JAKARTA: Riset Frost & Sullivan menunjukkan pasar logistik Indonesia berpotensi meraup Rp843,7 triliun dari perusahaan-perusahaan komoditas.
Hal itu diungkapkan Konsultan Transportasi dan Logistik Frost & Sullivan Indonesia Muhammad Asrofi menyusul peluang Indonesia menjadi kawasan pengumpul terbesar di Asia.
“Lokasi yang strategis tersebut dan kerjasama antara Indonesia dengan negara-negara maju itu, membuat wilayah Indonesia berpotensi menjadi hub logistik di Asia,” tuturnya kepada Bisnis hari ini.
Asrofi menambahkan letak perairan Indonesia juga merupakan salah satu rute perdagangan dunia yang paling ramai. Kata dia, laut merupakan jalur utama perdagangan dunia dan laut Indonesia merupakan jalur yang strategis dan ramai dilewati oleh negara-negara lain.
“Selat Malaka merupakan salah satu pintu perdagangan dunia yang selalu ramai dilewati oleh negara-negara asing,” tuturnya.
Dari sisi regulasi, asas cabotage yang ditetapkan pemerintah untuk kapal asing, menurut Asrofi dapat memperbesar penerimaan negara. Dengan aturan itu, kapal asing yang masuk ke perairan Indonesia diwajibkan mengunakan bendera dan kru dari Indonesia.
“Dari sini, jelas penerimaan pajak akan lebih besar, ditambah lagi SDM Indonesia juga akan lebih produktif,” paparnya.
Meski demikian, Asrofi mengungkapkan kegiatan logistik di Indonesia masih terkendala oleh infrastruktur. Infrastruktur Indonesia masih sangat lemah dan tidak mendukung kegiatan logistik yang efisien dan optimal.
“Hampir semua lini kita lemah di infrastruktur, tapi yang paling lemah adalah infrastruktur untuk laut dan kereta api,” ujarnya. (arh)
Sumber : Bisnis Indonesia, 31.01.11.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar