Bisnis.com, JAKARTA -
Penyelenggaraan MIHAS (Malaysia International Halal Showcase) pada 3 – 6
April lalu membukukan peningkatan penjualan sebesar 5,7% dibanding
tahun lalu.
Peningkatan penjualan meningkat
terutama pada 2 komponen utama program MIHAS, yaitu pameran, dan business
matching (INSP). Pada program pameran membukukan peningkatan sebesar 8%,
sementara pada business matching (INSP) menghasilkan peningkatan sebesar 2.2%.
Angka ini menunjukkan geliat
industri halal dunia yang semakin menjanjikan, serta secara khusus mengukuhkan
Malaysia sebagai salah satu perintis ekosistem industri halal dari berbagai
bidang.
"Kami mengharapkan MIHAS tak
hanya menjadi sebuah pameran industri halal, tetapi lebih dari itu. MIHAS
menjadi platform bagi pelaku industri halal seluruh dunia,” ujar Harman,
trade commisioner Kedutaan Besar Kerajaan Malaysia di Jakarta dalam
siaran persnya.
Transaksi yang dibukukan mencakup
industri makanan dan minuman (F&B) farmasi, manufaktur, konstruksi,
industri pengememasan , hingga layanan finansial. Produk utama yang diminati
adalah minyak kelapa sawit dan turunannya, disusul dengan makanan jadi.
Industri layanan (service industries) seperti pariwisata atau layanan finansial
mengalami peningkatan signifikan dibanding tahun sebelumnya, yaitu sebesar
290%. Industri layanan membawa kontribusi sebesar 16% dari seluruh transaksi.
Negara-negara yang berpartisipasi
selalu bertambah setiap tahun. Partisipan utama antara lain Indonesia,
Filipina, Korea Selatan, Jepang, China, Belgia, Iran, Prancis, India,
Palestina, dan lain-lain. Tahun ini MIHAS mendapat kehormatan dengan turut
berpartisipasinya Bosnia, Swiss, Kuwait, dan Portugis untuk pertama kalinya.
Potensi industri halal di masa yang akan datang
Industri halal tampak menjanjikan.
Menurut laporan dari Thomson Reuter yang bertajuk “State of the Global Islamic Economy Report 2018/19”, ekonomi
islam secara global bernilai 4.5 triliun Dollar AS, dan diperkirakan tumbuh
hingga 6,8 triliun Dollar AS pada 2023.
Populasi umat muslim di dunia juga
terus bertambah, menurut data Global Islamic Indicator (GIE) populasi
muslim akan bertambah dari 1.8 milyar pada 2017 menjadi 3 milyar pada 2060.
Permintaan produk halal juga tidak hanya datang dari kalangan muslim, tetapi
juga dari kalangan non-muslim. Produk-produk halal dianggap memiliki kualitas
yang sangat baik dan sangat memperhatikan kebersihan.
Berdasarkan data tersebut dapat
dikatakan bahwa negara-negara muslim dapat memanfaatkan peluang ekonomi
tersebut. “Potensi industri halal sangat besar. Kami ingin negara-negara muslim
semakin memperkuat kerja sama, sebab permintaan pasar terus bertambah dan kita
harus dapat memenuhi kebutuhan produk halal.”tutup Harman
.
Sumber : Bisnis, 23.04.19.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar