Bisnis.com, JAKARTA – Dua proyek pengembangan
bandara, yakni Bandara Hasanuddin di Makassar dan Perluasan Bandara Soekarno –
Hatta masuk dalam daftar pembiayaan yang bakal dilakukan oleh Lembaga
Pengelola Investasi (LPI) atau yang sering disebut dengan Sovereign
Wealth Fund (SWF).
Terkait dengan hal tersebut, VP Corporate Secretary
AP I Handy Heryudhitiawan mengatakan belum dapat memastikan apakah
proyek tersebut akan sepenuhnya diusulkan ke dalam struktur pembiayaan lewat
LPI. Namun yang jelas, AP I masih akan mengandalkan proyek-proyek bandara
dengan alternatif yang sama seperti sebelumnya, yakni dana internal hingga
pinjaman perbankan dan obligasi.
"Sejauh ini tim keuangan belum memastikan. Namun kalau
dilihat dari data [INA] memang masih potensi, artinya memang untuk pengembangan
saat ini [API], Belanja modal masih menggunakan sumber pendanaan internal
tetapi juga pinjaman perbankan untuk investasi," ujarnya, Jumat
(12/3/2021).
Sebagai gambaran pada 2021 ini API mengalokasikan belanja
modal atau capex senilai Rp5,4 triliun. Hal ini akan digunakan untuk
reengineering infrastruktur jaringan data, pemenuhan fasilitas sisi udara,
overlay dan perpanjangan runway serta taxiway di Bandara Juanda dan Bandara
Lombok. Selain itu juga sejumlah proyek perluasan bandara.
Bandara berkode UPG juga menjadi salah satu dari empat
bandara yang pengembangannya ditargetkan rampung pada tahun ini. Hingga awal
Maret 2021, progres pengembangan Bandara Sultan Hasanuddin Makassar telah
mencapai 62,28 persen dan ditargetkan dapat selesai pada Mei 2021.
Pengembangan bandara meliputi perluasan terminal yang
mencapai 166.815 meter persegi sehingga dapat menampung 15 juta penumpang per
tahun dari luasan terminal eksisting 51.815 meter persegi dengan kapasitas 7
juta penumpang per tahun.
Selain itu, apron juga diperluas menjadi 385.346 meter
persegi (kapasitas 53 parking stand) dari luasan eksisting yang hanya 185.500
meter persegi (kapasitas 42 parking stand).
“Terkait proyek-proyek tersebut, kami optimis saat pandemi
berakhir maka terjadi rebound penerbangan dan melipatgandakan penumpang pesawat
udara,” tekannya.
Sementara itu PT Angkasa Pura II belum dapat memastikan
skema pembiayaan terkait dengan proyek perluasan di Bandara Soekarno -Hatta
kedepannya.
Senada, VP Corporate Communication PT Angkasa Pura II
Yado Yarismano tak memberikan keterangan lebih jauh terkait dengan
proyek bandara Soekarno – Hatta yang diisukan bakal dibiayai lewat LPI
tersebut.
"Belum ada kejelasan terkait dengan proyek yang
dibiayai oleh SWF," ujarnya.
Saat ini terdapat dua terminal yang beroperasi di Bandara dengan
kode CGK tersbut, yakni 2D dan 2E sementara Terminal 3. Manajemen tengah
merevitalisasi Terminal 1C dan Terminal 2F guna meningkatkan kapasitasnya
masing-masing.
"Ada rencana pembiayan proyek bandara yang memang kami
dorong lewat SWF. Kami meamng diminta. Tapi daftarnya memang masih kami
finalkan," ujar Dirjen Perhubungan Udara Novie Riyanto.
Sebelumnya Wakil Menteri Badam Usaha Milik Negara
(BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan untuk sektor bandara, pemerintah
bekerja sama dengan INA, yang juga disebut sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF),
membawa mitra baru untuk proyek pengembangan beberapa bandara agar menjadi hub
dalam negeri melalui peningkatan efisiensi operasional.
Pada tahap awal, pemerintah menggaet investasi untuk
Bandara Soekarno-Hatta, Bandara Cargo Village di Jakarta, dan Bandara
Hasanuddin di Makassar.
"Untuk melancarkan upaya pembangunan dengan hasil yang
terbaik, kami bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan dalam mengakomodir
struktur konsorsium INA, sementara mereka berinvestasi di bandara," kata
Kartika yang akrab disapa Tiko.
Tiko pun menekankan kehadiran INA bertujuan memberikan
pilihan kepada para investor untuk menanamkan modal di Indonesia. Investor
dapat berinvestasi melalui pembelian saham, pembelian surat berharga negara,
berinvestasi melalui BKPM, dan juga bisa melalui partnership.
Target penyerapan investasi periode pertama INA adalah
infrastruktur transportasi, karena sektor ini disiapkan untuk menjaga
peningkatan demand atau permintaan saat ekonomi pulih.
Sumber : Bisnis, 12.03.2021.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar