Bisnis.com, JAKARTA - L' Oreal, perusahaan kosmetik dan
kecantikan yang berpusat di Paris, telah berkomitmen untuk menghapus hubungan
antara deforestasi dari produk-produknya pada 2020. Greenpeace mengharapkan
perusahaan lain dapat mengikuti dengan tenggat waktu serupa.
"Ini merupakan kemenangan bagi konsumen di seluruh
dunia, L' Oreal telah berkomitmen untuk mengakhiri perannya dalam perusakan
hutan. Ribuan orang di Indonesia dan seluruh dunia yang telah menuntut produk
ramah hutan akan menuntut perusahaan seperti P & G, Colgate Palmolive, dan
merek seperti Head & Shoulders agar menjamin bahwa mereka juga tidak
menggunakan minyak sawit kotor dari perusakan hutan," kata Bustar Maitar,
Kepala Kampanye Hutan Indonesia Greenpeace Internasional dala press release
yang diterimaBisnis hari ini, Kamis (13/2/2014).
L' Oreal sekarang telah bergabung dengan Nestle, Unilever
dan Ferrero, yang telah berkomitmen akan kebijakan nol Deforestasi. Raksasa
minyak sawit lainnya mulai bergerak juga, dengan pedagang minyak sawit terbesar
di dunia Wilmar International berkomitmen untuk kebijakan Nol Deforestasi akhir
tahun lalu karena tekanan dari publik, Lembaga Swadatya Masyarakat (LSM) serta
konsumen.
"Komitmen yang telah dibuat oleh L'Oreal, Unilever
dan Ferrero telah mengirimkan sinyal kuat kepada sektor ini. Namun, mereka
masih memungkinkan pemasok mereka untuk menebang hutan sampai enam tahun ke
depan. Dengan lajunya pemanasan global dan kehilangan keanekaragaman hayati
yang berlangsung cepat, kami mendesak perusahaan-perusahaan untuk menjamin
konsumen bahwa produk mereka akan bebas dari kerusakan hutan sebelum tenggat
waktu tahun 2020," tambahnya.
Membuat komitmen untuk kebijakan tersebut hanya langkah
awal untuk menjamin bahwa konsumen tidak menjadi bagian dari kerusakan hutan
melalui produk yang mereka konsumsi sehari-hari. Greenpeace akan terus
mendorong L' Oreal dan perusahaan lain dalam Tiger Challenge agar
kebijakan-kebijakan mereka sungguh-sungguh diterapkan di lapangan.
Sektor minyak kelapa sawit adalah penyebab tunggal
terbesar dari deforestasi di Indonesia. Peta Kementerian Kehutanan menunjukkan
bahwa Indonesia kehilangan 620.000 ha hutan hujan setiap tahun (area yang lebih
besar dari ukuran Brunei), dan mendorong spesies ikonik seperti Harimau
Sumatera yang hanya tersisa 400 ekor, menuju kepunahan. Ekspansi kelapa sawit
ke New Guinea dan Afrika sudah mengancam hutan, memicu kontroversi dan konflik
dengan masyarakat lokal.
Sumber : Bisnis Indonesia, 13.02.14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar