Bisnis.com,Jakarta- Direktur Pusat Pengkajian
Logistik dan Rantai Pasok Institut Teknologi Bandung Senator Nur Bahagia
menilai pelabuhan internasional di Indonesia terlalu masuk kedalam wilayah
Indonesia yang merupakan wilayah teritori penuh.
Wilayah dalam yang dimaksud yaitu wilayah teritori yang menjadi kedaulatan penuh Republik Indonesia dalam melakukan kegiatan ekonomi, transportasi, pertambangan, dan perikanan.
“Pada wilayah dalam ini seharusnya semua kegiatan dikuasai dan dikendalikan penuh oleh Pemerintah Indonesia,” tuturnya Jumat (29/8/2014).
Sedangkan wilayah depan yaitu wilayah dimana kegiatan ekonomi, transportasi, pertambangan dan Perikanan Asing, dan lain-lain dikendalikan oleh Pemerintah RI yang tidak terlalu penuh.
“Itulah yang dimaksud dengan pembagian wilayah yang saya maksud yakni dalam dan depan,”katanya.
Kondisi saat ini yang menjadi permasalahan yaitu pelabuhan-pelabuhan internasional yang masuk pada wilayah dalam Indonesia. Akibatnya pemerintah sangat sulit menjaga dan mengawasi kedaulatan wilayah dalam ini.
“Karena itulah kami menggagas hanya dua pelabuhan sebagai hub pelabuhan internasional,”tuturnya.
Dua hub pelabuhan internasional tersebut yaitu pelabuhan Kuala Tanjung untuk wilayah Indonesia Barat, sedangkan pelabuhan Bitung untuk untuk wilayah Indonesia Timur. Dengan catatan dua hub pelabuhan internasional ini untuk kegiatan impor produk-produk Indonesia yang belum mampu bersaing.
“Kalau produk kita sudah mampu bersaing ngapain kita batas-batasi,”katanya.
Melalui inilah keseimbangan barang-barang yanga masuk ke Indonesia dapat dibatasi dan diawasi. Supaya Indonesia tidak dibanjiri barang-barang impor yang akan mematikan ekonomi Indonesia secara perlahan.
Selain itu melalui gagasan dua hub internasional ini akan berdampak terhadap pelayaran domestik yang akan lebih hidup. Jika konsep ini diimplementasikan memang ada konsekuensi barang domestik kita akan sedikit lebih mahal dibandingkan dengan harga barang impor.
Namun yang perlu menjadi catatan adalah jika barang domestik Indonesia yang lebih banyak beredar di masyarakat, maka ekonomi Indonesia akan tumbuh. Sedangkan jika barang-barang impor yang lebih banyak beredar di masyarakat justru akan mematikan ekonomi masyarakat.
"Seperti harga jeruk Medan akan lebih mahal dibandingkan dengan harga jeruk dari China, tapi dengan membeli jeruk asal Medan kita akan menghidupkan petani kita,” katanya.
Wilayah dalam yang dimaksud yaitu wilayah teritori yang menjadi kedaulatan penuh Republik Indonesia dalam melakukan kegiatan ekonomi, transportasi, pertambangan, dan perikanan.
“Pada wilayah dalam ini seharusnya semua kegiatan dikuasai dan dikendalikan penuh oleh Pemerintah Indonesia,” tuturnya Jumat (29/8/2014).
Sedangkan wilayah depan yaitu wilayah dimana kegiatan ekonomi, transportasi, pertambangan dan Perikanan Asing, dan lain-lain dikendalikan oleh Pemerintah RI yang tidak terlalu penuh.
“Itulah yang dimaksud dengan pembagian wilayah yang saya maksud yakni dalam dan depan,”katanya.
Kondisi saat ini yang menjadi permasalahan yaitu pelabuhan-pelabuhan internasional yang masuk pada wilayah dalam Indonesia. Akibatnya pemerintah sangat sulit menjaga dan mengawasi kedaulatan wilayah dalam ini.
“Karena itulah kami menggagas hanya dua pelabuhan sebagai hub pelabuhan internasional,”tuturnya.
Dua hub pelabuhan internasional tersebut yaitu pelabuhan Kuala Tanjung untuk wilayah Indonesia Barat, sedangkan pelabuhan Bitung untuk untuk wilayah Indonesia Timur. Dengan catatan dua hub pelabuhan internasional ini untuk kegiatan impor produk-produk Indonesia yang belum mampu bersaing.
“Kalau produk kita sudah mampu bersaing ngapain kita batas-batasi,”katanya.
Melalui inilah keseimbangan barang-barang yanga masuk ke Indonesia dapat dibatasi dan diawasi. Supaya Indonesia tidak dibanjiri barang-barang impor yang akan mematikan ekonomi Indonesia secara perlahan.
Selain itu melalui gagasan dua hub internasional ini akan berdampak terhadap pelayaran domestik yang akan lebih hidup. Jika konsep ini diimplementasikan memang ada konsekuensi barang domestik kita akan sedikit lebih mahal dibandingkan dengan harga barang impor.
Namun yang perlu menjadi catatan adalah jika barang domestik Indonesia yang lebih banyak beredar di masyarakat, maka ekonomi Indonesia akan tumbuh. Sedangkan jika barang-barang impor yang lebih banyak beredar di masyarakat justru akan mematikan ekonomi masyarakat.
"Seperti harga jeruk Medan akan lebih mahal dibandingkan dengan harga jeruk dari China, tapi dengan membeli jeruk asal Medan kita akan menghidupkan petani kita,” katanya.
Sumber : Bisnis Indonesia, 29.08.14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar