JAKARTA – Perusahaan pelayaran milik
negara PT Djakarta Lloyd menargetkan bisa menambah dua kapal baru pada kuartal
I/2018 setelah gagal dalam lelang sepanjang tahun lalu.
Direktur Utama Djakarta Lloyd, Suyoto mengatakan perseroan perlu menambah armada karena tengah
menjajaki kerja sama dengan sejumlah calon mitra. Pada tahun ini, menurutnya,
kontrak angkutan batu bara melonjak dibandingkan dengan 2017.
Dia menyebutkan kontrak angkutan
batu bara dari PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) tahun ini mencapai 3,7
ton atau tiga kali lipat dibandingkan kontrak pada 2017.
Pada tahun lalu, Djakarta Lloyd
mengoperasikan dua kapal curah, yakni MV Aurora Christine dan MV
Lumoso Karunia.
Selain membeli dua kapal, perseroan
yang didirikan pada 1951 itu juga bakal menyewa dua kapal sehingga jumlah kapal
beroperasi mencapai enam unit kapal.
Suyoto menegaskan realisasi
penambahan armada juga sekaligus mempercepat realisasi penggunaan dana penyertaan
modal negara (PMN).
Hingga 2017, realisasi penggunaan
PMN Djakarat Lloyd baru mencapai Rp20 miliar. “Oleh karena itu kami
kejar target, dengan membeli dua kapal itu sudah hampir Rp300 miliar,” jelasnya
kepada Bisnis, Rabu (3/1/2018).
Suyoto mengungkapkan perseroan kerap
gagal dalam lelang penjualan kapal karena tidak bisa selihai perusahaan swasta.
Hal itu disebabkan tindak tanduk
korporasi Djakarta Lloyd bakal diaudit oleh lembaga negara yang berwenang.
Pada November 2017, dia mencontohkan
perseroan sempat menjadi penawar tertinggi dalam lelang sebuah kapal curah
(bulk carrier). Djakarta Lloyd enggan menawar lebih tinggi karena penawaran
terakhir sudah lebih tinggi dari rata-rata penawaran yang masuk atau premium.
Tahun ini, Suyoto optimistis
perseroan bisa memenangkan lelang karena telah mendapat persetujuan dari Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) selaku auditor BUMN. “Kami sudah ada guidance
[dalam lelang kapal], terlebih Djakarta Lloyd juga sudah mendapat kepercayaan
dari perbankan dan juga mendapat kontrak [jasa pengangkutan],” jelasnya.
Di sisi lain, Djakarta Lloyd juga
tengah menjajaki kerja sama dengan beberapa perusahaan tambang yang beroperasi
di Kalimantan. Perusahaan swasta yang dijajaki Djakarta Lloyd tidak terkait
dengan PT Kaltim Prima Coal (KPC) sebagaimana ditulis Bisnis, Rabu (3/1/2018)
dan Bisnis.com pada Selasa (2/1/2018). Berita ini meralat pernyataan Suyoto
sebelumnya yang menyebutkan Djakarta Lloyd berencana membentuk perusahaan
patungan dengan KPC.
Kerja sama dengan perusahaan swasta,
tegasnya, menjadi tonggak penting bagi perseroan selepas restrukturisasi utang
lewat penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU). Kerja sama dengan
perusahaan swasta juga membuat ruang ekspansi Djakarta Lloyd lebih lebar karena
tahun lalu perseroan baru mendapat kontrak dari BUMN dan anak usaha BUMN.
Sumber : Kontan, 03.01.18.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar