Kekuatan teknologi memang semakin hebat. Teknologi pencarian di Google contohnya, diibaratkan sebagai malaikat pencatat amal baik dan buruk. Ketik nama merek Anda di sana, dan akan terlihat betul perbuatan apa yang telah Anda lakukan selama ini.
Kalau banyak yang positif, tentunya bagus karena dapat mempengaruhi otak, hati, dan jiwa konsumen. Tapi kalau hasil pencarian yang ditampilkan di halaman pertama di situs tersebut berisikan amukan dan caci-maki konsumen yang tidak puas, itu saatnya Anda harus hati-hati.
Perbanyaklah amal baik. Makanya slogan unofficial dari Google yang terkenal adalah ”Don’t Be Evil” alias jangan jadi setan.
Di Amerika, banyak pengelola rumah peribadatan yang semakin frustasi karena jumlahnya terus menurun. Sebegitu frustasinya, ada satu yang menulis di papan pengumuman di depan rumah peribadatannya dengan mengatakan ”Banyak hal yang tidak bisa dijawab oleh Google, maka dari itu datanglah ke mari untuk meminta jawaban.”
Kita semua tahu bahwa Google, yang notabene-nya perusahaan pemasang iklan, adalah fenomena internet yang telah menjadi bagian dari wawasan kita dalam mencari informasi mulai dari yang besar sampai yang terkecil, melihat dunia luar (contohnya Google Earth), mendengar (Google Alert), dan berkolaborasi dengan rekan sekantor (Google Docs, Gmail, Google Talk).
Tidak hanya merevolusi industri teknologi informasi, Google juga merubah banyak tatanan industri mulai dari media (Google news, YouTube/Google Video) sampai perpustakaan (Google Books, Google Scholar).
Google adalah internet, dan internet adalah Google. Dengan misinya yang sangat horisontal yaitu ”Mengelola informasi dunia dan membuatnya mudah diakses dan berguna,” Google telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat tulen dunia New Wave, yang ingin mencari, melacak, dan menggunakan sebuah informasi.
Google merupakan contoh tersendiri bahwa di era New Wave, kita telah masuk ke dunia yang transparan dan lebih terbuka. Internet sendiri saat ini masih terus berevolusi. Teknologi Web 2.0 contohnya telah merubah pengalaman kita dalam menggunakan internet.
Dulu di era Web 1.0, internet masih bersifat satu arah, statis, dan ekslusif. Kalangan yang berkutat di dunia teknologi informasi dan komunikasi sering mengatakan bahwa era Web 1.0 adalah eranya kita melihat tapi tidak bisa ’menyentuh.’
Memang betul, dulu di era web 1.0 kita hanya bisa mencari, browsing, dan read-only. Google pada waktu muncul tahun 1998 adalah satu contoh produk Web 1.0. Tapi dunia internet kini telah berubah.
Teknologi Web 2.0 membuat internet bersifat lebih interaktif dan dinamis. Interaksi dengan komunitas menjadi lebih memungkinkan karena pada dasarnya kekuatan sesungguhnya dari aplikasi internet yang bersifat Web 2.0 adalah read & write.
Dalam arti lain, kita ini eranya kita dapat melihat sekaligus menyentuh. You can look and you can also touch! Seiring dengan perubahan teknologi internet dari era Web 1.0 ke 2.0, mereka yang tadinya berkutat di aplikasi era lama mentransform diri ke era yang baru.
Contohnya Google yang kini banyak mengeluarkan produk-produk yang bersifat kolaboratif, interaktif, dan partisifatif sesuai dengan Web 2.0 experience. Di era internet seperti ini pula, orang yang tadinya amatir menjadi terlihat profesional.
Contohnya untuk membuat sebuah blog pribadi, Anda tidak perlu mengerti mendalam tentang programming, cukup pergi ke penyedia platform untuk blogging seperti blogspot, wordpress, myspace, multiply, dan lain sebagainya. Dengan Web 2.0 orang jadi lebih mudah mengekspresikan dirinya, berpartisipasi, melakukan networking, membentuk komunitas lewat situs jejaring, dan banyak hal lainnya.
Teknologi yang sama memungkinkan setiap orang memiliki kesempatan yang sama, bukan hanya milik sekelompok orang tertentu. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya lewat kolom ini, kita masuk ke dalam alam baru di mana tatanan lanskap bisnis telah berubah menjadi datar.
Segala aktor dalam lingkungan bisnis saling terhubung dan duduk sama rata; mulai dari agen-agen yang membawa perubahan industri (kalangan di dunia teknologi, birokrat, ekonomi, sosial dan budaya), kompetitor, konsumen, dan perusahaan saling membaur.
Sebagai contoh adalah jika Anda membuat sebuah platform berbasiskan internet portal. Meskipun intensi utama dari portal tersebut adalah sebagai wadah untuk konsumen Anda agar bisa saling berinteraksi, tapi tetap saja portal Anda tersebut disusupi oleh kompetitor Anda.
Alih-alih yang ikut nimbrung di sana adalah kumpulan kompetitor Anda. Perkembangan Internet dengan Web 2.0 membuat proses horisontalisasi semakin cepat. Di dunia yang serba horisontal ini, berkat perkembangan teknologi internet, semua orang punya kesempatan yang sama untuk terhubung.
Perlu dicatat bahwa apa yang saya katakan sebagai dunia yang serba horisontal ini bukan hanya disebabkan oleh perkembangan teknologi semata. Memang pendorong nomor satu adalah perubahan teknologi dari yang bersifat one-to-many ke many-to-many.
Perubahan teknologi ini kontan mengundang datangnya sembilan tren lain yang mendorong horisontalisasi pemasaran.
Ikuti artikel-artikel selanjutnya di kolom ini, yang akan menjabarkan 10 New Wave Trends yang mendorong Horisontalisasi Pemasaran.
Oleh : Hermawan Kartajaya (HK).
Sumber : Kompas, 02.09.09.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar