Washington - Dampak penutupan pemerintahan AS yang sudah
berjalan 11 hari mulai berdampak bagi ekonomi. Dirumahkannya ribuan pegawai
pemerintah, berdampak pada bisnis sektor swasta.
Pada kota-kota besar di AS, ribuan pengasuh, tukang pipa, pembuat sandwich (roti isi), pekerja IT, dan lainnya mulai terkena dampak penutupan pemerintahan. Karena pekerjaan mereka juga bergantung pada jalannya pemerintahan.
Meskipun kalangan Kongres dan Presiden Barack Obama sedang mencari cara untuk bisa kembali menggaji para pegawai pemerintahan, namun tipis harapan pemerintah bisa menutup kerugian-kerugian di sejumlah sektor ekonomi.
Seperti diketahui, sejak 1 Oktober 2013 sampai saat ini, pemerintahan AS masih ditutup karena anggaran yang belum disetujui Kongres. Akhirnya uang pemerintah menipis, dan terpaksa merumahkan ribuan pegawai.
Ada kisah seorang imigran dari Senegal yaitu Aboubakarim Ndao. Ayah berumur 24 tahun dengan dua anak ini bekerja di sebuah kafetaria bernama Au Bon Pain yang terkenal dengan sandwich, roti, serta saladnya. Sejak pemerintahan AS tutup, kafetaria tempatnya bekerja sepi, karena lokasinya berdekatan dengan sejumlah kantor-kantor pemerintahan.
Sejak ditutupnya pemerintahan pada 1 Oktober 2013, makin sedikit pelanggan yang datang untuk sarapan dan makan siang.
Ndao mengatakan, dalam situasi normal, ada 12 orang yang bekerja dalam satu shift. "Namun minggu ini dan minggu lalu, hanya 5 orang saja," ujar Ndao dikutip dari AFP, Sabtu.
Dia biasanya bisa bekerja 32 hingga 35 jam per minggu, namun minggu lalu, dia hanya bekerja 16 jam saja. "Minggu ini, sepertinya juga 16 jam, atau bahkan kurang," ujarnya.
Sementara Roxi Shryock seorang pegawai di restoran Potbelly Sandwich mengatakan, 70% orang yang datang ke restoran tempatnya bekerja adalah pegawai pemerintah. Karena itu penutupan pemerintahan membuat bisnis turun.
"Proyeksi kami, omzet bakal mencapai US$ 24 ribu per minggu, namun sejak pemerintah tutup, kami hanya dapat US$ 13 ribu," ujar perempuan berumur 26 tahun ini.
"Biasanya kami buka dari jam 07.00 pagi hingga 07.00 malam, tapi sekarang kami buka dari pukul 11.00 pagi hingga 05.00 sore saja. Semua orang jam kerjanya dipangkas," katanya.
Kemudian Steve Spencer, pekerja kontraktor IT di Komisi Perdagangan Berjangka dan Komoditi AS sekarang menganggur. Semenjak pemerintahan AS tutup, kontraktor tak dibayar oleh pemerintah. "Ini membuat frustasi. Akan beda bila ada pengumuman tiga minggu sebelumnya bahwa pemerintah akan tutup, maka anda bisa menyusun rencana dulu," kata Spencer.
Akibat tidak adanya gaji, Spencer jadi kesulitan membayar pengasuh untuk dua anaknya. Akhirnya, jam kerja pengasuh dipangkas untuk pengiritan.
Seorang analis politik di instansi pemerintah yang tak mau disebut namanya juga mengalami hal yang sama. Semenjak pemerintahan tutup, dia kesulitan membayar pengasuh anak.
Cerita sama juga dialami Odina Hernandez yang bekerja sebaga pengasuh bayi. Sebelum pemerintahan tutup, dia bisa bekerja 3 hari seminggu untuk mengasuk bayi sebuah keluarga, dan sisa harinya digunakan untuk mengasuh bayi keluarga lain.
Namun sejak pemerintahan AS tutup, hanya satu keluarga saja yang membutuhkan jasanya. Suami Hernandez yang bekerja sebagai tukang ledeng juga terkena dampak. "Saya punya 2 anak, saya harus membayar tagihan dan segalanya. Saya punya mobil, situasi ini tidak bagus," kata Hernandez.
Pada kota-kota besar di AS, ribuan pengasuh, tukang pipa, pembuat sandwich (roti isi), pekerja IT, dan lainnya mulai terkena dampak penutupan pemerintahan. Karena pekerjaan mereka juga bergantung pada jalannya pemerintahan.
Meskipun kalangan Kongres dan Presiden Barack Obama sedang mencari cara untuk bisa kembali menggaji para pegawai pemerintahan, namun tipis harapan pemerintah bisa menutup kerugian-kerugian di sejumlah sektor ekonomi.
Seperti diketahui, sejak 1 Oktober 2013 sampai saat ini, pemerintahan AS masih ditutup karena anggaran yang belum disetujui Kongres. Akhirnya uang pemerintah menipis, dan terpaksa merumahkan ribuan pegawai.
Ada kisah seorang imigran dari Senegal yaitu Aboubakarim Ndao. Ayah berumur 24 tahun dengan dua anak ini bekerja di sebuah kafetaria bernama Au Bon Pain yang terkenal dengan sandwich, roti, serta saladnya. Sejak pemerintahan AS tutup, kafetaria tempatnya bekerja sepi, karena lokasinya berdekatan dengan sejumlah kantor-kantor pemerintahan.
Sejak ditutupnya pemerintahan pada 1 Oktober 2013, makin sedikit pelanggan yang datang untuk sarapan dan makan siang.
Ndao mengatakan, dalam situasi normal, ada 12 orang yang bekerja dalam satu shift. "Namun minggu ini dan minggu lalu, hanya 5 orang saja," ujar Ndao dikutip dari AFP, Sabtu.
Dia biasanya bisa bekerja 32 hingga 35 jam per minggu, namun minggu lalu, dia hanya bekerja 16 jam saja. "Minggu ini, sepertinya juga 16 jam, atau bahkan kurang," ujarnya.
Sementara Roxi Shryock seorang pegawai di restoran Potbelly Sandwich mengatakan, 70% orang yang datang ke restoran tempatnya bekerja adalah pegawai pemerintah. Karena itu penutupan pemerintahan membuat bisnis turun.
"Proyeksi kami, omzet bakal mencapai US$ 24 ribu per minggu, namun sejak pemerintah tutup, kami hanya dapat US$ 13 ribu," ujar perempuan berumur 26 tahun ini.
"Biasanya kami buka dari jam 07.00 pagi hingga 07.00 malam, tapi sekarang kami buka dari pukul 11.00 pagi hingga 05.00 sore saja. Semua orang jam kerjanya dipangkas," katanya.
Kemudian Steve Spencer, pekerja kontraktor IT di Komisi Perdagangan Berjangka dan Komoditi AS sekarang menganggur. Semenjak pemerintahan AS tutup, kontraktor tak dibayar oleh pemerintah. "Ini membuat frustasi. Akan beda bila ada pengumuman tiga minggu sebelumnya bahwa pemerintah akan tutup, maka anda bisa menyusun rencana dulu," kata Spencer.
Akibat tidak adanya gaji, Spencer jadi kesulitan membayar pengasuh untuk dua anaknya. Akhirnya, jam kerja pengasuh dipangkas untuk pengiritan.
Seorang analis politik di instansi pemerintah yang tak mau disebut namanya juga mengalami hal yang sama. Semenjak pemerintahan tutup, dia kesulitan membayar pengasuh anak.
Cerita sama juga dialami Odina Hernandez yang bekerja sebaga pengasuh bayi. Sebelum pemerintahan tutup, dia bisa bekerja 3 hari seminggu untuk mengasuk bayi sebuah keluarga, dan sisa harinya digunakan untuk mengasuh bayi keluarga lain.
Namun sejak pemerintahan AS tutup, hanya satu keluarga saja yang membutuhkan jasanya. Suami Hernandez yang bekerja sebagai tukang ledeng juga terkena dampak. "Saya punya 2 anak, saya harus membayar tagihan dan segalanya. Saya punya mobil, situasi ini tidak bagus," kata Hernandez.
Sumber : detikFinance, 12.10.13.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar