MEDAN: Sekitar 60% ekspor Sumatra Utara pada 2010 didominasi oleh minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan karet yang masuk ke India, Jepang, Amerika Serikat, dan Singapura.
Pimpinan Bank Indonesia Cabang Medan dan Aceh Nasser Asrof mengakui sampai posisi November 2010 dua komoditas utama dari Sumut mendominasi ekspor ke luar negeri.
“Dari sisi nilai ekspor CPO dan karer mencapai 60% dan sisanya disumbang oleh komoditas lain seperti kopi, furniture, dan barang industri lainnya,” ujarnya di Medan hari ini.
Menurut dia, sampai November 2010 nilai ekspor CPO dari Sumut mencapai US$3,1 miliar dan karet mencapai US$1,56 miliar dari total nilai ekspor Sumut pada periode sama mencapai US$7,73 miliar.
Kalau dilihat dari negara tujuan ekspor, kata dia, India, Jepang, Amerika Serikat, dan Singapura masih mendominasi terutama minyak sawit dan karet.
Dia mengusulkan agar eksportir dari daerah ini mencari pasar baru terutama untuk komoditas minyak sawit mentah dan karet. “Saya melihat pasar China sangat atraktif, sehingga minyak sawit dan karet asal Sumut mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain,” tuturnya.
Demikian juga pasar Timur Tengah, paparnya, sangat menjanjikan karena selama ini minyak sawit mentah dikuasai negara Jiran Malaysia ke kawasan tersebut.
Sementara itu, Ketua Gabungan Pengusaha Eksportir Indonesia (GPEI) Sumut Khairul Mahalli membenarkan Sumut sampai kewalahan untuk memenuhi permintaan karet dari luar negeri walaupun harganya sudah mencapai US$5 per kilogram.
“Walaupun harga karet alam tinggi, namun Sumut tidak mampu memasok permintaan dari negara lain yang jumlahnya relatif besar,” tuturnya.
Kontrak yang sudah diteken pada 2010 lalu, kata dia, banyak yang tidak terpenuhi, sehingga ekspor 2011 diperkirakan jauh lebih baik dibandingkan dengan 2010. “Kami optimis kontrak tahun 2010 yang masih tertunda bisa dipenuhi pada 2011,” tuturnya.
Persoalannya, kata dia, kondisi pelabuhan Belawan yang sudah lama dikeluhkan para eksportir terutama peralatan dan waktu tunggu kapal belum dapat diasasi sampai saat ini.
“Kami meminta Pelindo I Medan secepatnya membenahi BICT [Belawan Internastional Terminal), sehingga komoditas dari daerah ini semakin kompetitif,” tuturnya.(api)
Sumber : Bisnis Indonesia, 24.01.11.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar