KOMPAS.com - Sepatu terutama sepatu olahraga sekarang menjadi produk yang sangat personal tergantung dari selera masing-masing orang.
Karena itu, sekarang terjadi trend dimana banyak perusahaan sepatu seperti Nike, Adidas dan Puma yang mulai meng-customize produknya menyesuaikan dengan kepribadian pelanggannya dengan harapan untuk mempertahankan pelanggan lama dan menarik pelanggan baru sehingga pertumbuhan produknya akan semakin tinggi.
Nike menggunakan website NikeID.com sebagai tempat di mana calon pelanggannya bisa menentukan pilihannya antara sepatu olah raga atau “every-day shoes.” Pelanggan juga bisa memilih apakah dia mulai mendesain sepatu dari nol atau sekedar hanya mengganti warna sepatu yang mereka inginkan.
Dan yang lebih menarik adalah pelanggan-pelanggan tersebut bisa men-share desain sepatu yang telah mereka buat di jejaring sosial seperti Facebook atau MySpace.
Seperti yang dikatakan kemarin, era New Wave Marketing adalah era di mana semua serba horizontal di mana kita bisa berkreasi bersama konsumen. Praktek pengembangan produk Co-Creation yang dinamis, interaktif, dan berdasarkan multi-sumber akan suatu saat menggeser proses pengembangan produk yang secara tradisional dibangun lewat pendekatan yang sifatnya company-centric.
Contoh lain dari praktek Co-Creation adalah Lego. Pada tahun 1988, bersamaan dengan hak paten Lego yang habis, Lego juga harus bertahan terhadap ancaman dari perusahaan lainnya yang mencoba menirunya.
Di sisi lain Lego juga menghadapi persoalan dengan perilaku anak-anak yang mulai beralih ke konsol Video Game. Untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut, Lego memutuskan menggunakan media internet dengan membuat platform yang mereka sebut sebagai “Online Lego Factory System.”
Konsumen Lego bisa menggunakan platform tersebut untuk mendesain produk Lego sendiri melalui virtual design yang bisa didownload dari platform tersebut. Di Website tersebut konsumen juga bisa mencari dan membeli produk yang diciptakan oleh konsumen lain.
Untuk meluncurkan konsep baru, Lego mengadakan kompetisi menggunakan Lego Factory System ini yang memungkinkan konsumen untuk membuat desain produk sendiri.
Setelah mendapatkan partisipasi 80,000 desain, Lego memilih sepuluh desain terbaik yang nantinya akan dikembangkan menjadi tiga produk dan diluncurkan ke pasar. Lego juga membayar 5 persen royalty dari penjualan kepada konsumen yang menjadi pemenang.
Setiap bulannya, delapan juta orang menggunakan sistem tersebut dan setiap komunitas yang ada membuat jurnalnya masing-masing untuk selalu memberikan informasi tentang perkembangan yang terkini. Tujuan utama Lego mendukung kegiatan-kegiatan ini adalah semata–mata untuk meningkatkan pengalaman bermain pelanggannya dengan memotivasi mereka untuk selalu memberikan masukan dan atau saran yang inovatif.
Berkembangnya internet lewat teknologi Web 2.0 membuat proses horisontalisasi menjadi lebih cepat, di mana perusahaan dan konsumen duduk sejajar. Perusahaan sendiri di sini peranannya lebih ke fasilitator. Kreativitas pembuatan produk diserahkan kepada pelanggan, terserah apapun yang mereka inginkan.
Product is a co-creation. Sudah semakin ketinggalan zaman untuk sebuah produk didesain, diciptakan, dan diluncurkan sendiri oleh orang-orang di dalam perusahaan. Prosesnya sudah berubah di mana yang mendesain, menciptakan, dan meluncurkan pada akhirnya dilakukan bersama oleh konsumen.
Oleh : Hermawan Kartajaya (HK),Waizly Darwin
Sumber : Kompas, 08.10.09.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar