Bisnis.com, KUALA LUMPUR - Malaysia Airline System Bhd
(MAS) berencana untuk memesan 100 pesawat angkut untuk menangkis serangan
pesaing yang memberi kontribusi kerugian dalam 3 tahun berjalan, kata seseorang
yang dekat dengan hal tersebut.
Perusahaan milik negara itu melirik berbagai model
pesawat jarak pendek dan jarak jauh dari Airbus Group NV (AIR) dan Boeing Co
(BA), kata sumber yang meminta untuk tidak diidentifikasi karena informasi yang
bersifat pribadi.
Sebuah keputusan tentang pembelian dapat diambil pada
akhir semester pertama tahun ini, katanya, kemarin.
Air Malaysia berusaha mendapatkan kiriman pesawat baru
pada akhir 2016 atau awal 2017. Pesawat tersebut akan meng-upgrade armada untuk
dekade berikutnya.
Pesawat angkut yang dibutuhkan adalah jet baru yang hemat
bahan bakar untuk memotong biaya di tengah meningkatnya saingan dari maskapai
penerbangan berdiskon, seperti AirAsia (AIRA) Bhd, yang telah mengarahan
ratusan pesawat untuk menyambut pariwisata Asia yang meningkat.
"Malaysia Air saling bersaing dengan maskapai
lain," kata Mohshin Aziz, analis Maybank Investment Bank Bhd yang berbasis
di Kuala Lumpur, mengatakan dalam sebuah wawancara telepon. "Ini adalah
hal yang benar untuk dilakukan mengingat kompetisi di industri."
Najmuddin Abdullah, juru bicara Malaysia Air, tidak
menjawab panggilan telepon genggamnya hari ini. Dia tidak menanggapi e-mailyang
dikirim kemarin.
Saham Malaysia Air turun 4,8% menjadi 29,5 sen per 11:59
di perdagangan Kuala Lumpur, tertinggal patokan FTSE Bursa Malaysia KLCI Index
(FBMKLCI) , yang mengalami penurunan 0,1% menjadi 1.823,33.
AirAsia, Lion
Maskapai nasional yang didirikan dengan nama Malayan
Airways Ltd pada Oktober 1937 itu mengoperasikan armada 88 pesawat,
menurutwebsite-nya.
Maskapai yang menerbangkan pesawat jet Boeing dan Airbus,
mengangkut 37.000 penumpang setiap hari untuk 80 tujuan di seluruh dunia.
Sementara itu, selama dekade terakhir sekitar 15 operator
bertarif rendah mulai terbang di Asia - Pasifik seiring dengan meningkatnya
urbanisasi di wilayah ini dan berkembang kelas menengah yang mendorong
perjalanan.
Pertumbuhan Asia kontras dengan pasar yang matang dari AS
dan Eropa, di mana kelebihan kapasitas pesawat telah menyebabkan konsolidasi.
AirAsia, maskapai berdiskon terbesar di wilayah ini,
telah memiliki sekitar 140 pesawat A320 dalam operasinya, ditambah 335 pesawat
yang saat ini dipesan.
Sementara itu, di Indonesia, PT Lion Mentari Airlines
memiliki armada 105 pesawat yang kuat, dan raksasa 650 Airbus dan Boeing
bertubuh sempit yang segera datang.
VietJet Aviation Joint Stock Co., maskapasi swasta
Vietnam, pekan lalu menandatangani sebuah pengadaan 100 pesawat Airbus.
Hampir setengah dari pertumbuhan lalu lintas udara dunia
ada di rute Asia selama 20 tahun ke depan, kata kepala pemasaran Boeing Randy
Tinseth, di mana operator dari wilayah tersebut memperoleh 12.820 pesawat, atau
36% dari total global.
Sementara itu, pesaing Airbus menempatkan angka 11.000
pesawat.
Sumber : Bisnis Indonesia, 19.02.14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar