TOKYO: PT MRT Jakarta membuka pintu bagi PT Inka untuk terlibat dalam pengadaan kereta untuk mass rapid transit (MRT) tahap kedua dan ketiga yakni ruas Bunderan Hotel Indonesia–Kampung Bandan dan Balaraja–Cikarang.
"Bisa direalisasikan mulai tahap kedua proyek MRT," kata Direktur Utama PT MRT Jakarta Tribudi Rahardjo ketika ditanyakan kemungkinan keterlibatan Inka dalam pengadaan rolling stock proyek penyediaan moda transportasi massal itu.
Dia berbicara di sela-sela kunjungannya ke pameran Mass-Trans Innovation Japan 2011 hari ini.
Pameran itu berlangsung di Makuhari Messe, Chiba, 41 km dari Tokyo, Jepang. Tribudi datang bersama Direktur PT MRT Jakarta Eddi Santosa, Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia Danang Parikesit, dan pengamat kebijakan publik Agus Pambagio.
Menegaskan pernyataan Tribudi, Eddi mengemukakan PT MRT Jakarta telah mengajak Inka untuk ikut memasok kereta bagi proyek MRT di Jabodetabek.
Menurutnya, sangat tepat jika pemerintah secara khusus mendorong Inka untuk terlibat aktif dalam penyiapan kereta MRT.
"Dalam beberapa tahun PT Inka bisa menyiapkan diri. Sayang jika pasar yang begitu besar di dalam negeri karena adanya proyek MRT justru hanya dinikmati asing," tutur Eddi.
Tribudi menambahkan Inka bisa terlibat mulai tahap kedua sesuai dengan tahapan persetujuan pinjaman antara Pemerintah Indonesia dan Japan International Cooperation Agency. JICA sudah menandatangani loan agreement untuk proyek MRT tahap pertama.
Tiga ruas
Proyek MRT dibangun tiga tahap. Tahap pertama ruas Lebakbulus (Jakarta Selatan)–Bunderan HI (Jakarta Pusat) sepanjang 15,5 km, tahap kedua Bunderan HI–Kampung Bandan (Jakarta Utara) 7,8 km, dan tahap ketiga Balaraja (Tangerang, Banten)–Cikarang (Bekasi, Jawa Barat) 87 km.
Untuk pembangunan tahap pertama, JICA telah menyetujui tight loan 132,6 miliar yen (Rp15,11 triliun) yang merupakan bagian dari kebutuhan dana 157 miliar yen (Rp17,89 triliun). Sisanya Rp2,78 triliun digenapi pemerintah pusat dan Pemprov DKI Jakarta.
Angka 157 miliar yen itu merupakan penambahan karena ruas tahap pertama itu diperpanjang dari semula berawal Lebakbulus hanya sampai Dukuh Atas, namun kemudian sampai Bunderan HI. Dana yang diperlukan awalnya hanya 144 miliar yen (Rp16,42 triliun) dan 120 miliar yen (Rp13,68 triliun) di antaranya pinjaman dari JICA.
Perkembangan proyek itu saat ini adalah menjelang pelaksanaan tender kontraktor untuk pekerjaan konstruksi sipil. Tender itu bisa dimulai pada pekan depan apabila JICA menyetujui shortlist konsorsium kontraktor.
Seharusnya JICA memberi informasi mengenai setuju atau tidaknya atas shortlist yang diajukan PT MRT Jakarta pada awal November 2011. Tetapi sampai saat ini jawaban atas shortlist itu belum juga diberikan oleh lembaga Jepang itu.
Waktu yang molor sampai hampir sebulan itu sempat membuat ketar-ketir manajemen PT MRT Jakarta. Beruntung, ketika pada Rabu lalu menerima kunjungan direksi PT MRT Jakarta, Direktur Divisi I Asia Tenggara (Indonesia) Departemen Asia Tenggara dan Pasifik JICA Yuho Hayakawa berjanji memberi persetujuan atas shortlist itu pada pekan depan.
Apabila JICA benar-benar mengeluarkan persetujuan atas shortlist yang disampaikan oleh PT MRT Jakarta itu pekan depan, maka tender kontraktor untuk pekerjaan konstruksi sipil segera dapat dimulai. Tender tersebut, menurut Eddi, akan memakan waktu 6 bulan, sehingga pelaksanaan konstruksinya bisa dimulai pada pertengahan 2012. (sut)
Sumber : Bisnis Indonesia, 10.11.11.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar