Bisnis.com, JAKARTA—Ekonomi China dilaporkan tumbuh 7,8%
pada kuartal ketiga, yang menandakan percepatan dibandingkan dengan kuartal
sebelumnya yang tumbuh 7,5%.
CEO FX 1 Academy di Singapura Mario Santh Sing
menerangkan kebangkitan ini banyak disebabkan oleh mini stimulus atau
rangsangan kecil dari investasi di sektor infrastruktur, seperti jalan kereta
api dan sistem subway, serta kebijakan keuangan yang lunak ketika People’s Bank
of China (PBOC) mulai beroperasi lagi pada kuartal ketiga.
“Secara mendasar, pertumbuhan dalam kuartal ketiga tidak
akan dapat bertahan atau akan diperpanjang satu kuartal lagi. Kelebihan
kapasitas di antara industri yang berbeda dan properti yang menggelembung tetap
menjadi persoalan utama dalam perekonomian China,” ungkapnya dalam surat
elektronik yang diterima Bisnis, Jumat (25/10/2013).
Dia mengatakan, petunjuk ekonomi terkini untuk September
termasuk ekspor yang secara tidak terduga mengecil menjadi 0,3% YoY. Sementara
itu, pertumbuhan konsumsi listrik, yang melambat menjadi 10,4% YoY dari 13,7%
pada Agustus, menunjukkan pertumbuhan mungkin sudah mulai kehilangan
momentum. Namun,tuturnya, perlu bukti
lebih untuk bertindak.
Dia berharap kepemimpinan China yang baru tidak boleh
menentukan 'target yang besar' pada pertumbuhan produk domestic bruto (GDP)
negara yang bergerak maju.
Dengan skenario ini, sambungnya, pemerintah bisa
memperlambat rencana-rencana investasi infrastruktur bergerak maju, karena ini
bukan solusi yang bias dipertahankan, terutama karena kongres partai yang ke 18
pada November semakin dekat. Cetak biru untuk reformasi ekonomi dan keuangan
mungkin akan dikeluarkan.
Faktor penting lainnya untuk memutuskan tingkat pertumbuhan
adalah perluasan shadow-banking. Apabila pemerintah memutuskan menambah
regulasi pada system keuangan, perekonomian akan menderita seperti yang terjadi
di awal tahun.
“Jadi, pemulihan pada kuartal ketiga pasti terjadi namun
tidak secara merata. Besarnya ketidakseimbangan bergantung pada ukuran
perusahaan, sifat perusahaan, sektor-sektor dan sumber dayanya. Namun, kita
tidak punya gambaran yang jelas sampai Kongres Partai Komunis China,” ujarnya.
Sumber : Bisnis Indonesia, 25.10.13.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar