Bisnis.com, JAKARTA – DPR meminta pembahasan khusus PT Freeport Indonesia
dalam satu rapat panita kerja (Panja) RAPBN 2015 setelah tidak adanya pembagian
dividen selama 2 tahun. Padahal, ada potensi dividen senilai Rp1,5 triliun yang
bisa diterima Indonesia tahun ini.
Anggota
Badan Anggaran DPR Ismayatun menyatakan kekecewaanya terhadap pemerintah yang
sekan tidak bisa berkutik dengan alasan kecilnya saham sekitar 10% yang
dimiliki pemerintah di perusahaan tambang tersebut.
“Alangkah
naifnya kita, bangsa yang sedemikian besar karena saham yang 10% tidak bisa
mengendalikan Freeport. Menurut saya bawa ke panja, bongkar aja itu. Jangan
sampai kita tidak berdaulat di rumah kita sendiri,” ujarnya saat menghadiri
rapat Panja di DPR, Selasa (1/7/2014).
Dalam
catatan Bisnis, rencana pemangkasan target setoran dividen BUMN ke negara pada
APBNP 2014 senilai Rp37,96 triliun dari target Rp40 triliun pada APBN 2014 saja
ditolak oleh DPR.
Sementara
itu, 141 perusahaan negara tahun ini hanya mampu menyetorkan dividen mentok di
kisaran Rp37,5 triliun-Rp38,5 triliun.
“Lebih
dari 50 tahun lho Freeport berkerja di Indonesia. Dan itu merupakan tambang
emas terbesar di asia. Apakah memang mereka langsung kolaps dengan
alasan-alasan itu? Bukannya kita tidak peduli, tapi ini masalah hak,” tuturnya.
Anggota
Komisi XI Achsanul Qosasi pun menilai butuh rapat Panja tersendiri untuk PT
Freeport Indonesia.
“Kita
tidak ingin Kemenkeu dan Kementerian BUMN saling menyalahkan. Saya pikir ini
potensi penerimaan karena ada potensi kehilangan Rp1,5 triliun tahun ini. Butuh
panja Freeport,” ujarnya.
Selain
itu, Achsanul meminta kementerian BUMN mendata BUMN yang masih memiliki kinerja
baik maupun buruk agar dalam pembahasan lebih dalam di tingkat Panja
berikutnya, ada satu skema perbaikan untuk APBN 2015.
Sumber :
Bisnis Indonesia, 01.07.14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar