JAKARTA: Maskapai Merpati
Nusantara Airlines mulai merealisasikan rencana restrukturisasi dengan menutup 10 rute penerbangan yang
merugi dari 124 rute yang diterbangi, sehingga load factor ditarget mencapai
90%.
Dampak penutupan rute ini
langsung dirasakan yakni dalam sepekan terakhir mampu mencatat untung
operasional hingga Rp500 juta per hari. Sebelumnya maskapai pelat merah ini
dalam 5 tahun terakhir mengklaim merugi Rp1,5 miliar per hari.
Direktur Utama Merpati
Nusantara Airlines Rudy Setyopurnomo mengatakan dari 124 rute yag
diterbanginya, perseroan sudah menutup 10 rute merugi, diantaranya Jakarta via
Bandara Halim Perdana Kusumah ke Bandung, serta Jakarta-Pangkal Pinang.
“Untuk rute penerbangan
Jakarta-Bandung, kapasitas pesawat untuk 56 penumpang, tetapi penumpangnya
hanya dua. Berbulan-bulan dibiarkan saja akibatnya terus merugi,” kata Rudy,
Senin (25/6).
Dia menyebutkan dari 124
rute penerbangan, yang ditutup sudah 10, rute yang lain digabung. Namun untuk
rute potensial ke Indonesia bagian Timur seperti Merauke, Jayapura, dan Sorong
tidak ada yang ditutup, begitu juga rute perintis tetap dilayani.
Rudy menjelaskan penutupan
rute ini seiring program restrukturisasi yang dilakukannya untuk menyehatkan
keuangan perusahaan mengingat dari 124 rute yang diterbangi Merpati, yang mampu
memberi keuntungan hanya 12 rute, sisanya 112 merugi.
Sebelumnya Rudy menyatakan
dalam program restrukturisasi, dia akan menutup 10%-20% rute yang merugi atau
24 rute.
“Dari penutupan rute yang
merugi ini serta mengurus penerbangan-penerbangan yang ada, kami sudah mencatat
laba operasional dalam sepekan terakhir sebesar Rp500 juta per hari, padahal
sebelumnya dalam 5 tahun terakhir selalu merugi hingga Rp1,5 miliar per hari,”
ucapnya.
Rudy menargetkan dalam waktu
enam bulan ke depan, pihaknya mampu mencatat keuntungan 15% dari total
pendapatan, saat ini keuntungan Merpati baru mencapai 6%.
Dia menyebutkan pendapatan
hingga akhir 2012 ditargetkan Rp2 triliun- Rp3 triliun atau meningkat 42% bila
dibandingkan tahun lalu Rp1,6 triliun. Kontribusi pendapatan dari rute
penerbangan komersial mencapai 80%, sisanya untuk rute penerbangan perintis.
Target keuntungan ini, imbuh
Rudy, seiring dengan upaya menggenjot load factor (keterisian) penumpang
menjadi rata-rata 90% dari kapasitas kursi di pesawat.
"Sekarang sudah 86%,
kadang-kadang 92%. Tetapi belum konsisten, masih mengalami naik turun,"
katanya. (Bsi)
Sumber : bisnis Indonesia,
25.06.12.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar