JAKARTA: LP3E Kadin menilai
cetak biru Sislognas yang dirancang pemerintah belum mampu menjawab persoalan
logistik di Tanah Air karena solusi yang
ditawarkan belum menjamin peningkatan daya saing
“Cetak biru Sislognas
(Sistem Logistik Nasional) ternyata
belum dapat menjawab persoalan logistik nasional yang mendasar dan
komplek. Masih (berupa) tataran konsep,” ujar Peneliti Lembaga Pengkajian,
Penelitian dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kadin Indonesia Ina Primiana kepada
Bisnis, Senin 23 April 2012.
Menurut Ina, tingginya biaya
logistik dan lamanya waktu kirim menjadi salah satu penyebab rendahnya daya
saing produk-produk Indonesia.
Hal itu terjadi karena
sejumlah prasarana logistik masih konvensional, seperti jalan, pelabuhan, dan
hubungan antarmoda, serta belum terbangunnya konektivitas antarlokasi.
“Mayoritas menggunakan
angkutan darat yang lebih mahal dari angkutan laut,” katanya.
Faktor lain yang menyebabkan
biaya logistik tinggi, lanjut Ina, a.l. teknologi informasi dan komunikasi yang
kurang mendukung dalam proses pemantauan arus barang antarwilayah, ongkos
pengadaan alat angkut truk dan kapal laut yang tinggi karena pajak dan suku
bunga, serta regulasi logistik yang tidak terpadu.
“(Selain itu) kompetensi SDM
logistik yang rendah, banyaknya jumlah dokumen yang perlu dipersiapkan dan
butuh waktu pada NSW (National Single Window), dan armada yang tidak layak
tetap beroperasi,” tuturnya.
Untuk itu, Ina
merekomendasikan sejumlah hal menyangkut pembenahan infrastruktur dan konektivitas.
Menurutnya, perlu reevaluasi
sejumlah hal yang selama ini menjadi beban
biaya logistic, a.l. biaya antrian ke pelabuhan, biaya sewa gudang,
rumitnya perijinan kepengurusan di pabean.
Laporan World Economic Forum
(WEF) 2009-2012 menempatkan Indonesia di urutan ke 82 dari 134 negara untuk
kualitas infrastruktur, jauh di bawah Malaysia yang menempati peringkatr 23.
Jenis kualitas infrastruktur
yang memiliki peringkat terendah adalah kualitas infrastruktur pelabuhan yang
berada pada peringkat 103 atau turun dari 95 (2009-2010) dan 96 (2010-2011).
Kualitas pasokan listrik
juga mengalami penurunan peringkat sejak 2009-2010, yaitu menempati urutan 96,
menjadi peringkat 97 dan 98 di 2011-2012.
(Bsi)
Sumber : Bisnis Indonesia,
23.04.12.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar