Bisnis.com, BANDUNG—Memasuki 2014, Indonesia sudah tidak masuk lagi dalam
kelompok lima negara yang berekonomi rentan atau dikenal dengan fragile
five.
Sejalan dengan mengecilnya defisit transaksi berjalan Indonesia, hal
tersebut menjadi perhitungan dan daya tarik bagi investor asing untuk kembali
masuk berinvestasi di Indonesia.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank
Indonesia Juda Agung menuturkan sejak awal 2014, Indonesia sudah tak masuk
dalam fragile five.
“Itu terjadi karena mengecilnya defisit transaksi berjalan yang disebabkan
surplusnya neraca pembayaran serta diikuti penguatan nilai tukar rupiah,”
ungkap Juda, Sabtu (22/2/2014).
Fragile five adalah istilah yang diberikan kepada negara dengan defisit transaksi
berjalan yang cukup besar terhadap PDB.
Adapun negara-negara yang masuk ke dalam fragile five adalah
India, Afrika Selatan, Brazil, Turki dan Indonesia.
Dengan mengecilnya defisit transaksi berjalan Indonesia terhadap PDB
sebesar 1,98% pada triwulan IV 2013, secara perlahan Indonesia sudah mulai
meninggalkan posisi sebagai negara fragile five.
Menurut Juda, penurunan defisit transaksi berjalan ini secara tidak langsung meningkatkan fundamental perekonomian Indonesia.
Menurut Juda, penurunan defisit transaksi berjalan ini secara tidak langsung meningkatkan fundamental perekonomian Indonesia.
Selain Indonesia, negara yang telah membereskan defisit transaksi berjalan
adalah India sehingga potensi India untuk keluar dari fragile five juga
cukup besar.
Selain itu, Juda menuturkan BI masih akan melakukan pengetatan moneter dengan mempertahan suku bunga acuan BI (BI Rate) di level 7,5%.
Selain itu, Juda menuturkan BI masih akan melakukan pengetatan moneter dengan mempertahan suku bunga acuan BI (BI Rate) di level 7,5%.
Adapun tujuan BI mempertahankan BI Rate di level tersebut untuk menjaga
stabilitas ekonomi, agar defisit transaksi berjalan semakin berkurang.
Juda mengungkapkan kebijakan tersebut masih konsisten untuk mengarahkan
inflasi menuju sasaran 4,5% plus minus 1% pada 2014 dan 4% plus minus 1% pada
2015 serta menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat.
Ia melanjutkan, di sisi lain, BI tengah mencermati berbagai risiko, baik
global maupun domestik, dan memastikan langkah-langkah antisipasi agar
stabilitas makroekonomi tetap terjaga.
Sumber : Bisnis, 23.02.14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar