Kabar24.com,
TOKYO--Produksi industri Jepang sepanjang Februari anjlok, menambah tekanan
terhadap konsumsi dan inflasi, serta memperkuat dugaan rapuhnya perekonomian
domestik.
Data
Kementerian Perdagangan menunjukkan produksi melembam 3,4% dari posisi Januari,
saat angka produksi melejit hingga 3,7%. Capaian Februari itu lebih rendah
dibandingkan dengan konsensus ekonom yang mengestimasi penurunan produksi hanya
mencapai 1,9%.
Angka itu
sekaligus menjadi yang terendah sejak Juni 2014 dan kian menegaskan perbaikan
ekonomi Jepang yang masih saja rapuh sejak resesi tahun lalu. Tim ekonomi dari
Mizuho Securities Co. juga memprediksi musim liburan selama bulan lalu turut
memangkas permintaan ekspor yang berujung pada kontraksi produksi.
Perbaikan
pada pengeluaran konsumen melambat sejak kenaikan pajak penjualan pada April
dan ekspor juga belum kuat. Masih terlalu dini untuk optimistis terhadap
ekonomi, kata Direktur Riset Ekonomi NLI Research Institute Taro Saito, Senin
(30/2).
Secara lebih
rinci, produksi tercatat turun pada 12 subkelompok industri dari total 15
subkelompok. Produksi di sektor komputer dan perlengkapan teknologi informasi
lainnya anjlok 7,6% sedangkan produksi elektronik turun 7,4%. Adapun, pasokan
meningkat 0,5% seiring dengan melemahnya produksi dan ekspor.
Secara
terpisah, ekonom dari Citigroup Inc. Kiichi Murashima menilai aktivitas
produksi sedang kehilangan momentumnya. Dia bahkan memproyeksikan angka
produksi kuartal I/2015 hanya akan bertumbuh 1,1% dibandingkan dengan kuartal
sebelumnya.
Sementara itu
indeks harga konsumendi luar makanantak bergerak selama Februari, dipicu oleh
ambruknya harga minyak yang mendorong tren deflasi. Pada rentang waktu yang
sama data penjualan rumah pun turut anjlok 2,9% secara yoy sekaligus menandai
depresiasi selama 11 bulan beruntun. Di sisi lain, penjualan ritel pun melembam
1,8%.
Data Bank of
Japan (BoJ) menunjukkan nilai pengiriman barang ke luar negeri sepanjang
Februari terkontraksi 7% dari posisi bulan sebelumnya yang mencatatkan kenaikan
2%. Sementara itu ekspor riil, yang menyertakan perubahan harga, tergerus
hingga 8,6%.
Upaya Jepang
untuk bangkit dari resesi dinilai tak sesignifikan estimasi analis. Serangkaian
data perekonomian masih mensinyalkan perlambatan, termasuk perusahaan yang
kompak memutuskan untuk memangkas investasinya.
Pemerintah
bahkan mengancam akan mengenakan pajak yang lebih besar jika perusahaan menahan
belanjanya karena hal itu dipastikan berimbas buruk pada perekonomian.
Sumber :
Bisnis Indonesia, 30.03.15.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar