Bisnis.com, BOGOR — Pemerintah mulai
menyusun kerangka asumsi ekonomi makro dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) 2020 yang terangkum melalui draf nota keuangan 2020.
Berdasarkan penjelasan Menteri
Keuangan Sri Mulyani, pertumbuhan ekonomi pada 2020 ditargetkan berada di
kisaran 5,3%—5,6%.
"Presiden berharap kita bisa
pacu sampai 5,6%," katanya di Istana Bogor, Selasa (23/9/2019).
Dari perkiraan tersebut, mesin
pertumbuhan ekonomi diakuinya masih bertopang pada konsumsi dengan agregat
5,2%. Kemudian, investasi diharapkan dapat terdorong hingga mendekati
pertumbuhan ekonomi yakni 7,5%.
Ekspor pun juga diharapkan dapat
mencapai momentumnya pada 2020 dengan pertumbuhan sekitar 7% dan impor akan
dijaga di angka 6%.
"Untuk supply-nya masih kita
lihat lagi dari sisi produktivitas masing-masing sektor apakah pertanian,
terutama manufaktur yang selama ini kita harapkan untuk bisa tumbuh di atas
yang selama ini hanya 4%-5%. Kita harapkan bisa lebih tinggi," tekannya.
Dari sisi nilai tukar, Sri
menjelaskan pemerintah masih menggunakan kisaran yang cukup lebar karena pada
tahun ini nilai tukar rupiah yang ditetapkan sebesar Rp15.000.
"Juga dari sisi nilai tukar
yang masih bervariasi karena tahun ini kita pakai Rp15.000 tapi sekarang sudah
Rp14.000 jadi kita akan menggunakan range yang masih lebar," ujarnya.
Sementara itu, pemerintah
memperkirakan harga minyak sekitar US$60—US$70 per barrel sedangkan untuk
lifting migas diperkirakan tidak jauh berbeda dengan yang selama ini
diproduksi.
Seperti diketahui, pertumbuhan
ekonomi Indonesia ditarget sebesar 5,3% pada 2019 sesuai dengan APBN 2019. Lalu
inflasi dipatok 3,5% dan nilai tukar di posisi Rp15.000.
Sumber : Bisnis, 23.04.19.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar