TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Indonesia tak lagi manut sepenuhnya atas masukan International Monetary Foundation (IMF). Meski IMF mengoreksi asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 6,5 persen menjadi 6,3 persen, pemerintah menegaskan tidak akan merubah asumsinya.
"Memang IMF mengoreksi pertumbuhan ekonomi kita menjadi 6,3 dari 6,5 tapi kita tidak perlu (cemas), (namun)kita waspadai," tegas Menteri Kordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa di Jakarta, Jumat (23/9/2011).
Untuk itu, ucap Hatta, pemerintah akan menjaga purchasing power atau daya beli masyarakat. Itu karena sebanyak 50-an persen dari Gross Domestic Product (Produk Domestik Bruto) berasal dari sektor konsumsi.
"Itu harus kita jaga,makanya inflasi harus dikendalikan, suplai harus cukup, perdagangan antar pulau tidak boleh disparitas yang tinggi, tata niaga harus kita perbaiki, dan yang menggembirakan kita itu ya kalau pada tahun 90-an itu rasio ekspor terhadap PDB kita masih 30-an persen, sekarang itu rasionya terus menurun sekitar 26 persenan," jelas Hatta.
Apa artinya? Hatta menyebutkan hal itu menunjukkan ketergantungan ekonomi bangsa kepada kondisi global (lembaga utang) kian menciut. Hatta mengatakan pasar domestik Indonesia menguat karena volume ekspor Indonesia besar.
"Tidak bisa dibohongi. Kekuatan pasar domestik membesar. Oleh sebab itu pasar domestik ini jangan sampai dimasukkan oleh barang-barang impor saja, harus kreatif kita meningkatkan mesin-mesin produksi industri kita untuk memenuhi pasar domestik kita," urainya.
Sumber : TribunNews, 23.09.11.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar