Direktur Utama Vale Nico Kanter mengatakan pihaknya hanya
menunggu pemerintah memutuskan beberapa butir-butir strategis yang perlu dibahas
lebih rinci. Di sisi lain rencana investasi yang akan dijalankan Vale adalah di
Bahadopi dan Pomalaa, Sulawesi Tenggara masing-masing senilai US$2 miliar dan
di Sorowako, Sulawesi Selatan senilai
US$2 miliar.
"Selain mengembangkan investasi, kami juga
merencanakan peningkatan produksi pada tahun ini," ujarnya, Rabu
(12/2/2014).
Perusahaan asal Brasil itu menargetkan produksi sekitar
79.000 ton nikel matte. Nilai itu lebih tinggi sedikit dari produksi 2013.
Target produksi tersebut telah diajukan ke rencana kerja dan anggaran belanja
(RKAB) ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Penjualan produk nikel matte berkadar 78% dari Vale
ditargetkan sekitar US$1 miliar dengan asumsi harga nikel matte di London Metal
Exchange US$16.000 per ton.
Meski demikan, perusahaan yang telah melantai di pasar
modal itu mencatat terdapat gangguan operasi di kuartal IV/2013. Akibatnya,
Vale mengalami penurunan produksi dan tidak memenuhi target produksi 2013 yaitu
sekitar 79.500 ton.
Dalam pemaparan di rapat dengar pendapat dengan Komisi 7,
perusahaan mengakui tidak mencapai laba bersih semula yaitu US$213,6 juta.
Hingga kuartal III/2023 laba bersih hanya sekitar US$47,3 juta.
Target yang meleset dari perencanaan tersebut disebabkan
merosotnya harga nikel dunia. Pada 2012 harga nikel berdasarkan London Metal
Exchange (LME) mencapai senilai US$17.374/ton, sedangkan pada 2013 nilai
tersebut menurun menjadi rata-rata US$15.000 hingga kuartal III/2013.
Tahun ini, Vale berencana akan meraih laba bersih sekitar
US$112 juta dengan asumsi harga nikel di LME mencapai US$16.000/ton. Nico
mengatakan, pihaknya optimistis pengaruh beleid tentang Pertambangan Mineral
dan Batu Bara akan membawa dampak positif berupa perbaikan harga. "Kami
masih melihat apakah pemerintah akan konsisten, sehingga masih ada
fluktuasi," katanya.
Di sisi lain sebelumnya, R. Sukhyar, Direktur Jenderal
Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral juga
mengatakan kesepakatan mengenai renegosiasi akan selsesai pada Maret. Meski masa kerja tim renegosiasi
telah selesai, pemerintah mengatakan masih bisa melanjutkan. "Untuk
laporan kalau setingkat saya sudah cukup," ujarnya.
Dari sisi pemerintah, permasalahan renegosiasi hanya
tinggal poin royalti dan luas wilayah. Mengenai divestasi saham, opsi masih ada
dua yaitu pembagian 40% deviden untuk perusahaan tambang yang memiliki usaha
hulu dan hilir serta 51% pembagian saham bila hanya memiliki usaha hulu.
Sumber : Bisnis Indonesia, 12.02.14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar