JAKARTA: Korea Selatan mengincar dua proyek raksasa perkeretaapian nasional yang masih menganggur yakni Kereta Api (KA) Bandara Soekarno-Hatta dan KA Jakarta—Surabaya dengan nilai proyek diperkirakan menembus US$20 miliar.
Korea Railroad Research Institute (KRRI), sebuah lembaga khusus menangani perkeretaapian di Korea Selatan menandatangani MoU (Memorandum of Understanding) dengan Kadin untuk mempercepat dua proyek angkutan massal itu.
Dengan MoU itu, Kadin Indonesia dan KRRI akan terlibat dalam proyek transportasi massal yang menghubungkan kota Jakarta dengan Bandara Soekarno Hatta di Banten dan proyek KA Jakarta—Surabaya.
Selain itu, KRRI bersama Kadin akan membantu mengembangkan perkeretaapian nasional dengan menyusun strategi dan perencanaan untuk jaringan perkeretaapian secara komprehensif.
Ketua Komite Tetap Hubungan Antar Lembaga Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Biben Akbar mengatakan percepatan pembangunan angkutan massal di kota-kota besar Indonesia sangat diperlukan.
Dia meyakini, realisasi konsep transportasi massal dapat memacu pertumbuhan lapangan kerja di kota-kota besar serta memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Ini dapat menjadi solusi bagi kebutuhan kita terhadap transportasi massal,” katanya, pekan lalu.
Presiden KRRI Sung Kyou Choi mengatakan selain Jakarta dan Surabaya, pihaknya juga berminat menggarap kota lainnya. “Kami berminat merencanakan jaringan kereta api Indonesia. Tidak hanya Jakarta atau Surabaya saja, kota lainnya juga,” katanya.
Dia menjelaskan selain merencanakan strategi pengembangan kereta api, pihaknya berminat mengimplementasikan teknologi yang sudah dikembangkan di Korea Selatan untuk membantu mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi.
Business Advisor Asia Economic Community KRRI Park Sung-Chur menjelaskan proyek pembangunan jalur KA Bandara Jakarta—Soekarno Hatta dan KA Jakarta—Surabaya diperkirakan menelan dana sebesar US$20 miliar.
Pihaknya akan mengkoordinasikan kebutuhan pendanaan tersebut melalui dukungan pemerintah Korea Selatan dan Asia Economic Community Foundation yang fokus pada penyaluran dan implementasi teknologi.
“Kami melihat pengembangan KA di di Indonesia bisa memungkinkan untuk mengeluarkan biaya yang seefektif mungkin sehingga strategy railway ini bisa terealisasi dengan cepat,” ujar Park.
Sejauh ini, katanya, KRRI sudah melakukan koordinasi dengan Kadin Indonesia dan BKPM untuk merealisasikan proyek raksasa itu. “Jika semuanya lancar dan visible, kami segera melakukan pendekatan dengan pihak pemerintah terkait,” tambah Park.
Transfer teknologi
Biben menjelaskan masuknya KRRI dalam proyek KA Bandara dan KA Jakarta—Surabaya akan memungkinkan terjadinya transfer teknologi sehingga sektor transportasi massal di Indonesia ke depan bisa memanfaatkan model teknologi yang dikembangkan Korea.
KRRI kini terlibat dalam proyek teknologi kereta api penumpang, bahkan secara khusus ikut dengan proyek yakni rel kecepatan tinggi Korea, Urban transit kereta ringan, dan program memiringkan Kereta Express untuk mempercepat jalur konvensional di Korsel.
Saat ini, proses pembangunan proyek KA Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, kembali dari awal lagi menyusul studi kelayakan yang baru dilakukan oleh PT Sarana Multi Infrastruktur.
Perseroan tersebut berkolaborasi dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Kementerian Perhubungan di proyek angkutan massal rute Manggarai—Bandara Soekarno-Hatta itu.
Dirut PT Sarana Multi Infrastruktur Emma Sri Martini mengatakan feasibility study akan dilakukan meskipun hingga kini belum diketahui akan akan selesai. “Kami akan membantu supaya kerja sama JICA dan Kemenhub optimal,” jelas-nya baru-baru ini.
Selain itu, tender konstruksi juga belum bisa dipastikan kapan akan digelar kendati diharapkan tahun ini. Dia juga belum bisa memastikan apakah nilai proyek KA Bandara masih sama dengan yang ditetapkan sebelumnya, yaitu sebesar Rpl0 triliun.
Kemenhub sebetulnya telah menetapkan rute yang ingin digunakan, yaitu menggunakan rel melayang di rute Manggarai-bandara melalui Angke-Pluit, sehingga biaya investasi membengkak dari Rp4,6 triliun menjadi Rpl0 triliun.
Adapun, perusahaan yang telah lolos tender prakualifikasi sebelumnya adalah PT Railink, China Harbour (China), dan Mitsui (Jepang).
Kementerian Perhubungan sendiri sebelumnya menegaskan akan fokus untuk mengembangkan jaringan KA dari Tangerang menuju Bandara Soekarno—Hatta sejauh 7 KM dengan target operasi pada 2013. (ln)
Sumber : Bisnis Indonesia, 27.03.11.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar