terbit tersebut duduk di peringkat
keempat dengan 2,66% jumlah serangan.
Meski demikian, angka tersebut
menunjukkan bahwa jumlah ancaman siber di Jepang pada 2018 berkurang.
Adapun, pada 2017 silam tingkat
ancaman siber di Jepang mencapai 3,39%.
Adapun, di bawah Indonesia,
bertengger beberapa negara seperti Taiwan (1,79%), Thailand (1,54%), Australia
(1,10%), Hong Kong (0,88%), dan Singapura (0,75%).
Sumber : Bisnis, 06.03.19.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar