Bisnis.com, MANILA--Selamat tinggal
era kertas yang dinilai tidak efisien.
Sistem ini dinilai sudah sangat
tidak efektif khususnya bagi organisasi yang memiliki ribuan karyawan dan
tersebar di berbagai wilayah baik dalam satu negara maupun antar negara.
Apalagi bagi perusahaan dengan ribuan pemasok dari berbagai daerah.
Dengan perkembangan teknologi
informasi hingga machine learning, sekarang organisasi tidak perlu lagi repot
menilai kinerja pegawai dalam wujud kertas. Hanya perlu menyewa server dan
aplikasi komputing, maka semua pemantauan bisa dilakukan melalui aplikasi yang
tertanam di sebuah gawai. Proses dilakukan secara otomatisasi. Hemat biaya,
karena tidak perlu sewa server dan tenaga IT, serta paperless.
Nilai tambahnya lagi, perusahaan
yang memanfaatkan sistem komputing itu bisa mendapatkan data penting. Misalnya
saja, siapa karyawan paling tepat waktu atau toko mana paling laris.
Bahkan data konsumen yang konsisten
membeli satu jenis produk akan terekam. Data-data ini bisa disinergikan dengan
misi dan visi perusahaan untuk beberapa tahun ke depan. Inilah yang kini
disebut sebagai intelegent enterprise atau perusahaan cerdas.
Sejumlah perusahaan kini mulai fokus
menuju arah sebagai intelegent enterprise.
Peluang inilah yang coba diisi oleh SAP, perusahaan perangkat lunak asal
Jerman. Lihat saja yang dilakukan oleh The Body Shop Indonesia dengan
mengadopsi SAP SuccesFactors guna menditigalisasi proses SDM. Hasilnya,
perusahaan ritel ini kini tidak lagi disibukkan dengan tumpukan kertas
penilaian.
Dengan jumlah tenaga kerja sebanyak
1.300 orang tersebar di sejumlah Indonesia, masalah penilaian kinerja karyawan
bisa diketahui melalui sebuah gawai. Semua itu bisa terjadi karena difasilitasi
sistem milik SAP.
“Dulu kami harus menggunakan kertas
untuk surat menyurat. Bayangkan dari Aceh kirim dokumen ke Jakarta butuh dua
bulan karena harus dicetak,” jelas Human Resources Director The Body Shop
Indonesia Mira Fitria Soetjipto ketika ditemui Bisnis di acara gathering klien
SAP di Manila, Philipina, pada akhir pekan lalu.
Tidak hanya soal penilaian, masalah
training juga kendala. Karena pelatihan harus datang ke Tangerang, praktis hanya
sekitar 50% karyawan pernah mengikuti. Idealnya seluruh karyawan harus pernah
merasakan training. Kini smua kendala itu terpecahkan dengan sistem
otomatisasi. Dalam sebuah gawai, semua proses dilakukan. Karyawan pun senang,
karena sebagian besar mereka adalah generasi milenial.
Menurut Mira, di era sekarang perusahaan
dipacu beradaptasi secara cepat. Hanya mengaku sudah mengadopsi digitalisasi,
tetapi di internal organisasi belum melakukan digitalisasi belum bisa disebut
sudah menjadi perusahaan digital.
Contoh lain yang merasakan dampak
otomatisasi adalah startup CrowdFarmX asal Singapura. Perusahaan aplikasi yang
menghubungkan petani dengan teknologi ini bisa mengontrol kiprah dari sejumlah
petani mitra mereka di seluruh wilayah Asia Tenggara dengan mengadopsi S/4Hana
Public Cloud. Aplikasi ini menargetkan mencetak 10 juta petani dalam 22 tahun
mendatang.
Founder dan CEO CrowdFarmX Andi Tan mengatakan pihaknya membutuhkan standar dan protocol
bagaimana mengirimkan barang dari petani hingga ke konsumen dan mempertahankan
pasokan dari hasil panen.
Semua keputusan manajerial itu bisa
dilakukan melalui gawai. Dengan sistem komputasi blokchain data dan alur rantai
pasokan hingga ke konsumen tersaji secara realtime. Alhasil, setiap petani akan
terlihat kapan mereka akan panen, hingga berapa banyak misalnya kebutuhan
sayuran diperlukan. Dia menekankan semua data hingga transaksi dilakukan secara
transparan.
“Sistem SAP membantu kami dan juga petani.
Misalnya petani ini memproduksi ini, dan SAP bisa tahu bahwa produksimu bisa
diketahui pada bulan depan. Jadi bulan depan petanimu sudah punya kapasitas dan
kami memesan produk,” jelasnya ditemui di lokasi sama.
President and Managing Director SAP Asia Tenggara Claus
Andresen menuturkan di era
seperti sekarang, perusahaan tidak hanya dituntut menjadi digital. Lebih dari
sekedar itu, organisasi juga mutlak bertransformasi menjadi perusahaan cerdas
atau intelegent enterprise. Secara harfiah, arti perusahaan cerdas adalah yang
mampu memanfaatkan data untuk mengambil keputusan secara tepat.
Perusahaan cerdas bisa mengetahui
berapa kebutuhan, berapa cepat bisa disediakan dan tren kebutuhan konsumen ke
depan seperti apa. Perusahaan ini biasanya memiliki platform yang dapat
mensinergikan unsur inti perusahaan,yakni produsen, distribusi dan konsumen.
Menurutnya, untuk menjadi perusahaan cerdas dibutuhkan solusi teknologi yang dapat memanfaatkan sumber daya terbatas
tetapi efektif dan efisien melalui sistem otomatisasi.
Sistem ini juga dapat membantu
menghemat pengeluaran organisasi. Keuntungan perusahaan yang mengadopsi
platform ini, mereka memiliki data realtime serta operasional perusahan
berjalan secara efektif.
Dengan otomatisasi dan digitalisasi,
perusahaan akan mampu bersaing di era disrupsi seperti sekarang. Memiliki data
mengenai aktivitas konsumen hingga presisi kedatangan pasokan bahan baku dalam
format digital akan sangat memudahkan perusahaan. Ini sejalan dengan
perkembangan industri 4.0 di Indonesia.
“Ada yang mengatakan data ibarat
minyak dan menurut kami hal itu sangat benar. Data bisa menghubungkan semuanya,
baik konsumen, pemasok hingga visi misi perusahaan,” jelasnya ditemui di
Manila.
Khusus di Indonesia, Claus
menyatakan akan fokus memberikan layanan bagi pemerintah daerah yang sekarang
dituntut efisien dan transparan, terhadap UMKM yang tumbuh pesat serta bagi
organisasi yang menghadapi industri 4.0. SAP mengklaim memiliki platform lelang
elektronik yang dapat menghubungkan dengan baik dengan jutaan perusahaan.
UMKM merupakan urat nadi pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Sejalan dengan semakin membaiknya pembangunan infrastruktur,
bisnis UMKM akan bertumbuh besar.
Bila UMKM tidak mampu memanfaatkan
kondisi ini pihaknya khawatir akan. Adapun terkait dengan pemerintah, Claus
mengatakan kebutuhan roda pemerintah berjalan secara tranparan sangat
dibutuhkan dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat.
“Selama 29 tahun, SAP telah membantu
lebih dari 10.000 perusahaan di Asia Tenggara mengadopsi digitalisasi. Saat
ini, kami terus memperluas portofolio inovasi kami dengan cara baru, yang
memungkinkan pelanggan dan mitra untuk berinovasi dengan tujuan dan keyakinan,”
jelasnya.
Sumber : Bisnis, 12.11.18.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar