JAKARTA.
Anak usaha PT Unilever Indonesia Tbk, yakni PT Unilever Oleochemical
Indonesia, masih menghadapi kesulitan dalam mengoperasikan pabrik
pengolahan minyak kelapa sawit di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei,
Simalungun, Sumatra Utara. Meski resmi beroperasi sejak akhir November 2015, pabrik tersebut
belum mampu berproduksi secara maksimal.
Sancoyo Antarikso,
Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Unilever Indonesia Tbk bilang, saat ini utilisasi
pabrik tersebut baru mencapai 80%. Penyebab kapasitas pabrik tidak bisa melaju
maksimal adalah karena kurangnya pasokan listrik ke pabrik ini.
Dari
12
megawatt (MW) yang dibutuhkan untuk menjalankan mesin, pasokan yang
tersedia baru 8 MW. "Ini karena gangguan jaringan dan belum siapnya
gardu induk tegangan tinggi di KEK Sei Mengkei," kata Sancoyo kepada
KONTAN, Rabu (3/2).
Selain
masalah pasokan listrik, Sancoyo juga meminta pasokan gas bisa segera berhembus
ke pabriknya. Kabar terakhir yang diterima Sancoyo, sambungan pipa gas tersebut
akan menghampar awal tahun 2016 ini. "Kami berharap bisa mendapatkan
pasokan gas dengan harga yang kompetitif," ucap Sancoyo.
Dengan
mengoperasikan 80% kapasitas pabrik, Sancoyo mengklaim telah menyerap 400 orang
tenaga kerja langsung dan 2.000 tenaga kerja tak langsung. Selain membuka
lapangan pekerjaan, Sancoyo bilang, pabrik tersebut juga membuka peluang
kerjasama dengan petani sawit setempat untuk memasok. Dalam menggandeng petani
tersebut, Unilever menggandeng PT Perkebunan Nusantara III dan IDH.
Pabrik
Unilever Oleochemical di Sei Mangkei memiliki kapasitas produksi maksimal 200.000
ton per tahun. Pabrik ini merupakan pabrik fatty acid terintegrasi
Unilever terbesar di dunia.
Sekitar
85% hasil produksi untuk memenuhi kebutuhan Unilever di luar negeri dan
domestik. Adapun, 15% untuk kebutuhan pihak lain di luar Unilever. "Kami
baru beroperasi Desember 2015, masih bertahap memenuhi permintaan ekspor ke
Unilever di negara lain," jelas Sancoyo.
Selain
soal pabrik tersebut, Sancoyo enggan membicarakan rencana bisnisnya sepanjang
tahun 2016 ini. "Kami akan terus berinvestasi di Indonesia untuk jangka
panjang," ujar Sancoyo.
Catatan
saja, investasi Unilever di Sei Mangkei tersebut menelan dana Rp 2 triliun. Pabrik
tersebut menempati lahan 18 hektare (ha). Selain memproduksi
fatty acid, pabrik itu juga memproduksi surfactant, glycerin, dan soap noodle.
Produk-produk
tersebut akan menjadi bahan baku produksi sabun, sampo dan detergen. Sebanyak
85% hasil produksi akan diekspor ke luar negeri.
Sumber
: Kontan, 04.02.16.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar