Jakarta - Kelompok bisnis papan atas
Indonesia, Sinar Mas Group, kehilangan sang pendirinya, Eka
Tjipta Widjaja. Dia menghadap Sang Pencipta pada Sabtu (26/1), pukul 19.43
WIB pada usia 98 tahun. Managing Director Sinar Mas, Gandi
Sulistiyanto mengatakan, faktor usia dan kesehatan menjadi penyebabnya.
Jenazah akan dimakamkan di pemakaman keluarga Desa Marga Mulya, Kabupaten
Karawang, Jawa Barat, pada Sabtu 2 Februari 2019.
Eka Tjipta Widjaja adalah sosok yang
memiliki prinsip hidup tak mudah menyerah. Ia lahir dari keluarga miskin.
Embrio bisnis Sinar Mas berawal ketika Eka Tjipta berusia 15 tahun, ketika itu
bernama Oei Ek Tjhong, berwirausaha menjajakan biskuit dan permen
dengan mengendarai sepeda ke penjuru kota Makassar, Sulawesi Selatan, pada 3
Oktober 1938. Pria yang lahir pada 27 Februari 1921 itu berdagang keliling demi
membantu perekonomian keluarga.
Filosofi yang dipegang Eka Tjipta, yakni jujur, menjaga
kredibilitas, dan bertanggung jawab, baik terhadap keluarga, pekerjaan maupun
terhadap sosial, telah menjadi kompas
hidupnya. Filosofi itu kemudian bermetamorfosis menjadi nilai-nilai luhur Sinar
Mas, yakni integritas, sikap positif, berkomitmen, perbaikan berkelanjutan,
inovatif, dan loyal.
Memiliki jiwa pedagang dan tidak
pernah menyerah telah mewujudkan ambisinya untuk membeli perkebunan kelapa
sawit seluas 10.000 hektare di Riau pada 1980. Meski hanya lulusan sekolah
dasar, siapa sangka Eka Tjipta pada akhir hayatnya disebut-sebut Forbes
memiliki kekayaan sedikitnya US$ 8,6 miliar atau sekitar Rp
120 triliun.
Eka Tjipta Widjaja menikahi Trinidewi
Lasuki, memiliki delapan anak dan 26 cucu. Trinidewi Lasuki telah
meninggal dunia dalam usia 90 tahun pada Februari 2017. Putra sulungnya, Teguh
Ganda Widjaja, adalah Presiden Komisaris pabrik kertas PT Tjiwi Kimia
Tbk dan PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. Sang adik, Franky Oesman Widjaja,
menjabat sebagai CEO Golden Agri-Resources Ltd dan Wakil Presiden Komisioner
perusahaan properti PT Bumi Serpong Damai Tbk.
Adapun anak keempat, Indra
Widjaja, menekuni sektor finansial, pernah menjabat Presdir Bank
Internasional Indonesia dan memimpin PT Sinar Mas Multi Artha Tbk, di samping
presiden komisioner dan menjadi Presiden Direktur PT Asuransi Sinar Mas.
Kemudian Sukmawati Widjaja
menjabat sebagai Executive Chairman Top Global Limited, perusahan yang bergerak
di sektor real estate dan hospitality. Anaknya yang lain, Muktar Widjaja adalah CEO
Sinarmas Land Ltd serta Djafar Widjaja sebagai pendiri Bund
Center Investment Ltd di Shanghai, Tiongkok.
Sinar Mas menaungi sejumlah
perusahaan yang independen dengan manajemen tersendiri. Perusahaan-perusahaan
tersebut bergerak di sektor pulp dan kertas, agribisnis dan makanan, pengembang
dan real estat, jasa keuangan, telekomunikasi dan data, serta energi dan
infrastruktur. Belakangan, Sinar Mas juga memasuki ranah bisnis digital
ventures.
Sejarah
Eka Tjipta mulai membangun emporium
bisnis Sinar Mas sejak 1960 lewat perkebunan kopi dan karet, ketika dibentuk CV
Sinar Mas di Surabaya. Sinar Mas Group sendiri memiliki enam lini bisnis utama.
Sebagian perusahaan tersebut tersebar di luar negeri.
Salah satu perusahaan penyumbang
pendapatan utama Sinar Mas adalah PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, yang dibangun
pada 1972 di Jawa Timur. Inilah cikal bakal perusahaan pulp dan kertas Sinar
Mas. Perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham TKIM
ini dimiliki publik sebesar 40,32% dan sisanya dikuasai induk usahanya, PT
Purinisa Ekapersada sebesar 59,67%. Perusahaan pulp dan kertas lainnya adalah
PT Indah Kiat Pulp and Paper (INKP).
Bisnis pulp dan kertas milik Sinar
Mas Group beroperasi di bawah naungan holding Asia Pulp and Paper (APP).
Total kapasitas produksi APP mencapai 19 juta ton per tahun, dengan penjualan
tersebar ke 120 negara.
Di sektor agribisnis, Sinar Mas
Group mendirikan induk usaha Golden Agri-Resources Ltd (GAR) yang
berdiri pada 1996 dan telah tercatat di Bursa Efek Singapura pada 1999. Di
Indonesia, GAR memiliki anak usaha PT SMART Tbk (SMAR) yang menjadi perusahaan
publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 1992.
SMART memiliki total lahan seluas
138,000 ha. SMART bukan hanya perkebunan sawit, tapi juga memiliki fasilitas
pengolahan tandan buah segar industri hilir CPO menjadi produk-produk turunan
seperti minyak goreng, margarin, shortening, biodiesel dan oleokimia, dan
sebagainya. SMART mengoperasikan 16 pabrik kelapa sawit, 5 pabrik pengolahan
inti sawit, dan 4 pabrik rafinasi di Indonesia. Pada 1968, Eka Tjipta
mendirikan pabrik minyak goreng kopra pertamanya, dengan nama Bitung Manado Oil
Ltd di Sulawesi Utara.
Sinar Mas juga leading dalam bisnis
real estat lewat Sinar Mas Land Limited. Lingkup usahanya tidak hanya di
Indonesia, tetapi juga di Tiongkok, Malaysia, Singapura, dan Inggris. Di
Indonesia, kompleks real estat yang tersohor adalah Bumi Serpong Damai yang
dibangun oleh PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE). Juga ada PT Duta Pertiwi Tbk
(DUTI) yang dirintis sejak 1972. Sinar Mas Land juga memiliki bisnis patungan
dengan Sojitz, perusahaan Jepang untuk mengembangkan kota bernama PT
Puradelta Lestari Tbk (DMAS).
Di sektor keuangan, Sinar Mas
memiliki Bank Internasional Indonesia, namun mayoritas kepemilikannya
berpindah tangan. Pada 2005, Sinar Mas mengakuisisi Bank Shinta, yang setahun
kemudian resmi menjadi Bank Sinarmas. Kemudian, ada PT
Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA), pembiayaan keuangan untuk korporasi termasuk
mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Sinar Mas juga mengembangkan usaha
penyediaan energi listrik, pertambangan batu bara, infrastruktur, bahan kimia,
perdagangan ritel, dan multimedia. Bidang bisnis ini dioperasikan oleh PT
Dian Swastika Sentosa Tbk (DSSA) yang berdiri pada 1996. Di sektor
telekomunikasi, Sinar Mas memiliki brand yang cukup kondang, yakni PT
Smartfren Telecom Tbk (FREN) yang berdiri pada 2006.
Sumber : BeritaSatu, 28.01.19.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar