Wakil Ketua Umum Kadin bidang Perhubungan Peter Gonta
mengatakan kondisi pelayaran rakyat saat ini memprihatinkan karena armada yang
beroperasi tidak memperoleh dukungan untukl berkembang.
Menurut dia, armada pelayaran rakyat saat ini perlu
diremajakan agar memiliki daya saing yang kuat, apalagi pemerintah dan pengusaha nasional sedang berupaya
menurunkan biaya logistik nasional yang sangat tinggi.
Dia menilai jika tidak segera mendapatkan perhatian
khusus dari pemerintah, kapal-kapal tersebut semakin sulit untuk berkontribusi
lebih besar dalam menciptakan daya saing logistik nasional yang kuat.
"Sektor ini harus mendapatkan perhatian khusus," katanya, kemarin.
Wakil Ketua Kadin bidang Perdagangan, Distribusi dan
Logistik Natsir Mansyur mengatakan selama ini sektor pelayaran rakyat telah
berperan besar dalam menjaga bertumbuhan perekonomian nasional.
Sebab, katanya, sektor ini telah berkontribusi dalam
menunjang kegiatan logistik nasional dengan mendistribusikan komoditas dan
bahan kebutuhan pokok hingga daerah terpencil. "Kami usulkan Pelra
direvitalisasi," katanya.
Dia menjelaskan kapal-kapal pelayaran rakyat jenis short
sea shipping (SSS) tersebut perlu direvitalisasi secepatnya karena memiliki
peran vital dalam menunjang kegiatan logistik nasional.
5.000 unit
Menurutnya, kebutuhan armada untuk program revitalisasi
sektor pelayaran rakyat di Indonesia hingga 2015 mencapai 5.000 unit atau
sekitar 1.250 unit per tahun dengan investasi tidak kurang dari Rp40 triliun.
Investasi sebanyak itu akan dikontribusikan oleh
pengusaha daerah dan nasional yang bergerak di sektor logistik angkutan laut.
"Diharapkan program ini mendapat insentif dari pemerintah agar
revitalisasi bisa segera digelar."
Insentif itu, katanya, akan memudahkan operator kapal
pelayaran rakyat melakukan pengadaan armada karena harganya terjangkau dan
lebih murah. "Revitalisasi ini sekaligus menjawab program liberalisasi
masyarakat Asean 2015."
Natsir menjelaskan revitalisasi pelayaran rakyat dapat
membantu memangkas biaya logistik dalam negeri yang kini masih berada pada
peringkat ke-92 dari 150 negara. "Biaya logistik harus ditekan."
Data Kadin mengungkapkan biaya logistik per PDB terendah
adalah Amerika Serikat dan Jepang masing-masing sebesar 9,9% dan 10,6%,
sedangkan Korea Selatan mencapai 16,3%.
Kadin mengutip perhitungan yang dilakukan Kementerian
Perindustrian pada 2005 menyebutkan biaya logistik Indonesia mencapai 27% dari
PDB. Perhitungan itu menggunakan analisis input-output.
Sebelumnya, Kadin Indonesia menyayangkan masih minimnya
realisasi proyek pembangunan infrastruktur nasional sehingga memicu tingginya
biaya logistik di dalam negeri.
Biaya tinggi
Ketua Umum Kadin Suryo Bambang Sulisto mengatakan kondisi
infrastruktur logistik nasional masih jauh dari memadai sehingga memicu biaya
tinggi. Bahkan kondisi itu kini menjadi momok dalam pergerakan arus barang.
Menurut dia, terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan
besarnya biaya logistik nasional seperti minimnya infrastruktur jalan,
telekomunikasi, fasilitas pelabuhan yang rusak hingga rendahnya pasokan alat
berat dan kendaraan logistik.
Oleh karena itu, dia mendesak agar pembangunan
infrastruktur transportasi dipercepat mengingat para pelaku usaha logistik
nasional harus bisa memenuhi kebutuhan distribusi dan menjaga kelancaran arus
barang ekspor. (bsi)
Sumber : Bisnis Indonesia, 09.11.11.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar